Part 6

70 3 1
                                    

Hari ini Mona berangkat sekolah. Tapi pihak sekolah memberi pengumuman bahwa akan diadakan rapat dan para siswa boleh pulang lebih awal. Alya kali ini sepertinya akan jalan-jalan bersama kekasihnya tercinta.

Mona mengecek jam tangan nya. "Masih jam 11. Aku ke toko buku saja. "

Mona bersiap untuk pergi ke toko buku. Dia berniat ingin membaca novel kemarin yang belum sempat ia baca sampai habis.

Setelah sampai, Mona memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke dalam toko buku itu. Dia kemudian menuju rak buku tempat novel itu disimpan kemarin. Setelah mendapat buku itu Mona menuju ruang baca dan duduk di tempat kemarin. Hari ini sepertinya hanya ada dirinya sendirian di ruang baca. Mona pikir itu bagus, dia bisa lebih fokus membaca.

Mona membuka halaman 25. Halaman terakhir yang dia baca kemarin. Mona lanjut membaca Novel itu. Sampai saat ada seseorang yang menepuk pundaknya. "Permisi." Ucap orang itu.

Mona sempat kaget melihat pria disampingnya sekarang. Pasalnya pria ini mengenakan pakaian serba hitam ditambah hodie dan masker yang dia pakai.

Mona berusaha menormalkan ekpresi nya. "Iya." Jawabnya.

"Apa kau masih lama membaca Novel itu? " Tanya pria itu.

Mona mengecek halaman sebelum menjawab. "Tinggal 5 halaman lagi. Ada apa? Kau ingin membacanya? "

Pria itu hanya mengangguk.

"Apa tidak ada lagi novel ini di rak buku? " Tanya Mona.

"Tidak ada. Mungkin habis terjual. " Jawabnya acuh.

Mona sebenarnya masih ingin melanjutkan membaca novelnya. Tapi dia tidak enak membuat orang menunggu, apalagi oleh orang yang tidak dia kenal.

Setelah berpikir sejenak, mona memilih untuk memberikan novel yang dia baca pada pria itu.

"Nah. Kau boleh membaca nya. Aku bisa membaca nya di lain waktu. " Mona berdiri dan menyodorkan novel itu.

Pria itupun menerima nya. Mereka saling bertatapan untuk beberapa detik.

Mona hendak mencari novel yang lain dulu saja, karena dia masih tidak ingin pulang ke rumah. Tapi saat dia akan berjalan pria ini menahan nya. "Tunggu."

Mona menatap bingung. "Ada apa? "

"Kau perempuan kemarin kan? " Tanya nya.

Mona semakin bingung. "Maksudmu? "

"Kau perempuan yang kemarin kesakitan itu kan? "

Mona sedikit terkejut mendengar itu. Pasalnya saat itu tidak ada orang lain lagi selain dirinya di ruangan ini saat kejadian itu.

"Bagaimana kamu tahu? "

"Karena aku melihatmu. " Jawabnya.

"Tapi saat itu aku sendiri. " Ujar Mona masih tidak percaya.

"Saat itu aku pergi keluar dan kembali, kemudian aku melihat mu sedang memukul kepala mu sendiri dan mendengar suara mu saat itu. " Jelasnya. Pria ini adalah Arya. Yang berharap bisa dipertemukan kembali dengan Mona.

Dan sekarang saat dia dipertemukan kembali. Dia tidak akan menyia-nyiakan itu.

"Darimana kau melihatku? "

"Dari belakang mu. "

Dan sekarang Mona tidak tahu baru mengatakan apa lagi. Rasa sakit yang dia tutupi mati-matian di depan keluarga nya, terlihat oleh seseorang yang sama sekali tidak dia kenal.

"Jadi apa yang sebenarnya kau rasakan saat itu? " Tanya Arya mengambil kesempatan itu.

Mona tidak langsung menjawab. Dia hanya menatap pria di depan nya ini.

"Kau memiliki sesuatu? " Tanya nya lagi.

"Aku tidak apa-apa. " Jawab Mona.

Arya sudah menduga nya bahwa perempuan dihadapan nya ini akan menjawab dengan kalimat seperti itu.

"Aku melihatmu dengan mata ku sendiri, ingat. Kau tidak bisa membohongi ku. " Ujar nya.

"Tahu apa kau? Kau saja sama sekali tidak mengenalku. " Mona sedikit sensitif saat orang yang tidak dia kenal berkata seperti itu.

"Tidak perlu mengenal mu untuk tahu itu. Dari mata mu saja sudah mengatakan bahwa kau lelah dan menderita. "

Mona tertegun.

"Jadi apa yang sebenarnya kau rasakan saat itu? " Arya masih saja terus bertanya soal itu. Entah mengapa dia sangat ingin tahu soal Mona.

"I had leukemia. " Jawab Mona. Dia tidak bisa berbohong karena pria ini sudah melihatnya sendiri.

Arya sedikit terkejut mendengar itu. Pantas saja dia kesakitan seperti itu, pikirnya.

"Sejak kapan? "

"Aku tidak bisa memberitahu mu. "

Arya memaklumi itu.

"Apa sangat menyakitkan? "

"Kau mendengarku kan? Kau bisa mengetahui nya seberapa sakit nya itu. " Jawab Mona.

Arya terdiam sejenak. "Kau lelah? "

Tidak ada jawaban dari Mona.

"Kau ingin menyerah? "

"Tidak." Jawab Mona dengan tegas.

"Jadi kau hanya lelah. " Ujar Arya.

Mona mendelik. "Bagaimana kau bisa menyimpulkan itu? " Tanya nya.

"Saat aku bertanya kau lelah, kau tidak menjawabnya. Saat ku tanya apa kau ingin menyerah, kau langsung menjawab nya. Simpel. " Jelas Arya.

"Jadi apa sudah puas bertanya? " Tanya Mona.

Arya sedikit tersenyum di balik maskernya itu.

"Sudah." Jawab Arya singkat.

Mona melihat Arya dari atas kepala hingga ujung kaki. " Kau seperti malaikat maut. " Ledek Mona.

"Aku tidak peduli. Jadi boleh berkenalan? " Arya mengulurkan tangan nya ke arah Mona.

Mona menatap tangan itu sekejap dan membalasnya. "Mona." Ujarnya.

"Arya."

"Sudah?" Tanya Mona. "Aku ingin pulang. Tadinya sih mau baca novel lain tapi setelah percakapan tadi aku jadi malas. " Tambah Mona.

"Maaf." Kata Arya.

Mona tersenyum. "Tidak papa. "

Arya tertegun melihat senyuman itu.

"Aku pamit pulang dulu ya. Oh iya kalau sudah beres baca tolong letakan di rak yang benar. Aku akan membaca nya lagi besok. " Pesan Mona.

Arya hanya mengangguk.

"Nice to meet you Arya. "

"Nice to meet you. " Balas Arya.

Mona mulai menghilang dari pandangan Arya. Dan entah mengapa ada rasa sedih yang dia rasakan. Arya menggelengkan kepalanya segera menyingkirkan perasaan itu.

"Tanpa kau sadari. Kau lah yang membutuhkan matahari. " Ujar Arya entah untuk siapa.

🍃🍃🍃












Selamat membaca, jangan lupa vote&comment🖤

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang