PART 15

2.7K 225 24
                                    

Bonus Chapter.

Mempouse lagu River Flows In You-Yiruma. Langkah pelannya berjalan saat seseorang ingin menghampirinya. Senyuman manis itu tidak pernah lepas dari si dia, begitupun sebaliknya. Dia bisa melihatnya, laki-laki itu masih memakai seragam putih abu, juga tas hitam yang selalu ia bawa.

Dengan jarak yang tidak begitu jauh.

"Kenapa?"

"Win!" peringatnya.

Win hanya tertawa. "Udah selesai ya?"

"Selesai?"

"Merayakan kelulusan, udah selesai?" jelasnya, dia hanya ingin basa-basi. melihat pakaian Bright, dia sudah lebih dulu tahu.

"Udah, kok. Lagi nunggu seseorang buat tanda-tanganin juga."

Win mengangguk singkat, sedikit mengerutkan keningnya juga.

"Siapa, gebetan lo?"

"Ehm."

"Kenapa malah ke rumah gue?"

"Mau tanda-tanganin?" Bright melirik bajunya. Berharap Win mengiyakan tawarannya.

"Boleh ya?"

"Boleh." Bright mengeluarkan spidol dari sakunya dan memberikan pada Win, "Acara ini cuma di sekolah doang kok."

"Dimananya?" Win sedikit bingung.

"Di atas saku juga boleh."

Win mengangguk, dia mulai melakukannya.

Cup!

Bright mencium dahinya. "Jangan sampai gemeteran gitu."

"Jangan baperin anak orang mulu, woy. Si Win juga suka ngegantungin, kapan juga balikannya?" Suara Nanon terdengar dari luar rumah Win.

"Ngapain lo?"

"Lewat aja." Nanon kembali melajukan motornya, ingin segera pulang.

Bright hanya menghela napas, pandangannya kini tertuju pada Win. Sebenarnya ia ingin mengatakannya, tapi dia takut. Takut akan satu hal.

"Menunda pekerjaan itu nggak baik, bukan? Dan gue nggak bakal nunda hal itu lagi. Gue nggak minta agar lo mengiyakannya," Bright melipat bibirnya, dia masih menatap Win di depannya, "mau diubah dari mantan ke pacar?"

****

Setelah selesai makan siang, Bright berjalan untuk ke kamarnya. Dia ingin istirahat sebentar, kegiatannya tadi pagi membuatnya lelah. Pandangannya kini tertuju pada layar ponselnya, ada satu pesan disana.

Dari Marc.
Kapan kemari ?
Nggak lulus?

Bright tersenyum tipis, dia memilih tidur tengkurap, ingin membalas pesan dari kakak laki-lakinya. "Mungkin satu minggu setelah pengambilan ijazah. Kenapa, kangen sama gue?" gumamnya.

Setelah itu, Bright beralih untuk menghubungi Win.

"Udah mau tidur siang?" tanyanya, dia bangkit dan berjalan ke balkon kamarnya.

"Nggak kok, lagi di cafe."

"Ngapain?"

"Kerjalah."

"Siangnya di cafe, malemnya di Indomaret?" Bright semakin penasaran, sebelumnya Win tidak pernah cerita tentang pekerjaan barunya. "kenapa nggak cerita?"

"Baru tadi mulai."

Bright mengangguk singkat. "Gue nyusul!"

"Nggak usah, udah mau pulang juga."

Bright menghela napas berat. "gue jemput!"

Bright segera mematikan sambungannya, tidak mengijikan Win untuk melarangnya lagi.

****

Win keluar dari kafe itu, jam sudah menunjukan pukul dua lewat sembilan belas menit. Pandangannya tertuju pada seseorang yang berdiri tak jauh dari keberadaannya, laki-laki itu memakai topi hitam dengan gaya pakaian yang biasanya dipakai. Kaos hitam dengan celana coklat selutut.

Laki-laki itu tengah tersenyum diantara keramaian disana. Dia segera menghampirinya.

"Udah lama?" Win bertanya pelan.

"Nggak, baru tadi nyampe." Bright tersenyum, tapi detik setelahnya rautnya berubah. "Udah lama banget, panas lagi," keluhnya.

Bright terkekeh pelan, dia berjalan untuk ke motornya. Diikuti Win juga.

"Helmnya, mau gue pakein?" tanya Bright.

"Masih punya tangan!"

"Gitu ya." Bright menggelengkan kepalanya, dia segera memakai helm.

"Pegangan dong!" suruhnya, setelah Win duduk di belakangnya.

"Masih ada orang."

"Jika nggak ada orang, mau?" tanya Bright, dia menoleh ke belakang.

"Nggak."

Bright lagi-lagi menghela napas pelan, dia mulai melajukan motornya.

"Mau kemana?" tanya Win.

"Nganter mantan."

Setelah dari Kafe itu, mereka memilih tiduran di kamar Bright.

Bright yang masih membaca buku dan Win yang masih memainkan ponselnya. Sudah lebih dari satu jam posisinya masih sama dari sebelumnya, tidak banyak pembicaraan juga.

"Emangnya tanggal berapa ke Belanda?" Win bertanya pelan, "Jangan sampai batal lagi."

"Emang nggak bakal kangen jika gue ke belanda?" Dia mendekatkan wajahnya, segera dia menoel hidung Win.

"Nggak."

"Kenapa?"

"Lo bukan pacar gue lagi."

Bright hanya bisa menghela napas berat, segera dia membereskan bukunya dan memilih minum. "Jangan hubungi gue jika lo kangen."

Win hanya mengangguk. "Jangan pernah ganti nomor ponsel!"

"Iya." Bright mendekat, mencium bibir Win sedikit lama. "Mau saling percaya satu sama lain?" Bright bertanya.

"Tentu."

MANTAN? [brightwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang