Mona tersadar dari pingsan nya sejak satu jam yang lalu. Dia ingat, orang yang mengantarkannya itu Arya. Tapi dia tidak ingat lagi setelahnya. Dia ingin berterima kasih saat mereka bertemu nanti.
Mona masih terdiam di kasurnya. Dia ingin beranjak tapi tubuh nya masih terasa lemas. Sudah 10 menit Mona hanya terdiam seperti itu. Dia hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Pikiran nya pun tidak tertuju pada apapun.
Mona tersadar saat Arkan memanggilnya dari luar. "Ayyana, ayo makan. "
Mona tidak merespon tapi dia berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya. Arkan terlihat sedang menunggu nya dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana nya.
Mona melihat kakaknya ini dari atas sampai bawah. "Merasa keren ya? Jamet yang ada. " Ujar Mona.
Tanpa memperdulikan kakaknya yang terlihat seperti kesal, Mona berjalan ke arah meja makan. Sudah tersedia nasi goreng dan beberapa potong ayam.
Arkan ikut duduk di meja makan. Mereka duduk saling berhadapan, karena hanya ada mereka berdua. Jadi mereka bebas untuk duduk dimana saja bukan.
Mona mulai memakan makanan nya. Satu dua suap Mona masih menikmati nya. Saat sedang akan memasukan suapan ketiga nya ke dalam mulut, Mona merasa tidak nafsu lagi, entah mengapa.
Arkan yang menyadari itu segera bertanya pada Mona. "Are you okay? "
Mona menatap mata kakaknya itu. "Tidak."
Dan untuk pertama kalinya setelah beberapa kebohongan yang dikatakan Mona untuk menutupi semua yang dia rasakan, akhirnya sebuah kata yang benar-benar ingin dia katakan pada semua orang pun terucap dari bibirnya itu. Arkan pun sedikit terkejut dengan jawaban itu.
Arkan tertegun beberapa saat. " Apa kau merasakan sakit? " Tanya arkan.
Mona menundukkan kepalanya. "Aku hanya lelah. " Mona terdiam sesaat dan melanjutkan kalimatnya.
"Aku lelah dengan rasa sakit yang selalu aku rasakan. Sakit yang tak pernah bisa aku hilangkan. Sakit yang tidak pernah bisa aku utarakan sesakit apa rasanya. Aku lelah jika harus terus menangis dalam diam. Aku muak dengan suara kesakitan yang selalu keluar dari bibir ini. Pikiran ku selalu kacau. Mata ku terlalu lelah untuk terus menangis. Dadaku terlalu sakit untuk menahan isakan yang keluar. "
Mona terdiam lagi. Mona mengangkat kepalanya untuk menatap Arkan dan tersenyum. "Maaf." Ujar Mona.
"Kau tidak perlu menahan itu semua sendiri ay. Kau punya aku, kakak mu sendiri. Kamu gak perlu malu terlihat lemah di mata keluarga mu sendiri. Tidak perlu malu untuk menangis di depan orang-orang. Tidak akan ada yang mentertawakan itu, Ay. " Ujar Arkan.
Mona kembali menundukan kepalanya.
"Aku tahu itu. Tapi apa abang tahu apa yang sebenarnya aku pikirkan? Kenapa aku menutupi semuanya? Kenapa aku tidak ingin semua orang disekitarku khawatir? U know why? " Tanya Mona.
Mona tidak perlu mendengar jawaban Arkan dan melanjutkan perkataan nya.
"Alasan dari itu semua adalah, aku hanya berpikir. Jika kalian tahu, kalian akan sangat menjaga ku, melindungi ku, melakukan apapun untuk ku. Itu semua yang akan membuatku berat untuk pergi. Rasa sayang, rasa kepedulian kalian akan membuatku merasa sangat bersalah jika harus meninggalkan kalian. Maka dari itu aku ingin menutupi nya. " Jelas Mona dan tidak terasa air mata jatuh dari kedua nya.
Arkan meneteskan air matanya. Tidak percaya bahwa adik yang selalu dia anggap adik kecil nya itu telah tumbuh menjadi dewasa. Tapi dia harus menanggung semua penderitaan itu sendirian. Arkan merasa sangat sedih sekaligus kecewa dengan dirinya sendiri.
"Kemana kau akan pergi?" Tanya Arkan dengan suara parau.
Mendengar suara yang kakak seperti itu, Mona menatap Arkan dan benar saja seperti dugaan Mona. Kakaknya ini menangis. Baru kali ini Mona melihat sang kakak menangis, dan itu karena dirinya.
"Jangan menangis kumohon. " Ucap Mona.
"Ku tanya sekali lagi, kemana kau akan pergi? Kenapa kau bilang akan pergi?"
Mona tidak bisa menjawab.
"KEMANA KAU AKAN PERGI HAH? AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN ADIK KECILKU MENINGGALKAN KU. " Arkan berdiri dan berteriak di depan Mona. Bukan maksud apapun. Arkan hanya tidak ingin kehilangan Mona. Karena hanya Mona yang selalu ada untuknya disaat orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan nya.
Mona ikut berdiri dan berjalan ke arah kakaknya kemudian memeluknya. Tangisan yang selalu dia tahan, dan suara isakan yang slalu Mona sembunyikan kini pertahanan itupun runtuh di pelukan sang kakak. Tangis Mona pecah dan tersedu-sedu. Suara yang tidak pernah sekalipun dia keluarkan kini bisa terdengar oleh Arkan.
Arkan memeluk Mona dengan erat. Hatinya sangat sakit mendengar tangisan Mona yang seperti itu. Dia seperti gagal menjadi seorang kakak bagi Mona.
"Ma.. Maaf.. Kan.. Aku" Ucap Mona dengan terbata.
Arkan mengelus kepala Mona. " Menangislah, aku disini. " Tenang Arkan.
"Sa.. Kit sekali. "
"Ssttt. Aku tahu. " Jawab Arkan.
Mona masih menangis di pelukan kakaknya walaupun tidak seperti tadi. Mona sudah mulai sedikit tenang.
"Mulai sekarang. Kau tidak harus menutupi semuanya dari ku. Saat kamu merasakan sakit atau ingin menumpahkan semua penderitaan yang kau alami. Aku ada disini, Ay. "
"You never be alone, i'll be with you from dusk till down. " Ujar Arkan.
"Aku lelah. " Ucap Mona. Dan tangan yang tadinya memeluk Arkan jatuh begitu saja. Dan Arkan tahu, Mona benar-benar lelah.
🍃🍃🍃
"Pada dasarnya manusia itu makhluk lemah. Sekuat apapun dia bertahan dalam badai, seberapa tahan dia berdiri. Tidak akan mengubah bahwa manusia itu makhluk lemah. Yang membuat manusia kuat itu karena sebuah tujuan, yang membuat manusia kuat adalah manusia lain nya. Tapi saat dia benar-benar lelah dengan semuanya. Dia akan menyerah untuk terlihat kuat. "
-REDUP
Selamat membaca, jangan lupa vote&comment🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUP
Aléatoire"Tidak semua yang terlihat baik-baik saja itu benar baik-baik saja. " "Sesakit apapun yang aku rasakan, aku akan tetap menjadi matahari untuk mereka. " "Tuhan, Terima kasih... " Tentang seorang gadis bernama Mona Ayyana sabila, gadis yang kuat berju...