10. Hp Rusak

2.9K 222 2
                                    


Pagi ini aku merasa sedikit tenang setelah semalaman merenung dalam sujud. Aku tidak boleh menyerah, aku harus bersabar. Jangan sampai aku kehilangan suamiku dengan bertindak gegabah. Mas Hendra pasti bisa menjelaskannya nanti.

Kling. Ada notifikasi pesan dari suamiku.

My Prambudi :
Assalamu'alaikum, pagi sayang.

Aku tersenyum dan berdebar membacanya. Persis seperti anak SMP yang baru puber.

Me :
Wa'alaikumsalam

My Prambudi :
Udah sampai cafe?

Me :
Udah

My Prambudi :
Irit banget sih balesnya

Aku terkekeh membacanya. Kami seperti mengulang masa PDKT dulu. Berbalas via pesan seperti ini pun rasanya berbunga-bunga waktu itu. Teleponku berdering, My Prambudi. Mungkin karena aku terlalu  lama membalas pesannya.

'Lagi sibuk?' tanyanya di seberang

"Pak dokter sendiri nggak sibuk?"

'Belum sibuk. Aku ganggu ya?'

"Banget." Aku menahan tawaku.

'Yaaaah, padahal aku lagi kangen.'

"Apaan sih! Gombal banget."

'Tuh kan salah lagi. Kemarin waktu pasien aku nawarin anak perawannya marah, sekarang giliran aku kangen dibilang gombal.'

Aku tertawa geli. "Memang pasien itu balik lagi?"

'Belum balik. Jadwal kontrolnya dua minggu lagi.'

"Kayaknya ngarep banget tuh, sampai jadwalnya aja hafal," ucapku agak kesal.

'Ngambekan deh. Aku kan cuma jawab aja.'

Mau tidak mau, aku tertawa mendengarnya. Hingga aku tak mendengar lagi suaranya di seberang.

"Mas?"

'Aku seneng denger ketawa kamu. Kemarin aku sempet nggak fokus waktu operasi. Untung aja asistennya ngingetin aku. Kalo nggak, mungkin sekarang aku di penjara karena malpraktik.'

Aku kembali tertawa. "Lagian kenapa nggak fokus sih?"

'Mikirin kamu.'

Aku bisa merasakan pipiku terasa panas. Hatiku berbunga mendengarnya. Untungnya aku ada di kantor, sendirian.

'Kamu mikirin aku juga nggak?'

Aku tersenyum. "Aku ngantuk, Mas kemarin setelah bacain dongeng buat Kenzo sama Arka."

'Jadi cuma aku aja yang mikirin kamu? Kamu kok gitu sih sama suami sendiri?'

"Memang aku harus gimana?" godaku.

'Ya paling nggak, kamu tuh jawabnya aku juga mikirin kamu, Mas. Gitu kan aku seneng dengernya.'

Seketika aku tertawa. "Kamu kayak ABG aja tahu nggak, dari tadi nggombalin aku melulu."

'Siapa juga yang gombal? Suami kangen malah dibilang gombal.'

"Iya deh, percaya. Kamu lagi nggak ada pasien?".

'Belum, ini aku masih sarapan di ruangan.'

"Terusin sarapannya, gih. Nanti pulang jam berapa?"

'Kenapa? Kamu kangen juga?'

Ih, apaan coba? "Nggak."

'Kamu tuh ya, anak udah dua masih aja jaim-jaiman sama suami sendiri. Bilang kangen aja pake berbelit-belit.'

Wanita-wanita Suamiku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang