02 | Si Cewek Pemberani

367 39 4
                                    

Chinggu, jangan lupa vote dan komen yang baik ya...



2008.

Merantau ke ibu kota saat baru berusia 16 tahun adalah hal paling nekat yang pernah Juna lakukan.

Tapi demi menempuh pendidikan yang lebih baik, dia akan melakukannya. Orang tuanya di kampung ingin anaknya menjadi orang sukses yang tentunya tidak ketinggalan jaman. Mereka ingin, anaknya berbeda dari anak pinggiran kota yang lain. Sawah dan ladang pun siap mereka korbankan jika itu bisa membuat anaknya sukses.

Disana, Juna juga dijamin tidak akan terlantar, karena rumah yang akan dia tempati, adalah milik kerabatnya di kota, yang disewakan padanya. Kemudian hal hal pokok seperti makanan dan semacamnya, Juna sudah jago menanganinya sendiri.

Namun kenyataannya, saat sampai di ibu kota, Juna kelimpungan dan tersesat. Dia sudah mencoba bertanya pada orang orang yang berlalu lalang, namun sayangnya selalu diabaikan.

"Benar kata orang. Ibu kota itu lebih kejam dari ibu tiri" Juna menghela nafas, bersandar pada dinding halte bus di belakangnya, merasa lelah karena menggendong ransel besar di punggung.

Saat sebuah bus berhenti di depannya, semua orang yang sudah menunggu mulai berebut untuk masuk ke dalam.

Saat itu, Juna memberanikan diri bertanya pada seseorang di depannya. "Mbak, ini busnya mau kemana ya?" tanyanya.

"Ke Bintaro mas."

Akhirnya, ada juga orang baik yang mau menjawabnya.

"Masnya dari kampung ya?" tanya orang itu.

Juna kontan mengangguk. "Iya mbak" jawabnya semangat. "Mbak, boleh nanya, perumahan Asri Buana dimana ya?" tanyanya memberanikan diri.

"Maaf mas, saya nggak tau. Permisi ya, saya masuk dulu" pamit orang itu.

Juna makin bingung mau kemana lagi. Dia hanya diam, menatap orang orang yang kini berdesakan ingin memamasuki bus. Hingga tiba tiba, sebuah tangan misterius terulur dari dalam bus, menariknya masuk ke dalam sana.


"Saya tau dimana perumahan Asri Buana" kata orang itu.

Namun sayang, Juna tak dapat melihat wajah orang yang menolongnya itu, karena setelahnya, dia terpisah dengannya di dalam bus yang sesak itu.

Sambil berdesakan, Juna terus mencoba mendekat ke arah orang yang menolongnya. Sampai terjadilah sebuah keributan di dalam bus yang sesak itu, yang membuatnya tersungkur.

"Pak, tangannya jangan nakal dong."

Juna hanya mampu mendengar seruan itu samar dari bawah sana.

"Dasar bocah! Maksud kamu apa?"

"Yang bapak lakukan ini, pelecehan seksual namanya. Bapak mau dipenjara?"

Juna akhirnya bisa bangkit lagi, mencoba melihat siapa pemilik suara lantang dan berani itu.

"Jangan asal menuduh ya. Saya ini anggota kepolisian. Jangan mentang mentang kamu anak dibawah umur, dikira saya tidak bisa menjebloskan kamu ke penjara. Kamu sudah mencemarkan nama baik saya."

"Saya nggak asal nuduh. Coba aja tanya mbak yang didepan. Dari tadi, dia merasa nggak, kalau ada tangan terkutuk yang coba raba raba bokongnya."

Bapak yang dituding itu langsung diam. Mbak yang dimaksud juga diam saja, tak berani bersuara.

"Oke, kalau bapak nggak mau ngaku, ayo kita ke kantor polisi. Saya dan hp saya siap jadi saksi" cewek pemberani itu mengangkat tinggi tinggi hpnya.

Tanpa berlama lama, bapak yang dituduh itu langsung mengetok dinding bus dan memilih untuk turun di tengah jalan.

Husband-ableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang