Part 2

150 8 1
                                    

Malam sudah berganti menjadi pagi. Badan rapuh itu masih tergeletak di lantai dengan mata yang masih tertutup. Sampai akhirnya suara desahan muncul dari mulutnya.

Mona membuka matanya dan sedikit menengok ke arah jendela yang memaparkan bahwa hari sudah berganti. Mona berusaha untuk bangkit  walaupun masih terasa sedikit pusing. Mona melihat ada beberapa noda darah di lantai yang berasal dari dirinya semalam. Dia mengambil kain dari dalam lemari kemudian membasahi kain itu dengan air dari gelas yang selalu dia siapkan.

Setelah semua nya beres, Mona bersiap untuk mandi. Hari ini dia harus berangkat sekolah. Hari senin, hari dimana semua orang membenci nya. Termasuk juga dirinya, mungkin bukan benci. Lebih tepatnya semua hari selalu terasa berat untuknya.

Tapi dia tidak pernah memperdulikan itu.

Jam 6.50, Mona sudah menyelesaikan semua urusan nya di dalam kamar dan berniat keluar untuk sarapan.

Sudah terlihat Arkan disana sedang melakukan sarapan. Arkan berhenti dari kegiatannya itu lalu menatap adiknya yang baru saja duduk disamping nya itu.

Merasa di perhatikan oleh kakak nya, Mona pun membalas tatapan itu.

"Ada apa? " Tanya Mona.

"Kau tidak apa? " Tanya Arkan.

Haruskan Mona mendengar itu di pagi yang cerah ini.

"Should i hear that? Ini baru jam 7 pagi loh, bang." Ujar Mona dengan sedikit kesal.

Mona tahu, kakak nya ini hanya ingin memastikan saja. Tapi apakah harus sepagi ini? Apakah dia tidak melihat bahwa dirinya ini baik-baik saja?

"I just wanna know. " Ujar Arkan dengan acuh.

Mereka sarapan dengan tenang, tidak ada percakapan lagi setelah itu.

Orang tua mereka? Jelas masih ada. Hanya saja mereka sedang berada di benua yang berbeda.

"Bang." Panggil Mona.

Mereka sudah menyelesaikan sarapan nya. Karena masih pagi untuk berangkat, Mona memilih untuk mengatakan sesuatu pada kakaknya ini.

"Iya? "

"I miss mom and dad. " Ujar Mona.

Arkan tertegun mendengar itu. Dia juga merindukan orang tuanya, tapi dia tidak terlalu memperdulikan itu. Tapi Mona? Dengan apa yang dia rasakan, dengan apa yang sedang dia alami. Seharusnya dia mendapatkan perhatian dari orang tua.

Mereka tahu. Orang tua mereka pergi bukan atas kemauan mereka sendiri, tapi karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa di tinggalkan.

"I know, Me too. Jangan terlalu dipikirkan nanti juga mereka pulang, kamu kan masih bisa telpon mereka. Don't sad okay? " Mona mengangguk. Arkan menangkup pipi adiknya itu dengan tangan nya.

Setelah percakapan itu, Mona berangkat ke sekolah dengan Motor scoopy berwarna hitam merah. Diperjalanan menuju sekolah dia selalu melihat-lihat sekelilingnya. Jalan yang padat, Orang-orang di halte yang sedang menunggu bus datang untuk memulai hari mereka. Dan masih banyak lagi hal yang dia lihat.

Setelah 10 menit dia tiba di sekolah. SMAN 2 Bandung, tempat bersekolah Mona.

Mona memarkir motornya di tempat yang biasanya. Karena semua anak punya tempatnya masing-masing bukan.

Setelah memarkirkan motornya. Mona berjalan ke arah kelasnya, sesekali dia tersenyum kepada adik kelas maupun tempat seangkatan nya.

Dia sampai di kelas 12 IPA 2. Dimana isinya orang-orang yang memiliki karakter yang berbeda tentunya.

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang