15 - Afi Ara dan Putri

125 23 12
                                    

"Sekarang, loe berdua jelasin apa yang harus gue lakuin buat rencana itu."

Ara dan Afi pun akhirnya menjelaskan secara rinci tentang rencana mereka pada Putri, dan gadis cantik itu mendengarkan dengan seksama.

-------------------------------------------

Sudah berjalan tiga hari, waktu bagi Putri berperan menjadi Rani. Ia harus bekerja diperusahaan, menjadi sekretaris Joshua setelah berhasil mendapat kartu identitas serta ijazah sebagai lulusan Univ Amerika. Dan tentu semua itu tak lepas dari bantuan dua arwah, yang selama ini tinggal dengannya dirumah kumuh itu.

Gadis itu masih berkutat didepan layar komputer. Bolpen ditangannya diketuk2an diatas meja, pertanda bahwa saat ini ia benar2 bosan juga lelah. Sangat melelahkan menjadi pegawai kantoran seperti ini. Apalagi tugasnya yang selalu saja didepan jejeran huruf abjad, berisikan jadwal sang atasan dan rekapan2 file lainnya.

"Semua... Harus gue kerjain hari ini juga? Huhh.." gadis itu setengah memekik frustasi. Ia lantas menjatuhkan wajahnya keatas meja, berlandaskan satu tangan kanan.

"Ka Putri,, Jangan males2an dong. Ntar kaka bisa kena pecat loh, kalo sampe ka Jo liat kaka tiduran dimeja kayak gini." Teguran Ara, menyadarkan Putri bahwa ternyata arwah itu sudah kembali, untuk memantau pola kerjanya. Ara ini juga berjasa membantu Putri, agar bisa memahami cara mengerjakan tugasnya sebagai sekretaris loh.

Akhirnya dengan tampang malas2an, Putri pun mengangkat wajah kembali. Sesekali terlihat ia menarik dan membuang nafasnya kasar. Ia lelah.

Tapi kemudian Putri melakukan pekerjaannya dengan giat. Sampai2 Ara menampakkan senyum kagum atas kerja Putri yang begitu cepat, setelah menerima ajarannya.

Putri membuang nafasnya lega setelah semua selesai seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Tak lama setelahnya, datang lah sang atasan memasuki ruangannya. Atensi Putri dan arwah Ara seketika tertuju pada pemuda tampan itu. Siapa lagi kalau bukan Jo.

"Gimana, udah beres kan?" Ujarnya memastikan, membuat Putri aka Rani itu menegakkan posisi duduknya dan menjawab dengan anggukan.

"Bagus." Pujinya dengan berhias senyum lembut.

"Saatnya makan siang. Ayo kita makan bareng!" Putri aka Rani pun mengikuti ajakan sang atasan. Tak ketinggalan pula arwah bernama Ara mengekor dibelakang mereka berdua.

-------------------------------------

Arwah Afi tampak sedang menunggu seseorang saat ini. Berdiri santai, bersandar pada dinding dan satu kaki dinaikkan seperti halnya menendang dinding itu.

Cukup lama juga ia menunggu. Hingga senyumnya seketika mengembang, tatkala seorang gadis cantik bergaun putih__yang juga transparan seperti dirinya itu berjalan mendekat bersama dua orang yang hanya melewati mereka saja.

Putri yang tau kalau Ara berhenti untuk berbicara dengan Afi pun tak mempedulikan mereka. Ia masih mengikuti langkah Joshua menuju salah satu meja untuk tempat mereka makan.

"Gimana?" Tanya Afi spontan, setelah jarak antara dirinya dan Ara benar2 dekat.

Gadis itu mengikuti gerakan Afi, bersandar pada dinding disebelahnya. Hanya saja yang membedakan adalah, gadis itu menyilangkan kedua tangannya didada. Sementara Afi memasukkan keduanya pada saku celana.

"Gimana apanya?" Jutek Ara, tanpa menatap lawan bicara.

Afi mendesah pelan. "Ah loe, Ra... Pura2 lupa apa gimana sih?"

"Emang gue gak tau, Afi..." ujar Ara.

"Masak sih gak tau maksud gue?" Heran Afi.

"Nggak." Ara tetap pada pendiriannya dengan pura2 tidak tau, membuat Afi mengacak rambut kesal.

"Hahhh.. Gini loh, yang mau gue tanyain itu.. gimana rencana pertama kita kali ini. Kira2 kak Putri udah bisa manfaatin keadaan atau belum?"

"Oohhh.." sahut Ara singkat, membuat kening Afi berkerut seketika.

"Kok malah Oh sih?" Heran arwah cowok itu.

"Y-yyaa tadinya gue kira loe bukan nanyain itu." Ucap Ara yang mendadak gagap.

"Terus loe kira gue nanya apa lagi??" Selidik Afi.

Mendapat cara Afi menatapnya, membuat Ara sedikit menciut.

'Masak iya, gue bilang kalo gue ngira dia nanya gue soal perasaan gue ke dia cuma karena kita sering bareng?.'

"Mm.. bukan apa2 sih. Udah ah, yuk cabut!" Sangkal Ara, berusaha meyakinkan Afi.

"Eit eitt,, loe belum kasih tau gue juge. Mau kabur aja, gak boleh." Cegah Afi, ketika Ara hendak beranjak dari tempatnya.

"Dih,, kenapa??" Sinis Ara.

"Kan gue udah bilang, loe belum kasih tau gue jawaban dari pertanyaan tadi."

"Emang pertanyaan yang mana?"

"Yang soal rencana kita, sama... apa yang loe kira tadi. Loe ngira gue mau tanya apaan emang?"

Ara memutar bola matanya malas. Jangan sampai Afi tau yang sebenarnya. Jadi Ara harus pintar2 menyembunyikan hasil dari fikirannya itu.

"Eh loe tuh ogeb atau gimana sih? Kak Putri kan baru kerja disini beberapa hari. Ya pastinya gak secepet itu juga lah, buat ngejalanin rencana. Semua butuh proses." Jelas Ara.

Afi mengangguk setuju."Ya ya,, gue tau. Loe bener kok."

"Mm terus,, yang satunya, jawab juga dong." Pinta Afi kemudian.

"Yang mana lagi??" Tanya Ara gemas.

"Soal persangkaan loe tadi. Loe ngiranya gue mau tanya apaan?" Afi masih kekeuh untuk mendapat jawaban.

Sementara itu, Ara pun diam menimbang sebentar. "Ee.. itu... Gak papa. Kan gue udah bilang gak papa, Fi.. Udahlah lupain aja."

"Yah yah,, tapi kan gue pengen tau."

"Loe gak perlu tau. Karena gue gak bakalan kasih tau. Lagian juga gak penting."

"Gitu ya??"

"Hmm.."

"Oh yaudah."

"Iya. Yuk cabut."

"Eh tunggu. Kita mau kemana nih??"

"Kemana aja."

"Serius, Ra."

"Gue juga serius, Fi. Gue pengen cari ketenangan buat beberapa menit kedepan."

"Okey. Gue tau tempat yang tepat buat nenangin diri."

"Ikut gue."

-------------------------------
TBC

Masih adakah yang nunggu cb ini up??
Komen yak gaes, kalo udah vote
^^

"a little time to MEET YOU" // Lanjutan { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang