Kapal Jemputan

1.7K 267 9
                                    

Xiao Zhan duduk di atas batu besar di tepi sungai. Hanya memandang sinar matahari yang memantul pada riak air yang tenang. Yibo sudah berpindah tempat untuk yang keberapa kali. Dari satu dahan pohon ke dahan pohon yang lain.

Matanya terus melihat ke seberang sungai, ia kini sudah duduk di atas dahan pohon yang tinggi. Mencari sesuatu yang sedang ditunggu oleh Xiao Zhan.

Sinar matahari sedang panas-panasnya menyerang bumi. Angin yang berembus kiranya tak cukup membuat Zhan merasa dingin lagi. Ingin rasanya menceburkan diri di sungai, seperti yang biasa ia lakukan beberapa hari ini bersama Yibo.

.
.

Riuh suara penduduk kampung yang melihat benda besi bertengger di dekat tinggal mereka mulai reda. Digiring kembali ke rumah-rumah oleh kepala desa.

Jaehyun berjalan di belakang ayahnya dengan segala macam gerutuan yang ia simpan di hatinya. Haoxuan dan Luccas tidak berada dalam satu tim dalam pencarian Zhan kali ini. Mereka akan lebih membantu jika diam saja di kampung dan mencoba berkenalan dengan salah satu gadis cantik untuk dibawa pulang.

Mereka akan melakukan pencarian melalui jalur udara dan sungai, sebab jalur darat sudah tak membuahkan hasil sebelumnya.

Jaehyun bersama sang ayah berada dalam satu tim, dengan Taeyong yang secara paksa diminta ikut oleh Jaehyun. Menurutnya, Taeyong bisa memberikan petunjuk agar bisa menemukan Zhan lebih cepat.

Perahu mesin yang mereka bawa tidaklah cukup besar, dengan satu pengemudi, satu perwira, dan dua tim penyelamat yang ikut bergabung. Ayah Jaehyun terlihat sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan cermat dan detail. Membuat Jaehyun lagi-lagi merasa iri. Sebab rasa cinta sang ayah pada menantunya sudah berada di tahap yang tidak wajar.

Sepanjang perjalanan setidaknya ada Taeyong yang menjadi partner Jaehyun untuk bercerita segala hal, yang ia rasakan. Tidak perduli bahwa pemuda kashmir itu adalah orang asing, yang baru ditemui Jaehyun beberapa hari yang lalu. Tapi Jaehyun merasa tenang tiap kali berada di dekatnya.

.
.

Yibo berteriak, mengguncang dahan pohon hingga dedaunan di sekitarnya bergerak. Xiao Zhan mengangkat kepalanya, melihat Yibo yang berjongkok di sebuah batang kokoh dengan tangan menunjuk-nunjuk ke arah di mana matahari akan tenggelam.

Xiao Zhan mencari pijakan yang lebih tinggi, bukan dahan pohon tinggi seperti yang Yibo lakukan. Melainkan bebatuan besar, berwarna hitam legam, yang tingginya hampir sama dengan Yibo.

Xiao Zhan menaiki batu melalui batu-batu kecil di bawahnya. Meski agak licin, ia tetap bergerak untuk berdiri di atasnya. Melepas sepatu, satu-satunya benda yang tersisa.

Xiao Zhan menajamkan pandangannya ke arah hilir sungai. Rimbunnya pepohonan menghalangi pandangannya, ia harus sedikit berjinjit untuk melihat keseluruhan perairan.

Cukup jauh, dari jarak yang lumayan panjang. Sebuah benda mulai mendekati tempat mereka. Benda itu terasa sangat kecil, bila dilihat dari jarak sejauh ini. Namun, Zhan yakin matanya menangkap siluet perahu yang berlayar ke arah mereka. Hati Zhan dipenuhi harapan.

Tangan Xiao Zhan melambai setinggi mungkin, tapi kiranya tempat ia berpijak kurang tinggi untuk dilihat. Ia turun dengan cepat, hingga terpeleset dan jatuh ke batu kecil dengan bokong yang mendarat lebih awal. Beruntung bokong Zhan tebal dan empuk, sehingga ia terselamatkan dari yang namanya patah tulang.

Mengabaikan seatu yang bertengger di bawah batu. Xiao Zhan dengan kode memanggil Yibo yang masih berada di atas pohon. Dengan bahasa isyarat, ia meminta Yibo mengambilkannya ranting yang panjang.

Xiao Zhan membuka kemeja satu-satunya yang ia miliki. Membiarkan dadanya terbuka dan dilihat oleh hewan yang mengintipnya di balik pepohonan. Termasuk Yibo yang sedang mengamati tubuh setengah telanjang Xiao Zhan.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang