Part 9

75 4 1
                                    

Saat ini Mona tengah terbaring di kasur Rumah Sakit. Arkan membawa Mona ke rumah sakit untuk pengobatan yang layak agar Mona bisa mengurangi rasa sakitnya. Arkan masih setia menunggu Mona disamping nya. Tidak ada yang tahu soal ini kecuali dirinya. Dia juga tidak memberitahu kedua orang tua mereka. Yang Arkan pikirkan sekarang hanyalah Mona.

Arkan duduk di samping Mona. Dia memegang tangan Mona dan mengelus nya perlahan. "Bangunlah." Ucap Arkan.

Sudah 2 jam Mona tidak sadarkan diri. Dan membuat Arkan sangat khawatir walaupun dokter mengatakan bahwa Mona akan baik-baik saja. Tapi rasa takut akan hal yang buruk selalu terpikirkan oleh Arkan.

"Kumohon bangunlah my Princess. " Arkan selalu mengatakan itu. Bangunlah, ayo bangun, kumohon bangun. Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Mona akan tersadar.

"Apa kau bermimpi indah sampai tidak ingin bangun, Ay? "

Arkan semakin gelisah. Dan saat itupun tangan yang digenggam oleh arkan sedikit melakukan pergerakan dan benar-benar membalas genggaman arkan.

Arkan reflek mengelus kepala Mona dan mata itupun terbuka dengan perlahan. Setelah itu dia menatap Arkan yang sedang duduk disamping nya.

"Aku di Rumah Sakit? " Tanya Mona dengan suara yang terbata dan pelan.

"Iya. Dan jangan bicara dulu. "

Mona ingin bangun tapi di tahan oleh Arkan. " Jangan dulu bangun. Berbaringlah. "

Mona menurutinya dan kembali berbaring karena kepalanya pun masih sedikit pusing.

"Kau butuh sesuatu? " Tanya Arkan.

Mona menggeleng kan kepalanya tanda tidak membutuhkan apapun.

"Cukup temani aku. " Ujar Mona.

Arkan memegang erat tangan Mona. "I'm here. "

Mereka terdiam beberapa saat dengan masih posisi yang sama.

"Abang." Panggil Mona dengan suara pelan.

"Hmm."

"Maaf karena membuat mu marah tadi. "

"Tidak papa. Aku hanya kesal karena kamu berkata seperti itu, Ay. " Jelas Arkan.

Mona diam sejenak. "Jangan kasih tau alya. " Pinta nya.

"Iya." Jawab Arkan.

Mona memejamkan matanya. Ada rasa sakit yang dia rasakan, tapi bukan sakit yang selalu dia rasakan. Rasa ini sedikit lebih menyakiti nya. Rasa sakit pada hatinya. Hatinya sakit melihat Arkan yang tidak pernah terlihat lemah di depan nya sekarang terlihat seperti tidak berdaya. Seperti bingung harus seperti apa, bagaimana, dan apa yang harus dia lakukan untuk Mona.

🍃🍃🍃

Setelah dirasa lebih baik dan di izinkan untuk pulang. Mona dan Arkan memutuskan untuk pulang ke rumah. Tapi saat mereka sudah sampai di depan gerbang rumah mereka. Ada seorang pria yang tengah berdiri di depan gerbang rumah itu. Arkan membunyikan klakson kemudian pria itu berbalik ke arah mereka.

Mona sedikit tersenyum karena pria itu adalah Arya. Mona ingin keluar tapi dicegah oleh Arkan. "Aku saja. "

Arkan keluar dari mobil nya dan membuka gerbang kemudian menyuruh Arya untuk masuk ke dalam lebih dulu. Setelah Arya masuk, Arkan kembali ke dalam mobil dan memasukan mobil nya ke dalam garasi.

Mona keluar mobil dan sedikit berlari ke arah Arya yang sedang menunggu di  depan teras rumah.

"Hi." Sapa Mona.

Arya menjawab dengan sedikit senyuman.

"Kau tidak pakai masker hari ini." Ujar Mona.

"Tidak. Aku sedang malas. " Jawab Arya.

Arkan pun datang menghampiri mereka berdua. Arkan tahu Arya. Karena saat Arya mengantar Mona ke rumah waktu itu, Arkan sedang berada di Rumah.

"Ada apa kemari? " Tanya Arkan to the point.

"Aku hanya ingin mengambil jaket ku. " Ujar Arya.

"Masuklah." Ajak Arkan. Dia meninggalkan mereka berdua dan masuk terlebih dahulu ke dalam rumah.

Arya melirik tangan Mona dan ada bekas infusan di sana. "Kau dari Rumah sakit? " Tanya Arya.

Mona hanya mengangguk. "Aku tidak papa. " Ujar Mona seperti tau apa yang dipikirkan Arya.

"Ayo masuk. Akan aku ambilkan jaket mu. " Mona menarik tangan Arya dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Arya menunggu di ruang tamu sembari Mona mengambil jaketnya yang ada di kamar Mona.

Arkan menghampiri Arya dan duduk di samping nya.

"Apa dia baik-baik saja? " Tanya Arya.

"Apa dia terlihat seperti baik-baik saja menurut mu? " Tanya balik Arkan.

"Dia selalu bilang seperti itu padaku. " Ujar Arya.

"Sudah berapa lama kau mengenalnya? "

"Aku baru 3 kali bertemu dengan nya. Tapi aku seperti sudah mengenal dia lama sekali, karena dia mau memberi tahu apa yang dia rasakan. " Jelas Arya.

Arkan terdiam. "Kau orang yang tepat untuknya. "

Arya menatap Arkan sedikit terkejut mendengar itu. "Maksud mu? " Tanya Arya.

Saat hendak menjawab. Mona terlihat berjalan ke arah mereka berdua.

Mona menyerahkan jaket itu pada Arya. "Ini."

Arya menatap jaket itu sebentar lalu mengambilnya.

"Boleh aku bicara dengan Mona sebentar? " Tanya Arya.

Arkan mengerti dan meninggalkan mereka berdua. Setelah kepergian kakaknya, mona duduk di samping Arya.

"Ada apa? " Tanya Mona.

"Kau sungguh baik-baik saja? "

Mona tidak langsung menjawab. "Iya."

"Kau tahu? " Tanya Arya.

"Apa? "

"Aku tidak suka kebohongan. " Ucapnya.

"Maaf." Bisik Mona.

"Aku hanya tidak sadarkan diri tadi. " Jelas Mona.

"Lalu? "

"Rencana nya aku akan menjalani kemo. " Jelas nya lagi.

Arya menatap Mona. Mona pun balik menatap nya.

"Apa kau siap untuk itu? " Tanya Arya.

"Aku tidak tahu. " Ucap Mona dengan suara yang pelan tapi masih bisa di dengar oleh Arya.

"Kau harus melakukan itu untuk kesembuhan mu. " Tegas Arya.

Mona menatap lekat. "Mengapa oppa peduli? "

"Karena aku menyukai mu. "

Mona sangat terkejut mendengar itu. "Jangan bercanda. "

"Tidak."

Mona tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Tapi setelah mendengar pernyataan itu, kenapa jantungnya berdetak tidak karuan. Ada apa sebenarnya.

"Sembuh lah. Dan aku mohon, jadilah matahari untuk ku. "

🍃🍃🍃


































Eaaaaa:v

Selamat membaca, jangan lupa vote&comment🖤

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang