PART 10

2.4K 279 63
                                        

Justin Bieber - Sorry.

"Gue mau bicara!"

Win tidak menoleh, dia memang mengenal suara itu. Dengan langkah cepat dia berlari meninggalkan bukunya di taman, untuk saat ini ia tidak ingin berurusan dengan laki-laki itu lagi.

"Woy, Kejar!" Bright berteriak, meminta agar Tar dan Nanon menghadangnya di depan, dia belum selesai membuat Win menderita.

"Dimana dia?"

"Lari ke gudang. Cepat!" teriak Bright.

Tar dan Nanon langsung sigap untuk ke taman belakang yang kebetulan dekat dengan gudang, membiarkan Bright yang mulai berlari untuk mengejar laki-laki itu.

"Jaga posisi, anjing!" suruh Nanon, dia menyerahkan pistol mainan pada Nanon.

"Cuma nangkep Win doang, yaelah." Tar memutar bola mata malas.

"Itu Win, cepetan tangkep!"

"Lepas nggak!" ujarnya pelan, dia berusaha melepaskan cekalan di tangannya. Dua orang ini memang tidak ada bedanya dengan Bright.

"Bawa dia masuk ke gudang!" suruh Bright, dia berusaha mengatur napasnya.

"Mau ngapain lo?"

"Mau cium lo!"

Tar dan Nanon membuka pintu gudang dan mendorong Win untuk masuk dengan Bright, mereka menutup pintu itu dan menguncinya rapat. Sama sekali tidak membiarkan semua siswa tau akan hal ini, ini kesenangan bosnya, mereka akan menuruti saja.

Sementara itu, Bright menatap Win yang menatapnya penuh benci. Dia bisa melihat Win yang berusaha menjauh darinya.

"Bagaimana?"

Win tidak bicara apapun, dia semakin memundurkan tubuhnya ketika Bright mendekatinya. Dia meremas tangannya, tubuhnya terasa panas setelah Bright menyatukan hidungnya dengannya. Bahkan dia bisa merasakan deru napas Bright yang menerpanya.

"Malu?"

Win menelan ludahnya, lidahnya terasa sangat pahit. Melihat cowok itu yang menatapnya begitu tajam membuat sekujur tubuhnya memanas.

"Jangan pernah main-main denganku!" Bright menatap lekat mata Win yang mengerjap lucu sekaligus takut. "Lo-

"Berhenti!"

Bright hanya tersenyum, dia menutup matanya dan mencium bibir Win.

"Gue bakalan buat lo menderita, dengan cara!" Bright berbisik tanpa melepas bibirnya dari bibir Win, dia masih ingin main-main sebentar saja.

Win kembali terbatuk akibat ciuman kasar dari cowok itu, dia mengusap bibirnya yang penuh dengan saliva.

"Memberitahu Ibu lo bahwa lo itu gay!" lanjutnya, Bright menarik tangan Win untuk keluar dari gudang, dia tidak akan memberitau hari ini. Masih ada hal yang begitu penting yang harus ia selesaikan.

"Win!" suara lemah itu menyadarkan mereka berdua, seorang wanita yang tak lain adalah Ibu Win sendiri. Dia ke sekolah untuk membawakan Win bekal makanan, itu saja.

"Ibu?"

Win melepaskan tangan Bright dari lengannya, dia menghampiri Ibunya di ambang pintu.

"Jadi gosip tentang teman-temanmu yang menyebut kamu gay itu benar? Dan tentang kamu yang menjual tubuhmu agar bisa membiayai operasi Ibu juga benar adanya?" lirihnya pelan, dia menunduk. "Ibu kecewa, benar-benar kecewa."

"Aku minta maaf, aku-

"Jangan pernah meminta maaf pada Ibumu!" suaranya berubah dingin, sorot matanya menatap Bright di depannya. "Laki laki itu?"

"Ibu."

"Jawab, Win!" suaranya sedikit berteriak, meminta agar Win menjawabnya.

Win masih diam.

"Lebih baik Ibu mati, 'kan?"

"Jangan bicara seperti itu!" Win menggeleng cepat.

"Maaf Ibu terlalu merepotkanmu."

Ibu Win menghembuskan napas lelah, dia berlalu pergi dari gudang itu.

"Maafkan aku!"

Bright menghela napas pelan, dia berjalan untuk mendekati Win.

"Lo nggak apa-apa?"

"Puas?" Win menyingkirkan tangan cowok itu dari pundaknya, dengan susah payah dia berjalan, tapi entah kenapa kakinya begitu sulit untuk digerakan. Mungkin karena sempat terkilir saat menghindari Bright tadi.

"Gue bantu lo ke UKS."

MANTAN? [brightwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang