Budi Doremi - Melukis Senja.
"Bagaimana jika gue yang jadi pacar lo?"
Laki-laki itu kembali mendekat, mempertipis jaraknya antara dia dengan Win. Tentu dia tidak akan melepaskan laki-laki ini begitu mudahnya, dia belum merasakan bibir manis itu. Untuk sekali saja ia memintanya atau bahkan berkali kali.
Win berusaha untuk tidak tertawa, walaupun kenyataannya bibirnya telah menyungging ke atas, menimbulkan senyuman manis yang terlihat jelas di wajahnya.
"Sorry, gue nggak doyan cowok macam lo apalagi punyanya kecil!" Win berdecak pelan. "Payah!"
"Lo?"
"Apa emang bener, 'kan?"
Laki-laki itu menatap Win dengan tatapan tajam, seolah olah menahan emosinya yang semakin memuncak.
"Lo nggak tau ukurannya, mau lihat ukuran yang sebenarnya?"
Win berpikir sebentar. "Gue nggak minat!"
Tangan laki-laki itu memukul dinding yang menjadi sandaran tubuh Win, dia kembali menarik pinggang Win dan menyatukan dahinya. Biarkan saja dia meronta untuk saat ini, yang pasti laki-laki itu tidak akan pernah lepas darinya. Tidak akan pernah.
"Gue Albar, mau rasain bibir gue?" bisiknya, dia mengelus leher Win. "Semua siswa nggak bakalan liat kejadian ini, percaya sama gue." Albar berusaha meyakinkan Win, walaupun kenyataannya semua pasang mata menatap ke arahnya.
"Gue-
"Berbuat mesum nggak baik di sekolahan, sewa hotel sana. Ganggu tidur gue aja!" teriak Bright, ia kembali melipat tangannya di atas meja, lalu menelusupkan kepalanya. Bright sama sekali tidak peduli akan hal itu.
"Sepertinya dia cemburu, sebaiknya gue lakuin disini aja, 'kan?" Albar menarik kepalanya kembali. Dia mendekatkan
wajahnya. Memperdulikan Win yang terus-terusan mendorongnya bahkan mengumpatinya."Anjing lo, lep-
Cup.
"Bangsat!!" Bright beranjak dari duduknya, dia berjalan ke luar kelasnya. Muak sendiri dengan apa yang ia liat saat ini.
"Mau pingsan, anjir!!"
"Gue nggak mimpi, kan? Albar beneran cium bibir Win, woy! Astaga."
"Baper banget!"
"Bright cemburu tuh! Mantannya diembat Albar."
Albar menarik kepalanya sembari mengusap bibir Win sebentar. Dia berhasil membuat laki-laki itu terdiam bahkan tidak mengedipkan matanya, detik setelahnya dia kembali mendekatkan wajahnya dengan Win, dia berbisik.
"Kenapa, hm?"
"Gue nggak apa-apa!" balas Win cepat, dia mengusap bibirnya dan melepaskan tangan Albar dari pinggangnya. "Bajingan lo!" umpat Win, dia melempar jurnal itu tepat di wajah Albar.
"Jangan galak-galak, dong! Nanti gue makin suka!" Albar menatap punggung Win yang mulai menjauh dari pandangannya. Senyuman kembali terbit di wajah tampannya.
****
"Lo nggak cemburu, 'kan?" Tar menatap Bright, wajah laki-laki itu masih terlihat datar. Tapi yang Tar tau, ia tahu bagaimana raut wajah Bright saat sedang cemburu, sama saat Bright cemburu melihat Win dengan seorang gadis waktu di lapangan itu. Datar tanpa ekspresi.
Tar menghela napas pelan, dia beralih menatap Nanon yang sibuk memakan baksonya ditemani Es Cream yang ia pegang. Tar menggeleng pelan, Nanon memang gila.
"Non!" panggilnya, dia mencabut kasar earphone di telinga Nanon. "Mau semblak, nggak?"
"Sate?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN? [brightwin]
Fanfiction"Pernah terpikirkan buat balikan sama mantan?" __ Bright Vachirawit. Win Metawin.