PART 04

3.1K 323 43
                                    

TheOvertunes - Bicara.

Win menatap Bright yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dia mendecak pelan, sudah lebih dari satu jam posisi mereka masih sama dari sebelumnya, hanya saja posisinya terlentang. Entahlah, ia tidak tau dimana Bright mencari alas dari kardus ini. Sebenarnya juga tadi dia ingin melepaskan pelukan ini, tapi tenaganya tidak begitu kuat. Bright benar-benar memeluknya erat.

Bukannya Win tidak nyaman, bahkan ini lebih dari kata nyaman. Hanya saja, bau keteknya Bright yang sangat mendominasi di indra penciumannya. Jika Win bisa menjabarkannya, baunya itu semacam air comberan ketemu bangkai tikus, bau banget, elah!!

"Ya ampun. Pak Presiden tolongin dong!"

"Pak presiden nggak bakal nolongin rakyat kere kayak lo!" ujar Bright, matanya masih tertutup rapat. Dia sama sekali tidak mengigau.

"Lo bangun? Yaudah lepasin gue!"

Bright masih tetap pada pendiriannya, dia tidak akan pernah melepaskan laki-laki itu begitu saja.

"Nggak akan! Gue dingin dan itu karena lo!"

Win menelan ludahnya samar, matanya melotot. Berusaha menahan kesabarannya.

"Bukannya lo yang kasih baju ini? Sok-sokan jadi cowok keren. Eh, nyatanya kagak ikhlas!" cibir Win.

Bright berusaha menahan kesabarannya untuk menghadapi laki laki gila ini, lebih baik dia kembali tidur daripada meladeni Win. Laki-laki gila yang hanya membuat kepalanya pusing seketika.

"Kenapa lo tidur, bangun woy! Udah pagi!" teriak Win.

"Lo bukan Ibu gue!"

Win mendesah berat, dia lebih memilih memainkan lengan Bright dengan sedikit mencubitnya untuk menghilangkan rasa bosannya. Sedari tadi ia tidak bisa tidur, entahlah untuk saat ini ia tiba tiba merindukan kasur hangat di rumahnya, dia ingin memeluk guling itu dan membuat susuatu disana dengan ilerannya. Dan untuk sekarang apa ia harus ngiler di dada Bright?

Tangan Win naik untuk memegang otot Bright yang sedikit berbentuk.

"Jenis otot ini namanya apa, ya?" Win menekan otot lengan atas bagian depan itu. "Bisep apa trisep sih? Kayaknya dulu pernah belajar kayak gini deh, tapi gue lupa, sumpah!"

Win terus memikirkannya. "Jika ini Bisep gue bakalan jodoh sama cowok ini, dan jika ini trisep gue nggak bakalan berjodoh sama dia. Yaudah gue yakin ini trisep! Entar gue cari di Google."

Cowok ini tersenyum dan kembali menatap wajah Bright dari atas. Tangannya terulur menyentuh wajah itu, dari matanya, hidung mancungnya dan terakhir di bibirnya.

"Bibirnya seksi, apa gue pakein celana aja ya? atau celana dalam?"

Win melipat bibirnya, dia beralih menyentuh hidung Bright. "Bule banget dia." Tangan Win menyentuh bulu itu dan memasukan tangannya. "Anjir ada upilnya."

"Jorok banget! Pantesan!"

Win menggelengkan kepalanya, tanpa sengaja ia mencium puting Bright.

"Gue bukan bayi lagi!"

****

Bright tiba tiba bangun dari tidurnya, dia sempat mimpi buruk tadi. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, pukul dua belas malam. Pandangannya kini beralih menatap Win yang tidur meringkuk di dadanya. Dia sedikit tersenyum dan mulai menyingkirkan rambut Win yang menutupi mata indahnya.

"Cantik!"

Sebenarnya tubuhnya masih sedikit sakit, tapi dia berusaha menahannya, dia tidak ingin Win terbangun. Ia yakin Win pasti baru tidur, mengingat laki-laki ini yang sangat susah jika tidur di tempat lain, apalagi di tempat seperti ini.

MANTAN? [brightwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang