"5 menit lagi Yoon." Lirih Jihyo yang pagi ini sangat-sangat malas bangun, mungkin dia lelah.
Lelah kenapa? Lelahnya pengantin baru tentu saja sudah pasti lelah karena hal itu. Ya, setelah Jihyo ketahuan membohongi Yoongi akhirnya Yoongi pun mendapatkan haknya sebagai seorang suami.
"Pesawatnya 30 menit lagi Hyo." Ucap Yoongi yang sudah rapi sangat terbanding terbalik dengan Jihyo.
Yoongi yang sedang memakai jam tangan mahalnya melihat Jihyo yang masih malas-malasan rasanya ingin menyiram Jihyo dengan air hotel yang dingin.
"Ck! Itukan pesawatmu apa masalahnya kalau kita telat." Oceh Jihyo dengan mata yang masih tak mau membuka.
"Takut cuacanya memburuk kalau kita tidak pergi tepat waktu Hyo, ayo cepat bangun." Yoongi membangunkan Jihyo dengan paksa.
"Aaaahh aku masih mengantuk." Jihyo sudah seperti anak kecil saja.
"Ck! Nanti kau boleh lanjut tidur dipesawat, ayo sekarang bangun cuci mukamu, tidak usah mandi tidak apa-apa." Yoongi memaksa dan Jihyo tidak bisa menghindar lagi.
Setelah rentetan acara yang direncanakan Yoongi selesai pukul 9 malam, para tamu langsung pulang ke Seoul, padahal Yoongi sudah menyiapkan kamar hotel bintang lima gratis untuk siapapun yang mau menginap, tetapi semua memiliki kepentingan yang tidak bisa ditunda sehingga memutuskan pulang setelah acara selesai. Keluarga Yoongi dan Jihyo memutuskan menginap.
"Aaahh eonnie aku ikut~~~" adik Jihyo yang paling kecil terus merengek meminta ikut Jihyo.
"Tidak bisa sayang, kalau sekarang kau tidak boleh ikut eonniemu." Ny. Park mencoba memberi pengertian pada anak bungsunya itu.
"Wae? Kenapa aku tidak boleh ikut. Eonnie, aku boleh ikutkan? Heum? Eonnie aku mau ikut, aku mau naik pesawat bagus."
Jihyo bingung harus menjelaskan dan membujuk adiknya ini bagaimana, dia memandang Yoongi yang sedari tadi diam bersandar tembok.
"Oppa, aku boleh ikutkan? Oppa ayolahh, kau kan baik, kau juga janji akan menuruti kemauanku kalau aku mengijinkanmu menikah dengan eonnieku."
Yoongi skakmat, seharusnya dulu Yoongi tidak usah menjanjikan hal seperti itu pada anak yang belum bisa diajak kompromi.
"Oppa~~~" Kini Park Jiyoung merengek pada Yoongi.
"Ehemm." Yoongi berdehem bersiap untuk membujuk adik dari istrinya yang kini berarti juga sudah menjadi adiknya.
"Jiyoung-ah." Ucap lembut Yoongi sambil jongkok menyamai tinggi adik Jihyo.
"Kau boleh ikut oppa dan eonniemu, kau juga boleh naik pesawat kapanpun kau mau, tapi tidak hari ini, opp-"
"Aaaah wae~~~? Oppa kau dulu janji mau mengabulkan semua keinginanku kan? Oppa~~~"
Kesabaran Yoongi diuji disini. Padahal dirinya sedang gelisah karena sedari tadi sudah dihubungi oleh pihak bandara yang mengurus pesawatnya itu.
"Iya sayang, dengarkan oppa dulu, oppa akan mengajakmu kemanapun kau mau dengan pesawat oppa, tapi tidak sekarang, sekarang oppa ingin pergi dulu dengan eonniemu sebentar, nanti setelah oppa pulang, gantian tinggal kau yang oppa ajak pergi kemanapun kau mau." Ucap Yoongi lembut berharap Jiyoung mau mengerti.
"Kenapa hanya eonnie? Kenapa aku tidak boleh ikut saja oppa? Wae oppa? Aku janji tidak akan menganggu oppa dan eonnie, aku akan bermain sendiri, aku juga tidak mengorok kok, ayolah oppa ajak aku juga."
Semua gemas melihat kegigihan Jiyoung yang tetap memaksa untuk ikut.
"Jiyoung kau tidak boleh ikut, kau sudah besar, lagipula besok kau sekolahkan?" Jihyo mulai bertindak.