dilema

55 0 0
                                    


setelah pulang dari samarinda aku benar benar sibuk sampai aku ngerasa ga ngurusin mas abi secara baik aku ngerasa dosa banget sama suami karna terlalu sibuk bahkan kesibukannya melebihi saat aku masih sendiri.

hari ini hari minggu setelah dua minggu ku yang sangat menyita ini aku bisa sedikit bernafas dari pagi tadi mas abi bersikap dingin tapi ga cuek tetap ngajak sarapan bareng hanya saja intensitas percakapan kami terbatas yang di buatnya tembok tinggi untuk membatasi aktivitas intim antara kami berdua .

mas... panggil ku padanya yang hanya di balas oleh tolehan sesaat lalu pergi meninggalakan aku dengan masih berdiri memandangnya berjalan menuju kamar kami, bukan anna kalau tidak ikut menyusulnya untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat.

kamu kenapa sihh dari semalem aku nanya ga di jawab aku di tinggal tidur ? sambil berjalan ke arahnya lalu memeluknya dari belakang . hhmm ga apa apa jawabnya sesantai mungkin tapi wajahnya tak menunjukan itu, mukanya menahan kesal dan marah yang membuat kupingnya berwarna merah .

ku balikkan tubuhnya untuk menghadap ku lalu ku elus dada bidangnya yang selalu menjadi bagian tubuhnya yang paling ku sukai. aku minta maaf ya mas akhir akhir ini aku sibuk banget sama kerjaan aku, tadi aku udah ngomong sama bos aku buat kurangin jatah aku keluar kota sering sering, ia masih bergeming enggan mengeluarkan suara yang di lakukan hanya melihatku secara lekat dan seksama seperti sedang menelitik adakah perubahan dari wajah ku.

sayang ih kok diem ajah sihh, sambil memeluknya dan merasa sedih karna omongan ku tak mendapatkan respon apapun dari suamiku ini sungguh ini menyebalkan, tak lama aku merasakan sebuah tangan telah melingkar di tubuhku dan kecupan serta hembusan nafas yang terasa di pucuk kepala ku.

 ku dongakkan langsung kepala ku dan ku lihat ia tersenyum simpul, aku langsung melepas pelukan ku  tanpa ia lepas pelukannya di pinggang ku aku memegang wajahnya yang sedikit di tumbuhi bulu halus langsung ku kecup bibir mas abi sedetik dua detik hanya kecupan yang ku beri tapi tanpa sadar mas abi sudah menuntut untuk lebih dari sebuah kecupan, lumatan demi lumatan akhirnya tercipta.

aku kangen banget sama kamu, sambil terus mencumbu ku di bagian leher lalu turun menuju dada namun terhenti sesaat hanya untuk mengatakan " bisa kah kita olahraga pagi ini sayang ?" dengan senang hati aku langsung menganggukan kepala dengan sigap mas abi menggendong ku dengan yang melingkarkan kaki ku ke pinggangnya kalau di lihat seperti koala yang ngangkut di pohon saat sudah sampai tempat tidur ia langsung melahap ku dengan sangat ganas sangat terasa di setiap aksinya menunjukan betapa ia merindu kan aku dan hubungan intim ini.

entah lah sudah berapa banyak pelapasan kami pagi ini sunggu permainan yang belum pernah aku rasakan bahkan beberapa kali aku yang memimpin permainan dengan sangat lambat yang membuat mas abi begitu frustasi dengan tidak sabar akhirnya ku selalu di babat habis olehnya.

mas aku mau mandi ah.., aku yang sudah siap bangun dari tempat tidur lalu masuk kamar mandi tapi minat ku ke kamar mandi tidak lah akan mulus semulus jalan tol cipali akan ada rengekan manja dari seorang bayi besar yang ingin mandi bersama tapi apa yang akan terjadi kalau kita mandi bersama.

modus petama kecup pipi , kecup bibir singkat, lumat bibir , pegang sana sini bikin terbuai lalu dengan sangat lihai dan ahli ia sangat mempermainkan aku dengan sangat lembut akhirnya kami melepas dan menutup hari ini dengan satu ronde di kamar mandi yang membuat ku merasakan sensasi luar biasa karna rasanya lebih nantang di bawah shower dan aku harus berdiri bahkan di gendong oleh mas abi.

sayaang, aku laper banget kita makan yu, ajak ku pada mas abi hari ini kami menyuruh para pekerja rumah untuk pulang lebih cepat dan tidak perlu datang untuk tiga hari kedepan karna aku yang akan menguruh rumah ini dan suami ku tentunya .

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hingga akhir waktuWhere stories live. Discover now