24 - Apakah (?)

71 19 32
                                    

Buat pembaca setia cerbung author, author mau bilang makasih banyak kalian udah mau sabar nunggu update an yang nggak nentu ini
Kadang setahun, kadang dua tahun, kadang sampe bertahun-tahun 😶

Huwaaaaaa author banyakan mampet ide nya, apalagi pas liat yang vote dikit 🙈 ah ya ampun gregeten deh kalo bahas itu😬

Langsung ke cerita aja skuy

Happy Reading •••

"Kenapa nggak masuk? Acara udah di mulai loh,"

_________________________________________


"Ayah ..." rengek Ara ketika mendapati sang ayah ada di sana setelah ia bangkit dari duduknya.

Reza tau pasti putrinya ini masih ingin sendiri, melamuni hilangnya kabar dari pemuda bernama Afisan Daveraldo. Sejauh ia sadar dari koma sampai sekarang, Ara masih belum bisa merasa dirinya baik-baik saja sebelum bertemu kembali dengan pemuda itu. Pemuda yang membuat Ara belajar banyak hal dalam menghargai hidup dan tidak kenal putus asa dalam berjuang melawan keadaan yang menyudutkan.

Ara jadi sangat pendiam. Ia tidak lagi seperti dahulu yang selalu ceria dan bersikap manja apalagi terhadap kedua orang tuanya.

"Ara ... Ayah tau apa yang kamu fikirkan sekarang ini. Tapi kita harus segera masuk kedalam karena sebentara lagi acara dimulai." bujuk Reza mencoba sesabar mungkin menghadapi putrinya yang akhir² ini sangat tidak penurut.

Bahkan janji yang pernah Ara ucapkan sewaktu menjadi arwah bersama Afi pun seolah ia lupakan begitu saja. Dalam artian ia mau membantu bisnis sang ayah, hanya saja konsentrasinya kerap kali buyar jika di ingatkan dengan hal2 yang membuatnya mengenang Afisan. Reza sendiri tidak mengira bahwa keberadaan pemuda yang belum pernah ia jumpai itu sangat berpengaruh besar pada diri Ara.

Saat ini Ara balas menatap mata tajam sang ayah. Ia tidak mau dipaksa, jelas itu tersirat dari sorot mata gadis cantik itu pada Reza.

"Ayah masih mau paksa Ara, meskipun Ayah tau kalo Ara lagi nggak mau?" ujarnya yang kemudian melontarkan pertanyaan sebagai bentuk protes.

"Ini bukan saatnya bersikap egois Ara. Ayah cuma minta kamu ikuti kata Ayah, kita masuk sekarang, dan biarkan acara berjalan sampai selesai. Setelah itu kamu boleh lakukan apa yang kamu mau, melamun sesuka kamu, Ayah tidak akan melarang!" mendadak Reza menaikkan intonasi bicara di kalimatnya terakhir, membuat Ara membulatkan mata.

"Kenapa Ayah jadi bentak Ara??" tanya gadis itu lirih. Bahkan dari sudut matanya perlahan mulai mengalirkan butiran bening.

Ara sangat sadar kalau akhir² ini dirinya begitu mudah menangis dan juga marah karena hal kecil. Reza dan Yana __sang ibu pun memaklumi hal itu, karena ia tau suasana hati putrinya sedang tidak baik semenjak menghilangnya kabar keberadaan pemuda bernama Afi.

"Maaf, Ara. Ayah cuma nggak mau lihat kamu seperti ini. Ayah sama Ibu sangat merindukan kamu yang ceria seperti dulu nak." Reza kembali berucap lembut, seraya menarik pelan tubuh mungil Ara kedalam dekapan hangatnya.

Disana, Ara mulai menangis sejadi²nya. Ia meluapkan segala rasa sedih, dan takut akan kehilangan Afisan. Ara merasa belum siap untuk menghadapi kenyataan jika suatu hari nanti ia mendapat kabar buruk mengenai pemuda itu.

Ara ingin Afi tetap hidup dalam keadaan baik di kota manapun ia berada. Ara juga sangat berharap Afi segera kembali menemui dirinya dan tidak melupakan bahwa mereka pernah bersama meski dalam waktu yang terbilang singkat.

"Ara cuma mau ketemu Afi, yah... hiks," tangisan Ara semakin pecah.

'Ara cinta sama Afi, dan Ara juga pengen bareng sama dia setiap saat. Ngelanjutin hidup bersama sampai ajal menjemput.' sambungnya dalam hati.

"a little time to MEET YOU" // Lanjutan { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang