Cerita lengkapnya ada di noveltoon, gratis kok
.
.
.Mas Hendra mengangguk setelah lama menatapku. "Maaf."
Aku pikir akulah yang tersakiti. Nyatanya akulah orang baru dalam kehidupan suamiku dan...wanita-wanitanya. Aku tersenyum getir, aku bukan pelakor kan?
"Kenapa kamu nggak jujur dari awal, Mas?" Aku merasa seperti perusak.
"Aku terlalu pengecut. Saat pertama kali melihatmu, aku ... Aku merasa seorang pengkhianat."
Perlahan aku melepaskan genggamannya. Membuat dia menatapku tidak mengerti dan berusaha meraih tanganku kembali. Tetapi aku menjauh.
"Berarti aku sudah jahat banget, Mas." Aku terisak. Aku memeluk lututku dan mulai menangis. "Aku sudah merebut suami orang."
Seketika Mas Hendra memelukku. "Nggak, Ran. Bukan begitu."
Aku masih terus menangis. Menangisi ketidak tahuanku. Tadinya aku merasa sebagai wanita yang diduakan, ditigakan. Nyatanya, aku adalah orang baru yang merasa paling tersakiti tetapi tidak sadar sudah menyakiti wanita lain.
"Maaf, sudah buat kamu di posisi ini. Apa aku salah kalau aku memperjuangkan seseorang yang aku cintai?"
Tangisanku bertambah keras.
"Lihat aku." Mas Hendra memaksaku menghadapnya. Dia menghapus air mataku dan mendekapku. "Kamu bukan perebut suami orang."
“Aku jahat, Mas.” Aku semakin menenggelamkan wajahku ke dalam pelukannya.
“Kamu bukan jahat. Kamu wanita yang aku cintai. Hanya kamu.”
***
Aku bangun dengan mata yang terasa berat, entah berapa lama aku menangis kemarin. Pandanganku masih buram. Mungkin mataku bengkak karena terlalu lama menangis. Lebih baik aku memejamkannya lagi. Hingga aku merasa ada yang mengusap kepalaku dari belakang, cepat-cepat aku menoleh karena terkejut.
"Selamat siang, Cantik." Mas Hendra tersenyum menatapku, tangannya terus mengusap kepalaku. Wajahnya tampak segar. Sepertinya dia sudah mandi, terlihat dari pakaiannya yang sudah berganti.
Apa katanya? Selamat siang, Cantik? Hhh, pagi-pagi sudah menggombal. Aku menghela napas dan memejamkan mata sekali lagi.
Tunggu!
Mataku terbelalak sempurna dan bangun begitu aku mencerna kata-katanya. Aku mencari keberadaan jam dinding dan syok saat melihatnya. Sudah pukul 10.15. Hampir saja aku terjungkal saat turun dari tempat tidur karena belum sepenuhnya sadar dan minimnya pandanganku. Aku tidak menemukan tasku.
"Kamu kenapa sih, sayang?" tanya Mas Hendra heran sekaligus khawatir melihatku yang hampir terjatuh tadi.
"Kamu lihat tasku nggak, Mas? Aku mau telepon, kemarin aku lupa bilang Budhe kalau aku disini sama kamu." Duh, mana sih?
"Aku sudah kirim pesan sama Budhe kemarin waktu kamu tidur."
Aku mencebik kesal. "Bilang dong dari tadi," sungutku. Tahu begitu aku tidak usah panik. Malas-malasan aku kembali merebahkan tubuhku dan memejamkan mata. Mataku berat sekali, mengantuk. Aku ingin melanjutkan tidurku.
"Kamu capek banget ya?" tanya Mas Hendra, aku tidak menjawabnya. "Kamu sampai mendengkur kemarin."
What! Mataku kembali terbelalak. Aku menoleh ke belakang, menatapnya tidak percaya. "Bohong!"
Mas Hendra tertawa. "Memangnya kenapa kalau kamu sampai mendengkur?"
Ya malulah! Masa iya aku mendengkur? Di depan suami lagi! Duh, tengsin nih!
![](https://img.wattpad.com/cover/255833598-288-k79916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita-wanita Suamiku (End)
ChickLitHai, readers.... Masih ingat ceritaku yang satu ini??? Wanita-wanita suamiku mengalami banyak revisi. Apa bedanya???? Jadi secara garis besar sih sama, hanya saja per babnya lebih panjang lho dari yg versi lama. Jadiiiiiiii..... Yuk, baca sekali lag...