Jamuan

1.4K 219 24
                                    

Tuan Yunho termenung di dalam ruang kerjanya. Ia memikirkan rencana besar untuk membuat Zhan semakin dekat dengan keluarganya.

"Kenapa Zhan sangat mempengaruhi hidupmu?" Nyonya Yun mengitari meja kerja suaminya, lalu duduk di paha suaminya. Tubuhnya yang ringan membuat Yunho tidak keberatan, jika sang istri duduk di pangkuannya.

"Semua aset yang kumiliki bukanlah milikku. Kau tahu dengan jelas, itu milik mantan istriku yang menghilang."

"Lalu, apa hubungannya semua itu dengan guru payah itu?" Sang astri melihat jarinya yang baru saja dipoles kutex merah terang.

"Dia adalah ...."

Suara ketukan pintu yang terdengar begitu nyaring dan penuh amarah, membuat Yunho dan istrinya beranjak dari kursi. Nyonya Yun terpaksa berjalan ke pintu dengan tergesa, ada emosi di matanya yang membuatnya ingin memaki orang yang telah mengganggunya mengorek info tentang Zhan.

Namun, begitu melihat siapa yang berdiri di balik pintu. Nyonya Yun malah tersenyum.
"Oh, puteriku sayang ... kenapa kau terlihat cemberut?" Nyonya Yun membuka tangannya, menyambut puteri kesayangannya dalam pelukan. Tapi Jennie malah melewatinya.

Dengan raut muka tak bersahabat, Jennie menghampiri ayahnya.
"Bisakah ayah bertanya dulu padaku, sebelum memutuskan sesuatu? Aku tidak menyukai guru Zhan, dia bukan tipeku!" Suara gadis itu melengking, lengkap dengan kelopak matanya dipaksa terbuka dengan cukup lebar.

Tuan Yunho meletakkan tangannya di dagu, dengan sikap tenang ia menjawab ucapan penuh emosi dari Jenie.

"Keputusan sudah dibuat, kau bisa mendapatkan segalanya jika kau patuh. Jika tidak, tak ada lagi kemewahan untukmu, Yun Jenie!" Kata terakhir Yunho penuh penekanan, ia tak bisa menerima penolakan dari siapapun termasuk puterinya sendiri.

Setelah mengatakan itu, Yunho berdiri dari kursi. Memasang kembali kancing kemejamya, melewati Jenie dan ibunya. Yunho tampak tak tergoyahkan, meski Jenie berteriak dengan lantang.

"Aku benci ayah!!!!!!!!!!!!"

.
.

Yibo mencoba beberapa pakaian, ia berdiri di depan kaca lemari Zhan dan berputar. Ia terlihat jauh lebih tampan saat mengenakan kaos putih, dan celana piyama satin dengan pinggang karet warna navy. Terlihat bagaikan pria dewasa yang baru saja menikah.

Xiao Zhan baru saja ke luar dari kamar mandi, dengan handuk yang ia letakkan di kepala sambil mengusap rambutnya yang basah. Xiao Zhan menunjukkan jempolnya pada Yibo, saat melihat tampilan pemuda itu dengan pakaian pria pada umumnya.

Yibo tersenyum senang dengan tanggapan Zhan. Ia semakin bersemangat untuk mencoba banyak pakaian yang ada di lemari Zhan. Tanpa rasa malu membuka seluruh kain itu di depan Zhan, hingga tubuh Yibo benar-benar telanjang.

Yibo sama sekali tak memperdulikan tatapan Zhan padanya. Bisa-bisanya Yibo dengan santai membiarkan alat vitalnya mengangguk-angguk seperti petani yang sedang mencangkul sawah.

Xiao Zhan duduk di meja rias sambil menenangkan diri. Entah kenapa wajahnya tersipu setiap melihat Yibo telanjang, dengan tombak hidupnya yang tidak tertutup apapun.

Xiao Zhan mengoleskan pelembab di wajahnya, tapi tak bisa menyembunyikan ronanya. Ia kembali tersenyum dan dengan terpaksa menoleh kembali pada Yibo yang sedang berudaha memasang zipper celana denim milik Zhan, yang ukurannya pinggangnya lebih kecil dari Yibo.

Terlihat Yibo kesulitan dengan cara, bagaimana si zipper bisa menutupi miliknya yang tidak mengenakan sempak. Seperti yang Zhan ajarkan kemarin, untuk memakai celana, resleting harus ditarik ke atas sampai menutup, barulah memasang pengait.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang