Play mulmed, dan vote ya...
Ana berkali kali menghela nafas bimbang sambil bersandar pada dinding halte biasa tempatnya menunggu bus. Dia menatap nanar tangannya yang kini dibalut perban, tiba tiba ingat lagi pada Juna dan perhatiannya.
"Ah, masa sih Junaedi suka gue?" bimbangnya. "Nggak lah. Si tengil itu nggak mungkin bisa serius begitu."
Bosan menunggu bus yang tak kunjung datang, Ana menegakkan tubuh, mengeluarkan hapenya dari dalam tas mencoba menghubungi orang yang berpotensi bisa dimintai nebeng.
"Medit kayaknya bisa nih" katanya, mengklik sebuah kontak dengan nama 'Medit' di hapenya.
Telepon tersambung, membuat wajahnya berseri seketika. Namun lama menunggu panggilannya dijawab, Ana jadi kesal sendiri, lalu memutuskan untuk menunggu bus saja.
"Si medit... Lo emang bener bener- EHH MEDIT CINTAKU!"
Ana mencelat, langsung berdiri kaget saat sebuah helm terlempar mengarah padanya. Untung saja, salah satu tangannya yang tak sakit dengan sigap menangkap.
"Medit. Lo-"
"Cepet naik, kalau nggak mau telat" kata cowok yang dipanggil medit itu.
"OKI DOKI..." kata Ana semangat, segera merapat ke pengendara motor matic didepannya.
"Helmnya dipake" perintah orang itu.
"Medit."
"Panggil yang bener."
"Elma."
"Ana..."
"Iya, Malik... Elmalik Rajendra, Bisa minta tolong pakein helmnya nggak? Soalnya tangan Analisa lagi sakit..."
"Ah? kenapa?" kaget Malik, segera menstandar motor di tempat.
"Tangan gue sakit. Kena panci panas" jelas Ana.
"Pasti lo nggak hati hati" kata Malik, memeriksa tangan Ana. "Lagian, tumben banget lo pegang panci. Ngapain?" tanya Malik, kini beralih mengambil helm dari Ana, dan memakaikannya untuk cewek itu.
"Juna masak mi pake kimchi. Jadi, gue takut kalau nanti dihabisin. Terus gue buru buru lah rebut pancinya. Ehhh si panci sialan itu ternyata masih panas. Yaudah, tangan gue jadi gini. Kayaknya sedikit kebakar" jelas Ana panjang lebar.
"Kayak orang nggak pernah makan mi aja lo" cibir Malik, selesai dengan helm kini langsung beralih memeriksa tangan Ana lagi. "Nggak luka berat sih kayaknya, kalau masih bisa digerakin. Besok palingan sembuh. Makanya, lain kali hati hati" peringatnya.
"Iya... Tapi berhubung gue lagi sakit, uang bensin bisa free-"
"Nggak. Tetep. 10 ribu bolak balik" potong Malik.
Ana mencebik, mengambil uang 10 ribuan yang setiap hari pasti selalu dia siapkan di dalam saku celana. "Medit!"
"Hemat..." ralat Malik, sambil mengambil uangnya dari Ana, langsung menaiki motor. "Buruan" perintahnya.
"Sama temen itung itungan banget" protes Ana sambil naik ke atas motor.
"Lo bukan temen gue" kata Malik.
"Terus apaan? Pacar?" tanya Ana ngegas.
"Nggak" jawab Malik, mulai menjalankan motor.
"Istri?"
Malik tertawa. "Yakali..."
"Terus apaan?"
"Penumpang" jawab Malik santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband-able
ChickLitAna pantang menikah, sebelum menemukan calon suami yang katanya husbandable. Namum, situasinya terbalik saat satu per satu insiden yang seolah memaksanya untuk segera menikah terjadi. Pada saat itu, semua laki laki terdekat yang berpotensi bisa di a...