BooZhan

3.3K 425 126
                                    

Boboo melompat dari air, mengejar monyet-monyet nakal yang membawa lari pakaian Xiao Zhan. Yibo melupakan celana dalamnya yang terbuat dari kulit macan. Yibo berlari mengabaikan miliknya yang terus mengangguk di tengah paha, mengikuti langkah kaki Yibo yang berkejaran dengan monyet hutan.

Xiao Zhan ingin tertawa melihatnya, bagaimana Yibo yang telanjang bulat tanpa rasa malu berlari ke sana ke mari. Membiarkan benda pusaka yang sudah melunak bergelantungan, bergoyang di bawah perutnya dengan bulu-bulu halus warna pirang, yang sedikit keriting di bagian ujung.

Monyet-monyet itu tidak bisa menandingi kelincahan Yibo, meski Boboo adalah manusia--bisa dipastikan dari benda lonjong miliknya--namun Bobo sudah terlatih sejak kecil di hutan belantara, bersama kera besar dan hewan lainnya. Ia dengan cekatan meraih ranting pohon yang bergelantungan, berpindah dari dahan ke dahan. Hingga monyet-monyet itu kewalahan, meninggalkan Pakaian Zhan di salah satu dahan pohon beringin yang rindang.

Yibo megatur napas lalu melompat ke tanah, menimbulkan bunyi 'kedebug' yang cukup keras. Xiao Zhan masih berendam di air, sampai menggigil. Karena sudah hampir setengah jam menunggu Yibo menyelamatkan pakaiannya. Bibirnya pucat, jari-jari kaki dan tangannya mengkerut.

Yibo memberi arahan pada Zhan untuk berjemur sebentar, selagi matahari belum terlalu menyengat. Setelah berpakaian lengkap, Yibo membawa Zhan ke atas pohon besar, dengan batang dan dahan yang kokoh. Matahari tepat berada di depan mereka, sinarnya hangat dan aroma hutan ini sangat menyejukkan.
Xiao Zhan memejamkan mata sejenak, bersandar di batang pohon. Boboo mengamati wajah Zhan dari samping, ia tak pernah bertemu manusia sebelumnya. Bentuk wajah Xiao Zhan sama dengan miliknya. Yibo sadar setelah 25 tahun, ini lah pertama kali Bobo melihat wujud dari makhluk yang sempurna.

Selama ini ia hanya berteman dengan hewan liar, monyet, kera, harimau, kijang, kancil termasuk buaya tapi bukan buaya darat yang suka mengatakan 'i love you'.

.
.

Tim penyelamat dari India dan Pakishtan pulang saat sore menjelang. Jaehyun, Haoxuan dan Luccas mengikuti arahan dari kepala tim untuk ikut kembali bersama mereka. Untuk sementara mereka akan menginap di rumah penduduk setempat. Pencarian akan dilanjutkan esok pagi.

Rumah Tuan Khanna adalah rumah yang paling besar di sana. Meski tidak semewah rumah Jaehyun di Korea. Setidaknya ada satu kamar kosong dengan kasur lantai yang bisa dijadikan tempat melepas penat.

Dua anak gadis Tuan Khanna, Manisha dan Nafisha, membawakan mereka bertiga selimut dan bantal. Keduanya tersipu saat Luccas dan Haoxuan menggoda. Mereka menutup separuh wajah mereka dengan kerudung yang mereka kenakan untuk menutup kepala.

Jaehyun tak menghiraukan sekitar, ia sibuk berbalas pesan dengan kekasihnya. Seorang perempuan cantik dan sexy yang ia kencani sebulan yang lalu.

Haoxuan mencoba mengenalkan diri menggunakan bahasa inggris, "My name is Haoxuan," begitu katanya.

Manisha dan Nafisha menoleh satu sama lain, mereka paham apa yang Haoxuan ucapkan, namun keduanya belum cukup mahir berbahasa inggris. "Eh, i'm Manisha, and this my ... my ...." Manisha tampak berpikir sejenak.

"Your sister?" Luccas menimpali dari belakang Haoxuan.

"Yes!" Manisha berseru.

"This is my sister Nafisha," ucapnya kemudian. Diiringi gelak tawa mereka berempat.

Jaehyun jengah dengan tingkah laku kedua temannya, sejak kapan pemuda setampan dan sepopuler Luccas dan Haoxuan menggoda gadis kampungan. Ia beranjak dari kamar, melewati pintu belakang untuk menelepon seseorang.

"Ayah akan memenggal kepalaku jika menantu kesayangannya tidak ditemukan. Kau tahu kan, dia bahkan lebih mencintai Xiao Zhan dari pada aku anaknya sendiri, shit!" umpatan meluncur mulus dari mulut Jaehyun pada seseorang di seberang.

"Tapi Kak, itu baik untukku. Jika Zhan tak ditemukan aku bisa bebas sebebas bebasnya. Aku sih berharap dia tak ditemukan selamanya, hahaha!"

"Sial!" Jaehyun mengumpat, ia ingin membanting ponselnya. Sungguh dilema menjadi Jaehyun. Ia tidak menyukai keberadaan Xiao Zhan, namun ia harus tetap menemukan pemuda itu untuk menghindari murka ayahnya.

Jaehyun teringat pada Bibi Candeni, wanita paruh baya yang bertingkah misterius. Perkataannya pada Zhan sebelum mereka melakukan pendakian. Bibi Candeni menyuruh Jaehyun untuk memimpin di depan, dan meminta Haoxuan menjaga Zhan di belakang. Apakah itu suatu pertanda? Lalu, tentang makhluk asing yang diceritakan Bibi Candeni, apa itu benar-benar ada? Jika iya, berarti Zhan dalam bahaya.

"Oh Sial!" Jaehyun lagi-lagi mengumpat.

"Aku harus segera menemui Bibi Candeni dan menemukan Guru Zhan!"

.
.

Bulan terlihat menggantung di atas pondok mereka. Xiao Zhan melongo dari jendela, melihat Yibo yang bersenda gurau bersama anak kera. Senyuman kecil terbit di bibir manis Zhan. Ia merasa seperti melihat rumah yang sebenarnya, yang dipenuhi kehangatan dan canda tawa.
Xiao Zhan merindukan ibunya, yang pasti sangat khawatir jika mendengar kabar Zhan menghilang. Selain itu, tidak ada hal lagi yang Zhan pikirkan. Ia menikmati gelak tawa Boboo bersama monyet-monyet kecil itu.

Ia menghentikan kegiatannya mengamati Boboo, saat king kong besar yang mengaku sebagai pengasuh Boboo masuk ke pondok dengan membawa semangkuk sup hangat, yang dihidangkan dalam wadah bambu berbentuk tabung.

"Makan malam untukmu," ujarnya masih dengan bahasa internasional.

Zhan tak lagi pingsan, tapi ia sangat penasaran dengan kera besar ini. Bagaimana bisa ia berbicara bahasa manusia, dan berjalan seperti manusia juga. Logika Zhan belum sampai ke sana. Sepanjang karirnya sebagai dosen. Ia belum pernah meneliti hewan yang bisa bicara. Ini mungkin kesempatan baginya, untuk lebih banyak menggali ilmu pengetahuan. Jadi, ia mendekati King Kong itu dan mengajaknya duduk bersama.

King kong dengan bulu kecoklatan dan mata jernih hitam memandang Zhan penuh arti.

"Sudah lama aku menunggu seseorang yang bisa membawa Yibo," ucapnya sambil meletakkan tangan besarnya yang dipenuhi bulu panjang di atas tangan kiri Zhan yang ramping dan mulus.

Zhan menghentikan gerakan nya yang sedang mengaduk kuah sup."Yibo?"
Siapa lagi dia? batinnya.

"Manusia yang yang beberapa hari ini bersamamu."

Xiao Zhan hampir tersedak kuah panas, ia melihat mata king kong itu penuh keharuan. Tak ada yang namanya drama di dalam matanya. Zhan menjadi takjub sekaligus heran apa sebenarnya atau lebih tepatnya, siapa king kong ini, dan siapa Yibo.

"Jadi nama pemuda itu Yibo?" Zhan bertanya, sambil mengusap dagunya dengan jari telunjuk.

King kong itu mengangguk. Ia mengambil tas yang terbuat dari anyaman dari dedaunan, tergantung di dinding pondok. Ia mengambil sesuatu di sana. Sebuah foto lama yang sudah dipenuhi bercak.

"Ini Yibo," tunjuknya pada foto bayi yang terlihat berbaring di sebuah kasur mewah. Meski banyak noda, Zhan bisa melihat jika latar di belakangnya adalah tempat yang mewah.

"Jadi, Yibo sebenarnya ...."

Belum sempat si king kong membuka mulut untuk bercerita. Seseorang menggebrak pintu dan berteriak di hadapan mereka berdua.

"Boboo da-sang!!!"

Pemuda berperawakan gagah, namun memiliki tingkah yang aneh, menarik lengan Zhan agar ikut turun ke bawah.

"Aku mengantuk,'' Zhan menolak sambil memberi gestur tubuh seperti orang yang mengantuk disertai mulutnya yang menguap, untuk meyakinkan Yibo bahwa ia benar mengantuk.

Yibo masih melompat-lompat kecil, tak hiraukan reaksi Zhan. Ia mengambil kedua tangan Zhan meletakkannya di setiap sisi bahunya. Mengangkat pinggang Zhan ke punggungnya sambil berseru gembira, "BooZhan!!!"

Tanpa sadar, Zhan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Yibo. Kepalanya ia sandarkan di satu bahu Yibo.

Zhan dibawa melompat dari dahan ke dahan, bergelantungan di bawah langit malam yang dipenuhi bintang.

Ternyata manusia kera ini romantis juga.


Tbc.


Siapakah Boobo sebenarnya, apa identitas asli si king kong? Ada rahasia apa dibalik ramalan Bibi Candeni?

Tunggu kelanjutannya.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang