~Happy Reading~
❤️
Rin sudah tampak sibuk merapikan kontrakannya sejak matahari belum terbit, ia juga sibuk menyiapkan sarapan dan juga bekal makan siang untuk dirinya sendiri di sekolah. Mulai hari ini dan seterusnya ia harus mulai terbiasa dengan semua pekerjaan rumah yang biasanya hanya dilakukan oleh Ambar.
Jika dulu ia hanya akan membantu sedikit saja, tapi kali ini berbeda, justru ia yang akan mengerjakan semua pekerjaan itu seorang diri. Rasa lelah ia abaikan sejenak, begitu pun dengan rasa malas yang langsung ia lawan dengan kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri.
Tepat pukul 06.30 wib, semua pekerjaan rumahnya sudah selesai, akan tetapi ia belum sempat mempersiapkan sarapan dan juga bekal makan siang untuknya di sekolah.
Selama ini ia tak pernah melewatkan sarapan dan juga bekal makan siangnya. Tapi kali ini berbeda, karena ia mau tak mau harus mengisi perutnya di kantin sekolah.
Tepat saat ia akan keluar dari kontrakannya, langkah Rin terhenti oleh kehadiran Bu Lila yang sudah berada di teras kediamannya. Rin menghampiri wanita paruh baya tersebut, senyum tipis tak lupa ia berikan pada sosok Bu Lila yang selama ini begitu berjasa bagi hidupnya.
"Rin, ini bekal untuk kamu sekolah, dan ini roti untuk kamu sarapan." Bu Lila menyodorkan dua buah kotak bekal berukuran sedang. Rin melihat ada roti tawar dengan selai cokelat dan juga satu kotak bekal makan siang yang entah apa itu isinya, ia tak dapat melihatnya karena kotak bekal itu tidak transparan.
"Ibu tidak perlu repot-repot, saya bisa membeli makanan di kantin sekolah," ucap Rin tak enak hati jika terus menerus merepotkan Bu Lila, akan tetapi ia lebih tak enak lagi jika menolak pemberian wanita tersebut.
"Tidak apa, Rin, ambillah." Mau tak mau Rin menerima pemberian Bu Lila dan beberapa kali mengucapkan terimakasih pada sosok penolong tersebut.
Rin segera pergi menuju sekolah karena tak ingin terlambat hanya karena ia yang tak berhenti mengucapkan terimakasih pada Bu Lila.
❤️
Tepat lima menit sebelum pintu gerbang ditutup, Rin sudah sampai di sana dan segera menuju ke kelasnya. Akan tetapi, belum juga ia sampai pada tempat tujuan, ia sudah dihadang oleh beberapa siswa siswi yang menatapnya dengan pandangan aneh.
"RIN, KELAKUAN LU ITU UDAH MENCORENG NAMA BAIK SEKOLAH KITA, TAHU NGGAK?" Terdengar teriakan bernada kesal dari seorang siswa yang berada di barisan paling depan dan berhadapan langsung dengan Rin.
"BENER! GARA-GARA CEWEK INI, SATU SEKOLAH KENA GETAHNYA!" Disusul teriakan lain yang tak kalah kesal, kali ini berasal dari seorang siswi yang berada di samping kanan Rin. Tangan kanan siswi itu mendorong kasar bahu Rin hingga gadis itu jatuh di lantai koridor sekolah.
Rin mulai ketakutan, apalagi mereka kini bukan hanya meneriaki gadis itu, tapi juga melempari Rin dengan bola-bola kertas dan juga ada seorang siswa yang dengan sengaja mengguyur Rin dengan setengah botol air mineral.
Gadis itu menangis, ia menutup rapat kedua telinganya dan berharap semua ini hanya mimpi belaka. Namun, beberapa menit berlalu semua itu tak kunjung usai, hingga sebuah tarikan kasar pada rambutnya menyadarkan Rin bahwa semua itu nyata.
"Minggir-minggir!" Terdengar suara seorang gadis memecah teriakan emosi para siswa. Gadis itu -Liora- berasal dari arah belakang dan mencoba meminta jalan agar ia bisa menemui Rin yang terduduk di lantai yang dingin.
Tampak juga seorang kepala sekolah dan wali kelas Rin di sana, mereka bertiga kemudian membubarkan para siswa-siswi tersebut dan segera membawa Rin ke ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Mencintaimu
Teen FictionRin, gadis berusia 16 tahun yang mengalami pemerkosaan hingga ia hamil ketika masih duduk di kelas 1 SMA. Ia menjadi korban pemerkosaan oleh Kakak kelasnya sendiri yang bernama Zen. Siswa populer dengan kesempurnaan yang ia miliki, baik dari segi fi...