7. Tidak Ada Yang Tersisa

3.4K 234 3
                                    

Mas Farhan.

Laki-laki ini yang sudah meninggalkanku demi kariernya. Yang membuatku membatalkan rencana indahku di masa lalu. Yang membuatku patah hati. Yang membuat Papa harus pergi meninggalkanku.

"Rania."

Tiba-tiba saja Mas Farhan memelukku.  "Aku kangen banget sama kamu."

Aku segera mendorongnya hingga dia mundur beberapa langkah ke belakang.

"Maaf, Mas kita tidak boleh begini."

Mas Farhan tampak terkejut. "Kenapa?"

"Aku sudah bersuami."

"Bohong." Mas Farhan tampak tidak terima.

Aku mengangkat jari manisku yang tersemat cincin kawin.  "Aku nggak akan menunggu kamu yang sudah ninggalin aku begitu aja."

"Aku pergi juga karena masa depan kita."

Aku menggeleng. "Kita sudah selesai dan tidak ada yang tersisa dari kita."

Tanpa menunggu jawabannya, aku bergegas pergi dari hadapannya. Sudah cukup aku kesakitan malam ini. Aku tidak mau menambah luka baru. Apalagi berhubungan dengan masa lalu, sudah ku tutup rapat-rapat. Tidak ada yang tersisa dari masa lalu.

***

Pagi ini aku terbangun dengan kepala pusing. Seingatku, pukul 23.05 aku baru sampai rumah. Oh iya, Mas Hendra tidak pulang kemarin. Apa wanita itu sudah sadar?

Kepalaku bertambah pusing mengingat kejadian semalam. Aku berjalan pelan masuk kamar mandi. Ini masih pukul 04.15. Masih bisa mengejar Subuh. Kenzo datang tepat saat aku akan memulai sholat.

"Aku jadi imam ya, Bun."

Aku tersenyum mendengarnya. "Boleh."

Pusingku sedikit reda setelah kami menunaikan Subuh. Kenzo mencium tanganku sambil menatapku.

"Bunda habis nangis ya?" tanyanya hati-hati.

Aku menggeleng dengan tersenyum, "Kata siapa?"

Kenzo menunjuk mataku. "Itu. Mata Bunda bengkak."

"Masa sih?" Aku pura-pura terkejut. "Bunda nggak nangis kok."

"Kata Bunda bohong itu dosa."

Benar-benar senjata makan tuan. Aku tertawa mendengar ucapan Kenzo. Maafin, Bunda ya, Nak. "Tapi Bunda beneran nggak nangis. Mungkin mata Bunda cuma capek. Kemarin Bunda tidurnya kemalaman."

Mulut Kenzo membentuk huruf O. "Ayah nggak pulang ya, Bun?"

"Ayah ada kerjaan mendadak di rumah sakit. Kamu siap-siap ya. Bunda juga."

***

I found a love for me
Oh darling, just dive right in and follow my lead
Well, I found a girl, beautiful and sweet
Oh, I never knew you were the someone waiting for me

Aku memutar mata sambil menghela napas panjang. Kenapa kebetulan sekali lagu ini terputar begitu aku membuka pintu R's Cafe? Dan kalian tahu selain itu? Saat aku membuka pintu cafe, Mas Farhan yang entah sejak kapan ada di cafe ini, berdiri dan tersenyum senang dengan kedatanganku.

Yah, aku sih tahu aku cantik dan manis, tapi bukan a girl lagi. Dan ... Aku tidak pernah menunggu orang lain selain suamiku. Apalagi mengharap seseorang dari masa lalu. Tetapi aku harus menyelesaikan sesuatu dari masa lalu ini. Dengan langkah pelan aku mendekati meja yang dipesan Mas Farhan.

Senyum Mas Farhan semakin mengembang saat aku mendekat dan duduk di hadapannya. "Aku sudah menunggumu dari tadi. Setahuku kamu bukan tipe pemalas, tapi hari ini kamu datang siang."

Wanita-wanita Suamiku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang