12 | Peluk di kala pelik

192 27 7
                                    

Vote ya...





Sesampainya di parkiran, Juna langsung melepas gandengannya pada Malik. "Yaudah, sekarang lo bebas. Kalau mau pulang-"

"Gue ikut lo" kata Malik.

"Lah? Berubah pikiran lo?"

"Ana kayaknya beneran lagi butuh gue. Gue sebagai temen rasanya jahat banget kalau ninggalin dia dalam keadaan kayak gini" untuk pertama kalinya, Malik berbicara panjang pada orang asing.

"Kan ada gue sama saudara saudaranya" kata Juna.

"Tapi gue juga mau mastiin sendiri kalau Ana baik baik aja" Malik berujar serius.

Juna diam agak lama, membuat Malik jadi berpikir kalau Juna sepertinya tak mau direpotkan olehnya.

"Gue gak usah ikut ke rumah lo deh. Tapi boleh nggak pinjem uang buat beli baju? Janji langsung gue ganti besok kalau udah balik ke rumah. Dompet gue ketinggalan, hp apalagi" jelas Malik.

Juna masih diam, melirik Malik sesaat. "Lo ikut gue aja deh. Nanti Ana ngomel lagi, kalau tau gue telantarin lo."

"Yaudah, gue naik motor aja" kata Malik segera berjalan, tapi ditahan lagi oleh Juna.

"Lo tau namanya hujan nggak sih?"

"Gue bawa jas hujan" jawab Malik.

"Tapi tetep aja, lo bakalan basah lagi."

"Daripada nanti mobil lo basah karena baju gue?"

"Masih mending, daripada nanti rumah gue yang basah. Mau lepas baju di gerbang emang lo?"

Dalam hati, Malik sebenarnya udah mulai agak jengkel dengan Juna. Ternyata, dia cukup nyebelin seperti kata Ana.

"Yaudah deh, terserah lo" pasrah Malik, tak mau terlalu berdebat.

*


"Selamat datang..." Juna membuka pintu, lalu gorden abu abu jendela besarnya.

Malik diam di depan pintu, canggung jika langsung masuk ke rumah orang dengan pakaian basahnya.

Merasa Malik tak ada di dekatnya, Juna berbalik. "Ngapain disana?"

"Boleh masuk?" tanya Malik.

Juna memejamkan mata jengah. "Silahkan masuk. Duduk aja di sofa. Nggak usah canggung. Ka-"

"Tapi baju gue-"

"Kalau sofanya basah, ntar bisa dikeringin lagi. Gampang" lanjut Juna.

Mendengar jawaban Juna, Malik melangkah masuk dengan hati hati sambil memperhatikan rumah dengan arsitektur modern itu.

"Tunggu disini sebentar. Gue ambilin handuk sama baju ganti" kata Juna sebelum berlalu.

Sepeninggal Juna, Malik hanya diam. Tapi matanya jelalatan kesana kemari mengagumi rumah Juna yang terlihat manly, berbeda dengan rumahnya yang terkesan girly karena berwarna warni disertai dengan tanaman tanaman hias didalamnya.

"Masih bagusan rumah lo."

Juna turun dari tangga kamarnya di lantai dua, mengejutkan Malik yang tengah malihat sekitar.

Husband-ableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang