PERKARA

751 89 24
                                    

Seorang perempuan muda duduk berhadapan dengan petugas kepolisian di sebuah ruangan, hanya terpisah meja di antara mereka. Perempuan itu duduk dengan tenang mengamati sosok di depannya.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"Saya baik dan saya siap untuk menjawab pertanyaan Bapak."

"Baiklah. Namamu Nirbita?"

"Ya, benar."

"Tidak ada nama belakang atau nama keluarga?"

Ia menggeleng, "Tidak ada, Pak."

"Kamu salah satu mahasiswi bimbingan Pak Sakta, betul?"

"Ya betul."

"Siapa lagi temanmu yang bimbingan dengan Pak Sakta?"

"Maurin, Shella, Bagas, dan Hafiz."

"Kamu dekat dengan Maurin?"

Ia menggeleng, "Tidak. Dengan yang lain pun tidak terlalu akrab."

"Secara tak sengaja kamu adalah saksi mata yang melihat korban jatuh di depanmu, 'kan?"

"Ya benar, Pak."

"Dari mana dan mau ke mana kamu saat itu?"

Dirinya menatap tenang lawan bicaranya, "Saya dari perpustakaan mau ke ruang Pak Sakta."

"Ok. Jam berapa jadwal bimbinganmu?"

"Pukul 4 sore."

"Kamu datang sejam lebih awal, kenapa? Apa yang kamu lakukan?"

"Saya sengaja datang awal untuk menepi di perpustakaan. Belum lama tiba di perpustakaan Pak Sakta memberitahu untuk datang bimbingan waktu itu juga."

"Apa Maurin juga ada jadwal bimbingan hari itu?"

"Ya ada. Kami mendiskusikan jadwal bimbingan di grup WA. Maurin dapat pukul 2 siang."

"Bisa kasih bukti percakapan kalian di grup itu?"

"Bisa."

"Baik. Nanti akan kami cek. Bagaimana temanmu yang lain?"

"Hari itu hanya saya dan Maurin yang punya jadwal bimbingan."

"Apa kamu sempat bertemu Maurin?"

"Tidak. Sampai di kampus, saya langsung menuju perpustakaan."

"Ok. Jadi Pak Sakta seharusnya bersama dengan Maurin saat itu sesuai jadwal bimbingan kalian. Lantas apa kamu tahu kalau Pak Sakta berada di ruangannya saat itu?"

"Ya. Sesuai chat yang beliau kirim ke saya katanya beliau menunggu di ruangannya waktu itu. Waktu peristiwa itu terjadi beliau juga yang menyadarkan saya dari syok."

"Baik. Apa akhir-akhir ini Maurin pernah curhat ke kamu?"

Nirbita menggeleng.

"Apa ada sesuatu yang aneh dengan dia?"

Ia menggeleng lagi.

"Bagaimana bisa kamu tidak memperhatikan temanmu sendiri?"

Dirinya mengangkat bahu. Hening sebentar.

"Ada yang ingin kamu katakan lagi?"

Ia hanya diam untuk berpikir sejenak.

"Baiklah kalau tidak ada lagi--"

"Apa Maurin hamil?"

"Dari mana pemikiran itu muncul?"

"Hanya bertanya."

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang