6. Mengikuti

3K 218 1
                                    

Saia up lagi, pemirsa😉

.
.
.
.
.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mengulangnya berkali-kali. Merasa sudah siap, aku melajukan kembali mobilku. Beberapa meter lagi, aku akan sampai rumah. Setelah mampir ke supermarket dan mengukur jalan, aku memutuskan pulang. Pikiranku sudah lebih tenang.

Aku melihat Mas Hendra berdiri di teras, mungkin dia menungguku. Begitu mobilku memasuki teras, dia segera menghampiriku dan membuka pintu mobilku.

"Dari mana aja sih?" tanyanya dengan menatapku serius.

Aku tersenyum untuk menenangkannya. "Belanja."

"Kenapa tadi nggak nungguin aku?"

"Habisnya kamu lelet banget sih, Mas."

"Kamu nih ya sudah buat khawatir, pakai bilang aku lelet lagi! Ponsel kamu mana sih? Ditelepon nggak diangkat juga."

Aku sedikit tersanjung Mas Hendra begitu mengkhawatirkan aku. Jujur saja, kadar ketakutanku kini naik level.

"Haloooo ..." Mas Hendra mengibaskan tangannya ke depan wajahku. "Yah, yah ... aku sadar kok aku ini ganteng banget. Tapi nggak usah segitunya lha."

Aku mencebik dan masuk ke dalam rumah.  Arka dan Kenzo sedang memainkan robotnya di ruang tengah. Aku tersenyum dan berjalan mendekat, mencium pipi dan kening mereka bergantian.

Bunda akan mempertahankan Ayah untuk kalian, batinku.

"Dari mana aja sih, Bun?" tanya Kenzo, sebagai bentuk protesnya karena aku pulang terlambat. "Aku nungguin Bunda dari tadi."

Aku kembali tersenyum sambil mengusap kepala Arka yang duduk di pangkuanku. "Maaf ya, Bunda ke supermarket dulu tadi. Tuh, Bunda beli makanan kesukaan kalian."

Sontak Arka dan Kenzo berlari ke arah ayahnya yang membawa dua kantong kresek besar sementara aku masuk ke kamar untuk membersihkan diri.

***

Sudah hampir setengah jam aku berada di kamar mandi, sengaja berlama-lama di sana. Mengguyur kepalaku yang masih panas, berharap mendingin. Aku terkejut mendapati Mas Hendra berdiri di samping kamar mandi saat aku keluar.

"Kamu nungguin aku, Mas?"

"Iya, mau masuk tapi kamar mandinya kamu kunci dari dalam."

Aku mencebik. "Apaan deh!"

Aku duduk di depan meja rias sambil mengeringkan rambutku dengan handuk. Dari cermin yang ada di depanku, Mas Hendra tampak serius mengamatiku.

"Ada yang kamu sembunyiin dari aku?"

Nggak kebalik apa, Mas? Kamu yang selama ini menyembunyikan wanita-wanita di belakangmu, batinku dengan menahan amarah. Tapi aku memasang senyum. "Apa yang perlu disembunyiin?"

"Aku ngerasa kamu beda banget hari ini. Ada yang ingin kamu bicarain? Aku nggak mau kamu main rahasia sama aku."

Bukankah seharusnya aku yang bilang seperti itu ya? Kok malah dia duluan sih yang tanya!

"Aku cuma capek aja kok."

Mas Hendra mengamatiku dengan serius. Kemudian menghela napas panjang. "Kita siap-siap jama'ah."

***

Kenzo baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya untuk besok. Arka sudah tertidur di pangkuan ayahnya.  Telepon genggam Mas Hendra berdering,  aku langsung mengangkatnya begitu melihat layar ponsel menunjukkan  ayah mertuaku yang menelepon.

Wanita-wanita Suamiku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang