14. Istri Ketiga

4.6K 264 22
                                    

Harap perhatian ...

Sebelum membaca, klik pojok kiri bawah terlebih dahulu

.
.
.

"Alina adalah adikku."

Jedeeeerrrr!

Ini bukan aku hanya perasaanku saja. Memang benar-benar ada suara petir setelah Mas Hendra mengucapkannya. Kemudian hujan turun dengan deras. Aku mencoba mengingat-ingat bagaimana keadaan langit sebelum aku kesini. Tetapi aku tidak bisa.

"Aku, Ayah dan Ibu sangat bahagia saat itu. Sampai saat Pak Rama, sahabat Ayah, kecelakaan dan meninggal, semua berubah." Mas Hendra menatapku. "Pak Rama berpesan pada Ayah untuk menjaga istrinya, Ibu Winda. Wanita yang kamu lihat bersama Ayah saat di rumah sakit. Karena merasa hutang budi, Ayah menikahi Ibu Winda setelah Alina lahir. Ibu Winda juga memerlukan kehadiran Ayah untuk Alina. Sementara Ibu ... Karena rasa hormatnya yang besar kepada Ayah, Ibu mengikhlaskan Ayah menikah dengan Ibu Winda.

Alina ... Dia terlahir dengan kelainan jantung. Sejak kecil dia sering merasakan sakit di dadanya, sesak napas hingga sering pingsan jika dia kelelahan. Dokter membatasi kegiatannya. Meskipun dia bukan adik kandungku, aku sangat menyayanginya. Ibu juga sangat sayang padanya. Kami semua sangat sayang padanya.

Sejak Ayah menikah dengan Ibu Winda, Ayah menggantikan Pak Rama sebagai direktur rumah sakit miliknya. Rumah sakit tempat Alina dirawat. Semua orang menganggap Ayah memanfaatkan situasi yang ada karena menikahi istri sahabatnya. Ayah tidak mempedulikan itu semua. Walaupun Ibu sangat menyayangi Alina, ibu tidak bisa tinggal satu atap dengan Ibu Winda. Ibu lebih memilih tinggal di rumah peninggalan orang tuanya.

Aku dan Alina menghabiskan masa kecil bersama. Terkadang aku menginap di rumah Ibu Winda setiap Sabtu dan Minggu, begitu juga dengan Alina. Dia sering kali menginap di rumah Ibu. Bahkan dia lebih dekat dengan Ibu daripada dengan ibu kandungnya. Alina selalu mengikutiku kemana pun aku pergi dan aku berusaha menjaganya karena jika Alina kecapekan, penyakitnya kambuh. Dia akan masuk rumah sakit berhari-hari. Hingga pernah aku menangis karena kasihan padanya.

Karena Alina, aku bertekad menjadi dokter spesialis jantung. Aku berharap bisa menyembuhkan adikku, Alina. Alina adalah semangatku saat itu. Aku ingin cepat menjadi dokter agar aku bisa melihat Alina sehat.

Karena penyakitnya, Alina menjadi tidak mempunyai teman. Dia melewati masa SMA-nya dengan tidak bahagia. Tak ada yang mau berteman dengannya. Hanya aku satu-satunya teman untuknya. Dia gadis yang kesepian, sering menyendiri dan tidak suka keramaian.

Hari itu, saat aku wisuda, Alina masuk rumah sakit dan tidak bangun selama lima hari. Ibu begitu khawatir hingga memintaku untuk menikahi Alina."

Jadi mertuaku sendiri yang menyuruh anaknya menikahi anak tirinya?

"Ayah dan Ibu Winda terkejut mendengarnya. Aku apalagi. Ibu menyimpan diary milik Alina. Di sana tertulis Alina menyayangiku sebagai laki-laki pada umumnya, bukan sebagai saudara. Perasaan Alina padaku tumbuh sejak dia masuk SMA. Alina diam-diam menyukaiku sebagai sosok lain. Tulisan Alina yang terakhir adalah dia ingin aku menjadi imamnya.

Tentu saja aku menolak keras ide itu. Aku tidak bisa melakukannya pada adikku. Hingga hari ketiga Alina masih belum bangun. Semuanya panik, aku juga. Ibu memohon agar aku mengabulkan permintaan Alina. Sementara Ayah dan Ibu Winda juga panik dan mulai meyetujui ide Ibu. Memaksaku agar menikahi Alina. Mereka berharap Alina akan bangun jika keinginannya terkabul.

Aku tidak bisa. Alina adalah adikku. Hingga esoknya Alina tidak kunjung bangun, membuatku bertambah panik. Aku terpaksa menuruti permintaan Alina karena tidak tega melihat keadaannya. Lalu aku memutuskan untuk setuju menikahinya secara agama di rumah sakit itu. Tanpa memikirkan lagi apa yang akan terjadi pada kami nantinya.

Wanita-wanita Suamiku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang