Makan Malam

1.3K 223 5
                                    

Yibo memainkan garpu dan pisau di atas piring, membunyikan kedua benda itu seolah sedang bermain. Ia tak melihat tatapan heran semua orang yang ada di jamuan makan malam. Xiao Zhan tak bisa menghentikan tingkah Yibo, karena ia duduk berjauhan dengan pemuda itu.

"Kenapa dengannya?" tanya Nyonya Yunho heran.

Ibu Xiao Zhan melirik ke arah puteranya tak nyaman.

"Maaf, dia memang seperti itu," jawab Zhan dengan suara setenang mungkin.

Hidangan yang ditutup dengan penutup perak, dibuka satu persatu oleh pelayan. Gelas yang kosong diisi dengan minuman beraneka macam. Acara makan malam dimulai dengan kegaduhan.

Yibo dengan cepat menyambar daging ayam berukuran besar dengan tangannya. Menuangkan jeruk hangat di atasnya. Mengabaikan semua tatapan terkejut, Yibo dengan asyik menyantap daging itu menggunakan giginya hingga menimbulkan suara.

Set sat kres nyam

Xiao Zhan menelan ludah kasar melihat kelakuan Yibo. Ia ingin berdiri dan mencoba untuk memperingati Yibo dan memberinya sedikit arahan. Namun, Jenie yang berada di sampingnya menahan lengan Zhan. Ini merupakan hiburan yang sayang sekali jika dilewatkan.

Selesai dengan daging ayam, Yibo berpindah pada spaghetti yang terlihat seperti ular dilis kecil yang biasa ia temui di hutan. Yibo mengambil piring besar berisi spaghetti. Lalu mengambilnya menggunakan kelima jarinya.

Setelah makanan yang bentuknya seperti mie itu tinggal sedikit, Yibo meletakkan kembali piring itu ke tengah dan dengan sangat santai memberi kode pada yang lain untuk ikut makan. Nyonya Yun hampir mual melihatnya. Sedang Yunho hanya diam dan mengamati, berbanding terbalik dengan Jaehyun yang tertawa gembira. Melihat Yibo mempermalukan dirinya sendiri adalah tontonan menyenangkan baginya.

Yibo beralih pada beef steak yang ada di nampan perak yang berkilau saat terkena cahaya. Yibo tertarik, ia menyeret wadahnya hingga membuat gelas Taeyong yang berada di dekatnya jatuh dan minuman di dalamnya tumpah.

"Yibo!!!" Xiao Zhan akhirnya berteriak.

Nyonya Yun kini berlari ke dapur, rasa mual akibat melihat cara makan Yibo yang seperti binatang membuat selera makannya hancur. Ibunda Zhan hanya bisa menghela napas pasrah.

Ia sudah memperingatkan di awal untuk tidak membawa Yibo ikut serta, tapi Zhan memaksa. Dengan dalih agar Yibo terbiasa bersama orang tak dikenal. Yibo harus dilatih untuk bersosialisasi. Namun, kini Zhan yang menyesal dengan keputusannya. Ia berdiri dengan wajah menahan malu. Membukkukan badan meminta maaf pada Yunho.

"Maafkan temanku," ucapnya menyesal.

Ia pun melangkah ke arah Yibo dan menyeretnya pergi dari ruang makan. Tak perduli meski tangan Yibo masih penuh dengan saos dan bumbu.

Xiao Zhan menghempaskan tubuh Yibo di samping pintu mobil. Ia memijat keningnya frustasi. Lalu berteriak ke muka Yibo dengan emosi.

"Aku sudah mengajarkanmu untuk bersikap sopan. Tapi kau mengacaukan segalanya, dasar manusia kera!!"

Xiao Zhan mengumpat, kalimat terakhir ia ucapkan dengan suara rendah. Ia tak ingin ada orang lain yang mendengarnya. Bagaimanapun, tak boleh ada yang tahu, jika Yibo bukan manusia biasa. Ia adalah keluarga dari spesies orang utan, monyet, king kong dan semacamnya, dengan wujud seperti manusia yang sempurna.

.
.

Xiao Zhan mengendarai mobilnya dengan perasaan gelisah. Meski Zhan sudah membersihkan tangan Yibo menggunakan tissu, tapi pemuda itu terus saja menjilati jemarinya seperti tadi, seakan masih ada bumbu yang tersisa di sana.

Xiao Zhan kehilangan minat untuk menyuruh Yibo diam, dan bersikap normal. Ia terlalu memikirkan kejadian barusan, entah bagaimana reaksi keluarga Jenie melihat kejadian tadi. Zhan takut jika itu akan berdampak buruh pada citra keluarganya sendiri. Kini ia mulai meragukan ucapan King Kong, tentang mengambil tanggung jawab untuk merubah Yibo jadi manusia seutuhnya.

Xiao Zhan mengunci pintu dari dalam begitu ia sampai di kamarnya. Ia benar-benar tak ingin melihat Yibo saat ini, tak peduli dimana pemuda itu akan tidur malam ini. Di sofa ruang tamu, di atas karper, di kamar tamu yang tidak begitu luas, atau tidur di teras. Zhan sama sekali tak mau tahu.

Ia menarik selimutnya hingga ke dada. Mencoba menulikan telinga dari suara gedoran pintu dan seruan Yibo di depan kamarnya. Dengan sengaja, Zhan mengambil earphone dan menyalakan musik favoritnya dengan cukup nyaring, hingga suara di luaran sana teredam.

Dari lagu butter yang lincah dan atraktif, hingga lagu milik band legendaris coldplay my universe. Sudah diputar berulang oleh Zhan sampai ia mulai merasakan ngantuk yang tak tertahan.

Sementara di luar kamar, Yibo yang menerima penolakan dan pengabaian akhirnya memilih pergi menuruni tangga. Berjalan ke luar rumah, mencari tempat yang baginya sangat familiar.

.
.

Malam sudah separuh jalan, suara detak jarum jam di weker yang berada di nakas saja terdengar. Kesunyian ini yang justru membuat Zhan terbangun. Ia melihat ruangan gelap yang menyelimutinya. Ia seperti berada di pondok kayu saat malam, dan obor yang dinyalakan king kong padam. Menyisakan cahaya bulan yang kadang terhalang dedaunan rimbun.

Xiao Zhan terbangun seketika, ia teringat Yibo dengan segala kepolosannya, di manakah ia tidur malam ini? Xiao Zhan ingin bangun dan mencari tahu, tapi rasa ngantuk menyeretnya kembali ke atas bantal. Rasa kantuk yang tak biasa, membawanya menyibak tirai mimpi dan mendayung di sana.

.
.

Zhan tersentak bangun, bukan karena jam weker di nakas yang berbunyi. Melainkan seruan auooo Yibo yang beberapa hari ini tak terdengar, kini muncul kembali.

Xiao Zhan menyingkap selimut lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah membuang hajat, mencuci muka, menggosok gigi dan mencuci miliknya. Xiao Zhan segera berjalan ke luar kamar, menuruni tangga dengan tergasa untuk segera sampai ke arah sumber suara, yang sudah meresahkannya di pagi buta.

Zhan menyusuri kamar tamu, ruang tamu dan ruang tengah. Namun, tak ada Yibo di sana. Ia setengah berlari menuju dapur, tapi hasilnya juga nihil.

Rasa putus asa menghampirinya. Ia memegang lututnya yang kelelahan karena tidak terbiasa lari pagi. Napas Zhan mulai ngos ngosan, ia menyeka keringat yang ditimbulkan dari gerakannya yang wara wiri kesana kemari. Membuat para pelayan mengerutkan dahi.

Xiao Zhan berjalan ke luar, mencari udara segar. Mengitari taman bunga yang dimiliki ibunya. Nyonya Xiao sangat menyukai tanaman. Di taman belakang banyak pohon besar yang membuat rindang. Bunga-bunga warna warni di tanam di pot kecil, membuat suasana semakin asri.

Sepertinya Zhan butuh tempat berteduh, untuk melepas penat. Ia duduk di rerumputan tepat di salah satu pohon besar yang sangat rimbun dengan dahan yang kokoh.

Sejak mengalami rasanya tersesat di dalam hutan. Zhan mulai menyukai alam, menghirup udara pagi dan tanpa ragu duduk di rerumputan. Zhan yang dulu jarang sekali ke luar rumah, menikmati cahaya pagi. Apalagi membuang waktu bersandar di pohon, dan membiarkan bokongnya kotor saat duduk di rumput liar.

Hari ini ia merasa begitu damai, bersandar di bawah pohon yang rindang saat matahari bersinar mengirim cahaya hangatnya pada bumi.

Suasana yang tenang itu terusik oleh suara gemerisik dahan, bersamaan dengan jatuhnya pucuk daun yang mengenai kepala Zhan. Ia mendongak ke atas, dan mendapati cengiran khas si manusia kera yang sedang bersandar di dahan besar dengan santainya. Tangannya dengan gerakan tanpa dosa, memetik dedaunan dan menjatuhkannya ke bawah.

Melihat Zhan sudah mengetahui keberadaannya, Yibo tersenyum dan bersiap turun seperti biasa. Meluncur dengan gerakan lincah menuju tanah yang dipenuhi rerumputan.

Melihat gerakan Yibo yang spontan, Zhan yang kali ini malah berteriak. Jika dihitung dengan rumus Newton, kecepatan dan gaya gravitasi bumi, berikut posisi. Yibo pasti akan jatuh ke atas Xiao Zhan.

Namun yang terjadi, adalah ...








Yibo memang benar-benar jatuh di atas tubuhnya. Posisi yang begitu ambigu.







Tbc.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang