Tontonan Porn

2K 208 3
                                    

Suara plop plop dan desahan, memenuhi kamar Haoxuan. Hawa di sekitar mereka menjadi panas, meski ac masih menyala konsisten mengalirkan udara dingin. Hanya Yibo yang bersikap biasa saja, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Dimana Haouxuan dan Luccas sedang mengocok milik mereka, sembari melihat tayangan porn gay di layar.

Yibo mengamati layar dengan seksama, saat dua pria yang sangat Yibo mengerti mereka sama dengannya. Punya bentuk tubuh yang sama, dan belalai yang berada di bawah perut, antara dua paha, yang tidak ia mengerti. Kenapa kedua makhluk itu berteriak berdesakan. Seolah sedang berebut tempat dan bergesekan, padahal ruangan begitu lebar.

Ada semacam teriakan kesakitan, pukulan di pantat dan ragam pekerjaan sex lainnya. Yibo mengerutkan dahi, melihat kembali awal mula terjadinya peperangan itu.

Haouxuan memutar video dari awal, dengan kecepatan yang ia turunkan. Agar Yibo bisa memahami secara detail gerakan-gerakan. Serta ekspresi kenikmatan yang ditampilkan oleh tokoh utama.

"Apa kita perlu mempraktikannya?" bisik Luccas, menghampiri Haoxuan yang sedang menungging. Memencet keyboard untuk menyetting video kembali ke awal cerita.

"Boleh, tapi kau yang di bawah," sahut Haouxuan yang mendapat cibiran dari Luccas.

Setelah perdebatan yang cukup alot, akhirnya mereka sepakat untuk berganti posisi. Namun, Luccas dengan tegas meminta giliran yang pertama menusuk.

Yibo menatap keduanya dengan wajah cengo. Apa yang terjadi di antara kedua insan itu sama sekali tidak ia mengerti, yang bisa ia lakukan saat ini adalah mengamati dan mempelajari.

Setelah teori dan praktik langsung oleh kedua bocah tak tahu malu itu, mereka akhirnya terkapar. Menyisakan Yibo yang masih dirundung rasa penasaran. Menatap miliknya yang membesar, mengeras di dalam celana pendek yang ia pinjam dari Haoxuan.

"Aku haus, ambilkan aku minum!!" gumam Haouxuan yang terlentang tanpa busana, bermandikan keringat di tubuhnya.

Hal yang sama dialami oleh Luccas, yang juga sedang mengatur napasnya yang naik turun. Perut kotaknya mengempis dan mengembung. Peluh di dahi dan dadanya seperti percikan air yang disiram dari ember.

"Aku juga haus, kau saja yang ambilkan air untukku!" sahut Luccas di antara napasnya yang menderu.

Yibo dengan otak manusia, sikap seperti kera, bisa menerjemahkan arti dari percakapan mereka berdua, yang mana keduanya pasti sangatlah kehausan dan butuh sesuatu untuk diminum.

Yibo melihat botol penuh minuman di meja Haoxuan. Dalam pikirannya yang polos, minuman itu pasti bisa meredakan rasa haus kedua manusia itu.

Yibo tak tahu caranya membuka botol yang sedang ia pegang. Berulang kali ia memutar tutup botol yang tertutup rapat. Yibo menggunakan jarinya, telapak tangannya, sampai giginya juga ikut berpartisipasi dalam upaya membuka botol wine tersebut.

Setelah segala daya upaya dikerahkan, Yibo akhirnya menyerah. Memilih cara konvesional yang biasa ia lakukan pada buah kelapa muda yang ia temukan di tepi sungai. Memecahkannya.

Nyatanya itu memang cara termudah dan praktis. Botol terbuka tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Sayangnya isi di dalam botol tumpah kemana-mana, tersisa separuh minuman warna merah yang menggugah selera.

Yibo tidak tahu fungsi gelas sepenuhnya, ia kira minum dari botol yang kepalanya hancur adalah hal biasa. Ia menyodorkan botol itu ke arah Haoxuan dan Luccas. Namun, sayang, keduanya malah menghindar. Secepatnya menjauh dari Yibo dan botol horor yang dipegangnya.

Karena Yibo juga merasa kehausan, sedangkan dua temannya enggan untuk minum. Yibo memutuskan untuk menghabiskan sendiri isi di dalam botol itu. Mengangkatnya ke atas, menuangkannya ke mulutnya yang terbuka lebar. Seperti orang yang minum air kelapa langsung dari buahnya.

Yibo sempat terbatuk beberapa kali. Tapi itu sama sekali tak menghalangi. Botol itu kini kosong melompong, sebab isinya sudah diminum habis oleh manusia hutan Wang Yibo.

Suara cegukan mengiringi gerakan Yibo yang sudah selesai menghabiskan wine merah itu. Haoxuan dan Luccas menggelengkan kepala berkali-kali. Tak percaya jika pemuda aneh di depan mereka ini. Begitu kuat menghabiskan minuman alkohol dalam satu tegukan.

Yibo berjalan sempoyongan, ia berdiri di jendela kamar Haoxuan, membuka tirainya lebar. Menyebabkan dua pria yang sedang telanjang berteriak geram. Yibo tak menggubrisnya. Pandangannya kini berfokus pada seseorang yang turun dari mobil. Membawa paperbag besar. Bersama gadis cantik yang terlihat tidak senang. Yibo mengepalkan tangannya. Rasa cemburu yang tidak ia ketahui dari mana asalnya, tiba-tiba membakar dada.

Yibo menutup gorden dengan kasar, melangkah tergesa. Meski jalannya tidak tegak seperti biasa. Ia merasa sedikit pening tapi juga bersemangat. Seolah darahnya baru saja dipanaskan. Syaraf-syarafnya bersitegang tarik menarik dengan naluri hewan yang ada di dalam dirinya. Yibo merasakan heat. Seperti serigala yang melolong di puncak bukit, di bawah purnama. Namun, malam ini tak ada purnama. Hanya bulan sabit yang menggantung di langit. Memberikan banyak anugerah pada manusia, seperti yang dipercaya oleh penduduk pulau sentinel dan king kong.

Mau ngapain Yibo, setelah ini, ya??

.
.

Jaehyun sudah bersiap menjemput Jenie ke rumah Zhan. Selain tujuan pertama menjemput sang adik. Ia juga memiliki tujuan lain yang bersifat rahasia.

Beberapa atribut yang diperlukan sudah ia siapkan, ia letakkan di kursi belakang bersama Taeyong yang mejaganya.

Secara misterius, akibat mantra aneh yang diucapkan Taeyong sepanjang jalan. Jaehyun merasa dirasuki roh Bibi Candeni, bukan dirasuki sebenarnya. Melainkan didampingi. Ia masih sadar bahwa dirinya adalah Jung Jaehyun. Namun pandangan jiwanya sepenuhnya seperti orang asing yang sedang menyelam ke masa lalu. Ia bahkan bisa merasakan aura Bibi Candeni di sekitarnya.

"Kita harus sampai secepatnya, tengah malam adalah waktu yang pas. Dewa bulan akan memberi anugerah terbesar di waktu itu!!" ucap Taeyong, sembari memegang erat nampan perak di tangannya.

Mereka sampai di depan rumah Zhan dan tergesa berjalan menuju pintu. Ketukan yang sangat terburu-buru membuat Yibo menoleh ke arah pintu, mengurungkan niat untuk mendekati Zhan dan Jenie di sofa.

Sementara Zhan berjalan untuk melihat siapa tamunya. Jenie diam-diam mengirim pesan pada Jaehyun, mengatakan, "Apa kau sudah sampai? Aku tak tahan berduaan dengannya. Cepat kemari, dan bawa pergi aku dari sini!!"

Sesuai harapan Jenie. Jaehyun yang muncul di balik pintu bersama Taeyong, pemuda aneh no. 2 yang membuat Jenie selalu bertanya 'ada hubungan apa antara kakaknya dan pemuda berpenampilan tak biasa itu?'

"Aku ingin menjemput adikku," ucap Jaehyun to the point. Tanpa salam pembuka, tanpa basa basi yang keki.

Dengan cepat lula Jenie berdiri. Mengapit tasnya erat, bersiap pergi. Namun, Jaehyun malah masuk ke dalam ruang tamu dan duduk dengan tenang di sofa, bersama Taeyong yang mengikutinya.

"Salam Tuan Zhan!" ucap Taeyong dengan satu tangan di dada, sementara tangan kiri masih memegang nampan, berisi lampu dan bunga-bunga.

"Ijinkan saya memberi berkah untuk anda. Sebagai calon pengantin pria ini sangat dianjurkan di tempat kami. Agar hubungan kalian mendapat restu Dewa," lanjut Taeyong dengan wajah meyakinkan, tentu saja.

Sikapnya yang sedikit misterius dan mampu mempengaruhi seseorang yang berjiwa lembut seperti Zhan. Adalah bakat yang diturunkan Bibi Candeni. Zhan yang sudah mengetahui asal usul Taeyong dari Jaehyun, tidak keberatan. Saat pemuda itu memberinya tanda merah, dan mengucapkan mantra di depan wajahnya.

Jenie melihat dengan wajah kesal dan senyum yang mencibir. "Masih ada yang percaya takhayul," nadanya remeh.

Jaehyun mengabaikan muka masam.adiknya. Ia dengan cukup antusias bertanya tentang Yibo yang dibalas kekehan oleh Jenie.

"Sebenarnya apa tujuanmu kemari? Memberkati pengantin, atau bermain-main dengan manusia aneh itu?"

Menyesal aku pernah menyebutnya pria sexy. Gumam Jenie dalam hati.

"Tujuanku yang sebenarnya adalah ...."










Tbc.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang