15 | Ada Apa dengan Medit?

136 20 0
                                    

"Sekarang masih mau berantem lagi?"

Ketiga orang yang dimaksud itu menggeleng serempak.

"Ini rumah sakit lho... Ganggu banget!"

Ana yang menjadi salah satu diantara mereka awalnya ingin memberi pembelaan. Namun segera ditahan Rama yang disana sebagai penengah.

"Diam Analisa!" Rama mengangkat tangannya.

"ANAK KURANG AJAR-"

"An..."

Malik dan Juna berkata serempak.

"Nggak. Ni anak emang minta di gaplok pake batako" Ana maju, mengambil ancang-ancang hendak memukul Rama. Tapi untungnya, Juna dan Malik dengan sigap menahan kedua lengannya.

"Jangan tahan gue. Ini-"

"Ini Rumah sakit" Malik memotong.

"Nggak. Ni-"

"Nikah yuk!" Kali ini giliran Juna yang berbicara.

Rama, Malik, terutama Ana langsung diam. Sama sama menatap datar ke arah Juna.

Sedangkan Juna langsung senyum sumringah. "Kan, diem."

Ana menghempaskan kedua tangan yang memegangi kedua lengannya. "Gak lucu!" Katanya lalu duduk di bangku depan ruangan.

"Tapi kalau mau, boleh beneran juga sih..." Juna lalu menyusul duduk di samping Ana, membuat cewek yang sengaja digodanya itu menatap tajam.

"Dih, ogah!"

Menyusul Malik yang duduk di bangku seberang, Rama menepuk pundak Malik. "Ngapa Bang? Cemburu?" Tanya Rama sengaja menggodanya.

Dengan wajah lempengnya, Malik santai menjawab. "Nggak."

Wajah Rama langsung berubah lempeng seperti Malik. "Oh gitu" katanya pasrah. "Padahal mah seru banget kalau emang cemburu. Bakal jadi berita viral di koran lampu merah. 'Dua laki laki baku hantam di rumah sakit, hanya karena memperebutkan perempuan jadi jadian'. Bagus kan? Seha-"

"Ram" Malik menyela.

"Gapapa. Bakal seru itu. Kak Ana masuk koran lampu merah buat kedua kalinya. Kan dobel vir-"

"Cocot dijaga ya bwank!" Ana yang ternyata sudah sampai di depan Rama langsung membekap mulut adiknya.

"Ampun Ndoro..." Dengan suara tertahan, Rama memohon.

"Bisa..." Kata Ana. "Tapi ada syaratnya."

Rama menghela nafas. Kalau Ana yang buat syarat syaratan begini, bisa ngalahin syarat ijab kabul di KUA.

Dengan terpaksa Rama bereaksi juga. "Apa?"

Ana melepas tangannya pada mulut Rama, lalu dengan santai berkata. "Guys, makan malam nanti di traktir Rama."

"APAAN ANJI-"

"HEH!" Ana memelototi Rama.

"Anji masuk penjara maksudnya..."

"Oke guys... Rama yang traktir kita makan malam. Biar Analisa yang pilih tempatnya."

Rama menghela nafas panjang. Mencoba menatap Malik didekatnya untuk meminta pertolongan.

Matanya seolah mengisyaratkan. 'Bang, pliss bantuin bayar ya ntar. Atau kalau bayar terlalu berat, bantuin milih angkringan di depan aja ya biar low budget.'

Tapi seperti biasa, Malik selalu tidak paham masalah kode kodean. Melihat wajah datar Malik yang tak menyiratkan pengertian sama sekali, Rama beralih pada Juna.

Husband-ableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang