Here's Your Perfect - Jamie Miller.
"Jujur tentang gue yang pernah nyentuh tubuh lo!"
Bright tersenyum puas, dia melepaskan tangannya dari Win. "Gue bakal jelasin semuanya, kalian tau? Cowok ini pernah menjual tubuhnya sama gue, Ibunya sakit dan membutuhkan uang puluhan juta untuk operasinya." Bright menoleh. "Gue rasa kalian nggak bakalan percaya, tapi untuk apa gue berbohong?"
"Win, lo?" Jia menoleh ke arah Win, masih tidak percaya. "Bagaimana jika Ibu lo tau? Ibu lo pasti kecewa."
"Kak, gue mohon!"
Jia hanya tersenyum sinis, dia melepaskan tangan Win dari lengannya. "Lo bisa pinjam, kan. Nggak harus ngelakuin hal ini?"
Win menutup matanya sebentar. "Gue nggak ada waktu buat pinjam sama orang, Ibu harus segera di operasi. Kalo nggak, Ibu nggak bakalan selamat."
Jia menghela napas pelan. "Bright minta syarat sama lo, 'kan?" Jia mendesis. "Gue nggak tau bakal gimana reaksi Bibi nanti. Bagaimama pun juga, dia akan tau semuanya."
"Gue nggak mau Ibu ninggalin gue lagi, hari itu mungkin gue bikin dia pergi." Win menghela napas pelan, caranya memang salah. Tapi, Win harus apa. Dia tidak punya cara lain lagi. Dia tidak punya tabungan, tabungan dia dan Ibunya juga habis untuk kebutuhan sehari-hari.
"Untuk apa lo ke rumah sakit, sengaja buat nemuin Win?" tanya Jia pada Bright.
"Gue harap lo tau." Bright berjalan untuk mendekat pada laki-laki itu. "Bagaimana rasanya saat gue jelajah tubuh lo?"
Win tidak mengatakan apapun, dia masih menatap lantai itu dengan tatapan kosong.
"Pantesan semua orang pada rebutin lo, rasanya cukup enak daripada yang gue kira." Bright tersenyum penuh arti, dia menarik dagu Win. "Bagaimana jika gue lakuin hal ini di depan semua siswa?"
Tubuh Bright terhempas ke belakang, pukulan Win memang tidak begitu lemah. Dia mengusap ujung bibirnya sebentar. Caranya kali ini memang tidak berhasil, tapi mungkin dia akan mencari cara lain lagi agar Win lebih menderita.
"Ikut gue!" Bright menarik paksa tubuh Win ke tengah lapangan. Lantas, dia mendorongnya.
Bright hanya memandang Win dengan tatapan dibuat semenyedihkan mungkin, dia berjongkok. "Bagaimana rasanya dipermaluin?"
Bright berdecak pelan, sedari tadi Win hanya diam. Laki-laki itu sama sekali tidak membalasnya.
"Lo kenapa? Benci sama gue?" tanya Bright lagi, dia mengelus rambut Win. "Gue bakalan lakuin apapun agar lo lebih menderita di sekolah ini, termasuk teman-teman lo yang bakalan menjauh dari lo."
"Untuk apa?"
"Karena gue benci!" Bright mendekatkan tubuhnya. "Mungkin tentang masalah itu, gue semakin benci sama lo," ujar Bright, dia berdiri dari duduknya dan menghampiri seorang gadis.
"Udah lama nunggunya?" tanya Bright, dia mengacak rambut gadis itu.
"Nggak kok, tadi ada rapat osis soalnya. Kakak apain kakak itu?" tunjuk gadis itu pada Win.
"Nggak perlu diurusin, Ya. Dia hanya orang gila."
Gea mencebil kesal. "Siapa yang ngajarin kamu seperti itu?"
"Kamu lah!"
Bright melirik Win di belakangnya lalu pergi dari lapangan itu bersama Gea tentunya.
"Lo nggak papa?" tanya Dev, dia membantu Win untuk berdiri.
"Dia nggak papa, cuma dia mama aja," celetuk Kai.
"Gila, lo!"
****
"Gue lagi buat rencana buat bully dia!" Bright menghembuskan asap rokoknya. Kini Bright, Tar sama Nanon sedang di kantin Bi Endah untuk sekadar nongkrong. Seperti biasa.
"Siapa?" tanya Nanon.
"Gue kehabisan ide!" Tar menarik satu amplop di dalam tas Nanon. "Amplop apaan nih? Jangan bilang lo curi di pernikahan orang?"
"Bangsat! Asal ngomong lo. Itu cuma Amplop yang dititipin adik gue buat Albar. Isinya surat kayaknya."
"Jangan bilang adik lo suka sama Albar. Kuno banget pake surat-suratan segala. Emang adik lo nggak punya Hp?" Tar menyipitkan matanya, berusaha agar ia bisa melihat isinya. Dia jadi penasaran.
"Adik gue yang masih enam tahun, gimana punya ponsel. Dia itu nge-fans gitu sama muka Albar, katanya mirip artis korea." Nanon bisa mengingat jelas.
Tar bergidik ngeri. "Albar kayak muka korea? Matanya katarak kali!"
"Lo yang katarak, pake ngatain adik gue se-
"Bisa diem?" Bright menggembrak meja itu, merasa kesal dengan kedua sahabatnya itu.
"Cari ide buat bully Win besok!" Tar tau bagaimana jalan pikiran Bright, cowok itu memang tidak ada habisnya memikirkan hal itu.
"Win? Gimana ya. Otak gue mentok sampai sini doang, nggak bisa mikir," ujar Nanon, merasa lelah juga memikirkan hal itu.
"Otak lo perlu diganti itu!" saran Tar, dia mengeluarkan ponselnya dan beralih mencari aplikasi tokopedia. "Di Tokopedia kayaknya ada otak yang pas buat lo, Non. Otak anjing!"
"Nggak lucu! Cariin ide sana. Liat tuh muka Bright!" tunjuk Nanon.
"Ah, gue punya ide." Tar berdiri dari duduknya, mencondongkan tubuhnya dan merangkul Bright dan Nanon.
"Apa itu?" tanya Bright.
"Cium dia dihadapan semua siswa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN? [brightwin]
Fiksi Penggemar"Pernah terpikirkan buat balikan sama mantan?" __ Bright Vachirawit. Win Metawin.