PART 01

10K 466 28
                                    

Beggin - Maneskin.

Berdiri di ujung lapangan, tangan itu sibuk menutupi kepalanya yang sedikit terkena sinar matahari. Walaupun terhalang pohon besar di sebelahnya, tetap saja celah-celah matahari begitu jahatnya menghantam kepala.

Dari menit sebelumnya dia sudah mengira, hal ini akan terjadi.

Perlahan kepalanya mendongak menatap tiang bendera yang menjulang ke atas. Hanya suara pohon yang dihempas angin, suasananya juga cukup sunyi.

Laki-laki itu tersenyum ketika seseorang menghalang sinar matahari yang mengenai wajahnya. Apa dia malaikat kebaikan? Atau bidadari yang turun dari kayangan? Perlahan tapi pasti, kepalanya menoleh.

"Astaga, dugong!"

"Udah selesai?" Suara beratnya terdengar.

"Belum," jawabnya polos, dia menggaruk kepalanya. "Istirahatnya belum tiba, kenapa masih nanya sih?" lanjutnya.

"Win Metawin, anak paling cakep, anak paling baik, anak pinter yang ngalahin otak Bapak. Ngapain nada bicaranya seperti itu, hm?"

"Barusan Bapak kan nanya, ya saya jawab."

Pak Suyanto menghela napas pelan, tidak habis pikir dengan satu muridnya ini. Meskipun pintar di semua bidang pelajaran, tetap saja ia tidak ingin pilih kasih dengan anak ini.

"Pak Suyanto, yang cakepnya di bawah rata rata. Kenape diem?"

"Bapak ada janji sama Bi Endah, hukumannya dilanjut saja, Nak. Nanti Bapak belikan nasi Padang!"

"Coba saya tanya, satu ditambah satu berapa?"

"Dua."

Win terkekeh pelan. "Yaudah beliin dua ya, buat Ibu juga dirumah."

"Kamu mau nyogok saya?"

Win menggelengkan kepalanya. Cepat. "Siapa yang nyogok 'kan Bapak sendiri yang mau belikan!"

"Tapi-

Kriinggg

"Udah bel tuh, ditunggu nanti pulang sekolah nasi padangnya!" ujar Win. Tanpa menunggu lama, dia langsung berlari ke ruang kelasnya.

Hari ini cukup melelahkan untuknya, baik kaki dan pinggang yang pegal. Baru satu langkah untuk masuk, dia sudah disuguhi orang pacaran di pojok, juga orang mageran buat ke kantin, dan orang yang sok-sok an ngerjain tugas.

Dia mengambil botol air mineral di atas bangkunya.

"Cium aja Ga, nggak usah malu-malu!" Win tersenyum penuh selidik. Melihat Galang yang saat ini ragu-ragu untuk mendekat pada pacarnya.

"Anjing lo, Win!"

"Cewek nggak baik ngomong kasar begitu!"

"Terus kalo cowok boleh gitu?" tanya gadis itu, dia mendesis pelan.

"Boleh dong. Iya, 'kan?" Dia bertanya pada Galang.

"Iya dong!"

Win terkekeh pelan, tangannya beralih untuk mengambil kotak makanan di dalam paperbag. Ibunya kali ini memasakannya Semur jengkol, makanan kedua dalam list makanan favorit-nya. Tentunya dengan permen Relaxa, biar enggak bau mulut setelah makan jengkol, kata Ibunya. Ibunya memang perhatian. Ahh ... dia jadi terharu.

"Rasa Jengkol gimana?" Day bertanya, dia menarik kursi dan membaliknya, "gue orang kota soalnya."

"Gue juga bukan orang kampung," dia membuka tutup kotak makanannya, "kayak ada rasa kentang-kentangnya."

"Suka banget?"

"Iya," Win menyipitkan matanya. "Emangnya lo nggak suka?"

"Apapun makanan yang belum gue coba pasti rasanya nggak enak."

"Belum dicoba, emangnya lo anak indigo bisa ngerasain gitu aja!" Win mengedarkan pandangannya. "Sarawat, mana?"

"Lagi sama Tine, teman Bright. Tau?"

"Tau."

"Jadi mantannya Bright, udah pasti tau." Dia memutar bola mata malas, kembali dia memainkan ponselnya.

Win terkekeh sebentar. "Cemburu?"

"Jangan diulangi lagi, apalagi pertanyaan yang sama dari sebelumnya," decak Day, mulai lelah dengan pertanyaan yang Win ajukan saat ini, "Sarawat juga suka sama lo, nggak ditanyain juga?"

"Ngapain? Dia udah pacaran sama Tine,'kan?" Win menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Udah, dia juga udah move on dari lo, ya meskipun nggak ada hubungan apapun sebelumnya," Day berpikir sebentar, "terus gue?"

"Kalo gue nerima ajakan pacaran dari lo, udah pasti lo bakal tersiksa lahir dan bathin."

Day mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

"Karena terpaksa gue nerimanya. Sebagai sahabat dari orok, 'kan?"

"Sialan lo!" umpat Day, dia berjalan untuk keluar dari kelas. Perkataan Win memang tidak ada bedanya dengan Sarawat.

****

Win berdiri lagi di ujung lapangan ketika seluruh siswa diminta berkumpul untuk menerima pengumuman baru. Dia, Sarawat dan Day berdiri di depan berusaha menebarkan pesonanya, berharap siswa yang cantik-cantik melihatnya. Tapi tidak dengan itu, salah satu Kakak Osis malah menatapnya penuh pertanyaan.

"Kenapa memakai baju seperti itu, bukannya kemarin hari senin. Kamu juga berpakaian Putih abu waktu itu, 'kan? Tidak mungkin lupa."

"Gue lupa, demi Alex, Kak!" teriak Win.

"Lupakan itu!"

"Pakai baju ini juga bagus loh kak, lain dari yang lain," ujar Day. Sekali lagi. Dia berusaha membela Win.

"Bukan lain dari yang lain, teman kamu malah kelihatan kayak kotoran disana!"

"Eh, kok-

Win menahan Day, sebentar lagi Pak Atmo bakalan memberikan pengumuman penting.

"Pengumuman apaan?" Day bertanya lagi, tangannya ia masukan ke dalam saku celana. Suasananya terasa sangat dingin untuk saat ini.

"Pulang cepet!"

"Udah pandai bicara dua kata?" tanya Win, dia mengacungkan kedua jempolnya. Merasa takjub pada Sarawat, "Tine yang merubah?"

"Iya sih. Sifatnya juga sedikit sama kayak lo!" Day menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Kalo lo?" kini giliran Day untuk menjawabnya.

"Kalo Sarawat, Tine. Gue Tin dong!"

"Tin udah sama Can, cari yang lain!" suruh Win, dia tersenyum penuh arti, "jomblo, nama yang pas tuh buat jadi pacar lo."

****

Win menggaruk Pantatnya sekali, kenapa di situasi seperti ini, pantat harus gatal, ya?

"Kapan sih selesainya, Pak Atmo suka bener ceramah!" Day melihat ke arah Win, wajahnya terlihat polos jika sudah serius.

"Move on Day, move on!!" Day berteriak dalam hati, "ukek kayak dia nggak bakal suka sama semek kayak lo!"

"Sadar diri juga!" Galang berkata pelan.

"Eh, ada anak indigo. Kenapa nyasar?" bisik Day.

"Masih suka sama Win?"

"Engg-

"Masih! Itu yang ada di hati lo!"

Day mengedikan bahunya, dia kembali melihat ke arah depan. Ternyata, kakak kelas yang tawuran kemarin dipanggil lagi, lebih tepatnya akan diberi peringatan dari Pak Atmo. Guru BK.

"Win!" panggil Day.

"Apaan?"

"Bright liatin lo tuh!"

MANTAN? [brightwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang