Vote ya...
Pagi itu cukup dingin. Sudah jam setengah 7 lebih, langit masih saja gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
Di dalam sana, Ana yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung membuka jendela, membiarkan angin pagi yang dingin itu memasuki rumah. Sambil mengelap wajahnya dengan handuk yang melingkar di leher, Ana memperhatikan lingkungan sekitar rumah Malik yang terlihat tenang sekali. Mendadak, Ana merindukan rumah. Padahal, baru saja satu malam dia meninggalkannya.
Merasa dingin, Ana terpaksa menutup kembali jendela itu, kini beralih meraih penyiram tanaman, lalu menyiram tanaman tanaman kecil disana. Hal inilah yang membuat Ana betah di rumah Malik. Tanaman tanaman terawat di dalam rumah yang selalu segar, sukses membuatnya tenang serasa seperti di rumah sendiri. Belum lagi, sayur sayuran organik yang Malik tanam sendiri di rooftop yang saat dimasak rasanya berbeda sekali dengan yang biasa dibeli dipasar. Meski tidak bisa memasak, Ana tau perbedaaan rasanya karena Malik sering memasak untuknya.
Di rumah Juna, Ana paling akan menemukan barang barang serba hitam putih dan berbahan metal. Berbeda dengan rumah Malik yang asri dan lebih sejuk.
Drrttt... Drrttt...
Hape di sakunya bergetar, disusul suara nada dering yang lucu. Ana merogohnya, melihat nama Juna tertera disana, membuatnya seketika melengos panjang.
"Ini pasti mau julid nih" terkanya kesal.
Dengan malas, Ana mengangkat telepon dari Juna tersebut. "Paan Junaedi?"
"Gue jemput sekarang. Di rumah Malik kan?"
Ana berdecak. "Mau ngapain? Gue mau tenangin diri dulu. Gue bosen-
"Ibu lo masuk rumah sakit."
Ana terdiam di tempatnya. Hape di tangannya seketika meluncur jatuh ke lantai, membuat Juna di seberang sana khawatir, langsung mempercepat kedatangannya ke posisi Ana sekarang.
Setelah sepenuhnya sadar, Ana langsung memungut hapenya. Mengambil jaket dan kunci motor Malik di dekat TV, secepatnya berlari mengetuk pintu rumah samping Malik dengan gemetar.
"Malik..."
"Tolong gue Malik...."
Malik yang di dalam sana sedang mengeringkan rambutnya langsung mematikan hair dryer, begitu mendengar suara Ana.
"Malik..." Ana yang kali ini sudah menangis, terus mengetuk pintu rumah samping itu.
Mendengar suara tangisan pelan itu, Malik bergegas keluar, membukakan pintu untuknya.
"Lo ken-"
Ana langsung menarik tangan Malik keluar, memberikannya kunci motornya agar Malik segera mengantarnya ke rumah sakit.
"Ibu gue masuk rumah sakit" jelas Ana.
Malik tampak sangat kaget, langsung masuk menyambar jaket yang tergantung di belakang pintu. "Rumah sakit mana?"
Ana diam, lupa menanyakan kepada Juna. "Sebentar" katanya membuka hape.
Sementara Ana menanyakan alamat rumah sakit, Malik mengeluarkan motor dan helm dengan buru buru.
"Udah?" tanya Malik.
"Rumah sakit Nusa" kata Ana buru buru naik ke atas motor.
"Helm dulu" kata Malik, turun lagi memakaikan helm untuk Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband-able
ChickLitAna pantang menikah, sebelum menemukan calon suami yang katanya husbandable. Namum, situasinya terbalik saat satu per satu insiden yang seolah memaksanya untuk segera menikah terjadi. Pada saat itu, semua laki laki terdekat yang berpotensi bisa di a...