Part 10

68 3 0
                                    

Setelah kepulangan Arya dan pengakuan mendadak darinya membuat Mona terdiam di kamarnya. Ternyata masih ada laki-laki yang mau dengan dirinya saat dia tahu kalau Mona mengidap leukemia. Dia bingung harus bagaimana. Dia terlalu takut untuk memiliki seseorang. Karena dia tahu bahwa hidupnya selalu di ujung kematian. Walaupun kematian di tangan Tuhan. Tapi Mona selalu berpikir bahwa hidupnya singkat.

Dengan semua rasa sakit dan kesedihan yang selalu dia rasakan. Bahkan Mona selalu merasa kesepian dimanapun dia berada. Kesepian karena orang tuanya sibuk disana maupun kesepian dalam hal karena merasa dia berbeda dengan orang normal lain nya. Kadang Mona merasa iri pada Alya. Pada orang-orang yang dia lihat sekilas. Tertawa dengan lepas tanpa kepalsuan disana. Tangis yang tidak perlu disembunyikan.

Mona selalu mempertanyakan. Apa dia bisa seperti itu lagi? Egois memang. Karena Tuhan memberikan cobaan tidak akan melebihi kemampuan hambanya. Mona tahu itu. Tapi kenapa rasanya Mona selalu ingin menyerah?

Setelah beberapa saat bergelud dengan pikiran nya. Mona menuju meja tempat dia selalu menulis buku diary nya. Meja belajar itu lebih sering dipakai untuk itu daripada untuk belajar. Mona tidak membutuhkan belajar untuk paham semuanya.

Mona mulai membuka diary itu dan membalik halaman ke halaman yang kosong. Kata per kata sampai menjadi sebuah kalimat mulai dia tulis dengan indah. Dia menulis untuk seseorang yang baru saja memasuki kehidupan nya. Yang dengan pengakuan nya membuat sedikit rasa semangat berjuang dalam diri Mona bertambah. Dia menulis dengan apa yang dia rasakan. Semua jawaban yang tidak dia utarakan langsung. Dia tuliskan pada diary itu.

Setelah selesai Mona menutup kembali diary itu dan meletakan nya di tempat biasa. Kemudian dia turun ke bawah dan melihat kakak nya sedang duduk di sofa depan TV.

Mona mendekat dan berdiri disampingnya. "Bang beli makan yuk. " Ajak Mona.

"Tumben." Ujar Arkan acuh.

"Pengen beli indomie. "

"Indomie doang tinggal bikin loh, Ay. Kenapa harus jauh-jauh beli. "

"Indomie nya abis bang ih. "

Arkan tidak menanggapi Mona dan hanya fokus pada game nya. Mona sebal dan pergi keluar memutuskan untuk pergi sendiri ke mini market. Karena motornya belum di keluarkan dari garasi. Mona mengeluarkan nya terlebih dahulu kemudian menaiki motornya dan menyalakan mesin nya.

Mona mulai melajukan motornya dengan pelan menuju keluar gerbang rumah nya. Mona lupa memakai helm karena rasa kesal tadi karena itu dia melajukan motornya dengan pelan. Sekitar 10 menit, Mona sudah sampai di mini market itu dan langsung membeli apa yang dia butuhkan. Setelah dirasa cukup Mona kembali pulang.

Namun sayang nya. Rasa sakit itu mulai menjalar ke tubuh nya. Rasa yang tidak biasanya. Kali ini sakitnya sungguh membuat Mona meringis dengan kuat. Mona sekuat tenaga menahan nya dan sedikit mempercepat laju motornya. Rasa pusing mulai terasa olehnya. Dia memperlambat lajunya dan ingin menepi namun terlambat. Mona oleng ke arah jalur yang berlawanan dan terlihat semua mobil yang melaju dengan cepat mulai mendekat. Mona ingin menghindar tapi dia terlalu lemas. Dan mobil itupun tidak sempat menginjak rem nya.

Tabrakan antara Motor Mona dan Mobil itu pun terjadi. Mona terlempar dari Motornya. Kepalanya membentur trotoar. Semua orang yang sedang berjalan di jalan itu dan beberapa pengguna kendaraan lain nya mulai mengerubuni Mona.

"Telpon ambulance cepat. " Ujar seorang wanita paru baya.

Mona berusaha mengeluarkan handphone nya dari saku hodie nya. Dan meletakan handphone itu di pinggirnya. Seakan mengerti tindakan Mona, seorang pria mengambil handphone itu. Tapi terkunci.

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang