Hari ini Rin hanya menghabiskan waktunya dengan duduk di beranda rumahnya yang sederhana. Tampak ia sesekali melihat ke arah perutnya yang masih rata seperti hari-hari sebelum ia mengandung.
Rasanya Rin tak percaya bahwa ada sesosok janin yang kini tengah bertumbuh di dalam rahimnya. Seperti mimpi saja, gumamnya pelan. Rin melihat ke arah ponselnya, foto bersama dengan Hana dan juga Ervan yang menjadi wallpaper ponsel itu membuat fokusnya teralih sejenak, foto di masa-masa ia baru mengenakan seragam putih abu-abunya.
Angannya melayang pada masa ketika foto itu diambil, mereka baru saja pulang sekolah dan mampir ke sebuah cafe untuk sekedar mengobrol dan menghabiskan waktu siang bersama.
Hana yang memang seorang gadis cerewet dan juga periang membuat suasana canggung antara Rin dan juga Ervan sedikit mencair. Hingga akhirnya Hana meminta Ervan dan juga Rin untuk mendekat padanya, mereka berdua hanya menurut pada perintah Hana tanpa ingin memprotes sedikit pun. Dan ternyata Hana ingin mengambil potret mereka bertiga dengan Ervan yang duduk di tengah-tengah Rin dan juga Hana.
"Assalamualaikum, Rin." Suara seorang wanita mengagetkan Rin dan membuyarkan lamunan gadis itu, ada Bu Lila di sana bersama dengan seorang wanita anggun nan cantik yang entah siapa Rin tak mengenalnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Rin ramah, tak lupa ia mempersilakan kedua tamunya itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
Rin meletakkan nampan berisi dua cangkir berisi teh hangat untuk Bu Lila dan juga wanita tersebut. Tampak perempuan paruh baya yang belum Rin ketahui namanya itu sesekali tersenyum ramah pada Rin.
"Rin, perkenalkan beliau adalah kerabat jauh ibu yang kebetulan sedang berkunjung ke kota ini, namanya Bu Kalina," ucap Bu Lila memperkenalkan Rin pada wanita anggun tersebut yang ternyata bernama Kalina, nama yang indah, batin Rin memuji.
"Salam kenal, Tante, saya Rin." Rin mencium tangan Kalina dengan santun. Tampak wanita itu tersenyum ramah dan mengelus puncak kepala Rin sebentar sebelum kemudian Kalina meraih bungkusan parsel yang berada di meja kecil sebelah sofa yang ia duduki.
"Rin, Tante punya sedikit oleh-oleh untuk kamu, perbanyaklah makan buah dan minum vitamin ya, Nak, supaya kamu dan calon anak kamu tumbuh dengan sehat." Mendengar ucapan Kalina, Rin menatap Bu Lila dengan pandangan bertanya, dan Bu Lila hanya mengangguk sekilas seolah mengatakan "iya" pada pertanyaan apa saja yang ada dipikiran Rin saat ini.
"Rin, Bu Kalina akan tinggal di daerah sekitar sini untuk beberapa hari ke depan, karena ada urusan bisnis di kota ini. Saya sudah banyak cerita soal masalah kamu pada beliau, dan Bu Kalina sangat ingin sekali bertemu dengan kamu. Rin, kamu tidak sendiri di sini, ada kami yang akan selalu membantu dan juga akan selalu menjaga kamu, Nak," ucap Bu Lila menenangkan Rin yang tengah diliputi perasaan cemas.
"Baik, Bu, saya mengerti. Saya sangat berterima kasih pada Ibu dan juga warga lain yang sudah berbaik hati pada saya. Saya tidak akan melupakan kebaikan kalian semua." Rin menatap mereka dengan pandangan penuh rasa haru, dirinya tidak menyangka jika Bu Lila akan sebaik ini padanya.
Begitulah awal mula perkenalan Rin dengan kerabat jauh Bu Lila, yang tak lain adalah Kalina , ibu dari Zen.
♡♡♡
Hari-hari berikutnya dilalui Rin dengan perasaan yang lebih baik, hal itu tentu saja tak lepas dari peran Kalina yang selama ini merawat gadis itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang layaknya seorang ibu pada putri perempuannya.
Kalina sangat memperhatikan pola makan Rin, juga memastikan gadis itu mendapatkan gizi yang cukup. Ia juga selalu menjaga Rin dari apapun yang membahayakannya. Bahkan, Kalina yang sudah tahu permasalahan Rin dengan Ambar, mengalihkan perhatian Rin ke tempat lain ketika tak sengaja akan berpapasan dengan Ambar di pasar. Ia tak ingin kejadian yang diceritakan oleh Bu Lila tempo hari, akan terulang lagi saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Mencintaimu
Teen FictionRin, gadis berusia 16 tahun yang mengalami pemerkosaan hingga ia hamil ketika masih duduk di kelas 1 SMA. Ia menjadi korban pemerkosaan oleh Kakak kelasnya sendiri yang bernama Zen. Siswa populer dengan kesempurnaan yang ia miliki, baik dari segi fi...