22 - Manuju Akhir

65 19 31
                                    


Happy Reading

***

"Aku akan turut mendo'akan, agar kamu bisa kembali sehat dan hidup bersama orang2 yang menyayangimu. Hidupmu harus lebih beruntung daripada hidupku,"

_______________________________________________

"Sekarang apa yang bakal loe lakuin?" tanya gadis cantik yang kini duduk manis di sofa ruang kerja milik si pemuda yang tak lain adalah Joshua.

"Ngelakuin apa yang seharusnya gue lakuin lah," sahut pemuda itu, yang seketika membuat si gadis terperangah mendengarnya.

"Loe mau lenyapin dia sekarang juga?" tanyanya.

"Heh siapa bilang gue mau lenyapin nyawa orang? Gue cuma mau kasih pelajaran ke dia biar nggak seenaknya aja ninggalin kerjaan yang udah numpuk ini," elak Joshua, yang nyatanya ia sendiri pun terkejut dengan jawabannya sendiri.

Sementara lawan bicara nya mengangkat satu alis tak percaya. "Caranya??"

"Udah, loe diem aja deh! Berisik banget dari tadi," sungut Joshua, menanggapi tanya sang partner __Rya.

"Yee sekarang loe jadi tau kan, kalo dia nggak lebih baik dari pada gue dalam ngerjain sesuatu." cibir Rya kemudian, sebab kebodohan Joshua.

"Tapi dia nggak se bego loe, yang mau aja gue manfaatin buat ngambil harta Papa nya Ara." seringai pemuda itu dalam hati.

Perbincangan keduanya lantas terhenti karena suara pintu ruangan tersebut yang diketuk oleh seseorang.

Tok tok tok!

"Masuk!" suara tegas Joshua mengintrupsi orang tersebut, dan perlahan pintu itu pun terbuka dan memperlihatkan sosok gadis cantik lainnya.

"Maaf Pak, anda memanggil saya?" tanya itu kontan menyadarkan Jo dari lamunan singkatnya karena terkesima. Segera ia pun berdehem untuk menormalkan suaranya yang mungkin saja akan terdengar gugup.

"Iya. Saya mau komplein sama kamu, kemana aja kamu beberapa hari terakhir ini? Setiap saya cari di jam makan siang selalu aja nggak ketemu." Jo lantas merutuki dirinya dalam hati karena bukan itu yang ia ingin katakan.

"Lah kenapa malah bahas makan siang? Aneh banget gue, nggak bisa marahin Rani padahal dia udah salah."

Bahkan dua gadis yang berada didalam ruangannya pun ikut terpelongo. Akan tetapi salah satu dari mereka segera menyadarkan dirinya bahwa bisa saja ini jebakan untuknya agar luluh terhadap kebaikan Joshua.

"Maaf pak, kalau akhir2 ini saya terkesan seperti menghindar. Tapi kalau saya boleh jujur, perlakuan bapak ke saya bikin saya nggak nyaman karena jadi pusat perhatian sekaligus perbincangan karyawan lain," ujarnya, yang tak lain adalah Rani sang sekretaris Joshua.

Hal itu tentu memancing emosi Rya yang sejak tadi memperhatiakan interaksi antara Joshua dan Rani.

"Eh pede banget sih loe, cuma di baikin aja nganggep nya berlebihan gitu. Jo itu emang baik ke siapa aja, bukan loe doang ngerti?!" sentak Rya dengan pandangan tak suka.

"Rya! Siapa suruh kamu buat nyela pembicaraan saya sama Rani, hah?!" teguran Jo membuat Rya sekaligus Rani tersentak kaget karena intonasinya yang terkesan membentak. Bukan sekedar menegur.

"Kok loe nyolotin gue gitu sih Jo? Kan gue bener," ujar Rya tak terima, namun Jo tak mau ambil pusing dan lebih memilih bicara pada Rani.

"Ck udahlah. Rani, mending kamu kerjain ini file yang sudah numpuk dari kemarin karena kamu saya cariin nggak ketemu! Inget ya, hari ini juga harus udah beres."

"a little time to MEET YOU" // Lanjutan { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang