pa.ra.doks

826 70 7
                                    

Pandangnya menyisir ke penjuru bangunan berharap segera mengenali sosok-sosok yang ingin ia temui. Dapat! Mereka bertiga menempati selasar samping kafe menghadap danau buatan milik kampus.

"Makasih udah nunggu gue," alih-alih mengucap maaf, ia lebih memilih berterima kasih.

"Banyak tugas lo?"

"Iya." Alasan sesungguhnya mereka tak perlu tahu. "Daf, pulang entar gue bisa nebeng ke toko buku simpang, nggak?" tanyanya balik.

"Sorry, Lil. Gue nganterin Lana soalnya."

Seolah tersadar ia segera bersuara, "Ya ampun! Maaf maaf gue pikir lo masih sering bawa mobil, Daf. Lagi pula searah sama lo pulang. Maaf maaf ya Lan, gue lupa. Gini nih gegara gue jarang update sama kalian." Dirinya tertawa canggung.

"Nggak papa kali Lil, santai aja," Lana menyahut memaklumi.

"Bareng gue aja, Lil. Gue juga mau nyari buku."

"O-oke. Lo pulang jam berapa?"

"Jam 3 gue jemput di gerbang."

"Oke sip. Makasih sebelumnya, Ger."

"Belum apa-apa udah bilang makasih kayak sama siapa aja sih lu."

Lila menanggapinya dengan tawa sumbangnya. "Eh gue pesen minum dulu ya. Ada yang mau nitip?"

"Panggil aja Mas atau Mbak-nya ke sini."

"Gue lebih suka ke sana sih, Daf."

"Ribet lu," Gerda menatapnya malas.

"Heh kalian para cowok! Kayak nggak tau aja si Lila tuh lagi prospek gandengan wisuda entar."

"Hah? Nggak woi! Sembarangan! Beneran gue cuma mau pesen doang kok."

Lila berjalan masuk menuju dalam kafe yang masih nampak jelas dari bangku yang mereka tempati di luar.

"Lila nggak ada cerita apa-apa ke kamu, Yang?"

"Cerita apa?"

"Ya apa aja. Gebetan mungkin?"

"Nggak ada. Lila tuh orangnya nggak seterbuka itu ke aku. Tapi nggak tau ke kalian."

"Nggak ada sih. Dia adem ayem aja tuh. Ke lo, Ger?"

Yang ditanya mengedikkan bahu.

"Ya udah sih kalo tuh anak nggak cerita apa-apa ya berarti dia baik-baik aja," jelas Gerda.

"Ya tapi seenggaknya tuh anak cerita kek ke kita."

"Kamu kenapa sih Daf khawatir sama Lila? Ada sesuatu yang kamu sembunyiin?"

"Nggak ada, Yang. Beneran! Aku cuma aneh aja si Lila nggak pernah curhat atau ngobrol soal keluarganya."

"Kamu tuh yang aneh! Kamu ada apa sih sama Lila?!"

"Nggak ada apa-apa, Yang. Beneran!"

Seolah tak terpengaruh oleh pertengkaran sepasang kekasih di hadapannya, Gerda khusyuk memperhatikan Lila yang berdiri di seberang barista bersama seorang pria. Dari pengamatan matanya pria itu adalah dosen yang berpapasan dengannya di koridor kantor rektor pekan lalu. Mereka berdua tampaknya terlibat percakapan alot. Dari gesturnya Lila sesekali mengarahkan pandangan ke bangku yang mereka tempati di selasar.

Lila berjalan kembali mendekati mereka dengan tangan kosong. Gerda mengalihkan pandangan.

"Gengs, gue permisi duluan ya. PA gue minta ngadep beliau sekarang. Maaf ya," ucapnya sembari mengambil tas yang ia tinggalkan di samping Gerda.

Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang