9

461 44 19
                                    

__________happy reading_______



❤️❤️❤️

Dua bulan telah berlalu, dan kini hubungan Rin dan juga Kalina sudah sangat dekat layaknya seorang anak pada ibunya, begitu pula sebaliknya.

Kalina sangat telaten merawat Rin, begitu juga dengan Rin yang selalu menurut pada nasehat wanita tersebut membuat Kalina semakin menyayangi Rin dengan tulus.

Beberapa kali Gerald juga datang ke rumah kontrakan Rin, hanya sekedar menjemput Kalina dan juga menyapa Rin dengan sangat ramah. Rin tidak menyangka bahwa orang kaya seperti mereka, masih mau bersikap hangat pada Rin yang kelas ekonominya jauh di bawah mereka. Tapi, Rin tetap saja bersyukur pada Tuhan yang telah mengirimkan tuan dan nyonya Gerald padanya.

Hari ini Rin pergi ke pasar seorang diri karena Kalina tidak bisa mengantarkan Rin sebab wanita paruh baya itu memiliki urusan bisnis yang tak bisa ditinggalkan.

Rin berjalan perlahan menyusuri lapak jualan satu ke lapak jualan yang lain. Dirinya juga sesekali membaca catatan kecil yang berisi apa-apa saja yang akan ia beli saat ini. Rin itu pelupa, jadi ia akan kesulitan mengingat apa yang ia butuhkan saat membeli sesuatu ke pasar. Tak heran jika terkadang ia membeli barang yang sama sekali tidak ia butuhkan.

Rin mengecek lagi catatan kecil yang ada di tangannya, semua sudah ia beli dan saatnya gadis itu kembali ke rumah. Rin berjalan perlahan, sesekali ia mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit. Ia tersenyum tipis, tak sabar rasanya melihat sang buah hati terlahir ke dunia ini.

BRUKK!

"YA ALLAH, SAKIT BANGET!" pekik Rin kesakitan sembari memegangi perutnya. Kejadiannya begitu cepat hingga ia tak dapat menghindari orang yang tiba-tiba menabrak dirinya tersebut. Seseorang yang diduga adalah seorang pencopet tengah dikejar beberapa warga dan tanpa sengaja menyenggol tubuh Rin hingga gadis itu jatuh terduduk di trotoar jalan.

Tampak beberapa ibu-ibu yang berusaha menolong Rin, mereka berusaha menghentikan kendaraan yang lewat di sekitar mereka untuk dimintai tolong mengantarkan Rin ke rumah sakit.

"Permisi! Biar saya yang mengantarnya!" Tampak oleh Rin seorang pemuda yang tak asing di matanya. Lelaki itu merengkuh Rin dengan cepat, menggendongnya dan memasukkan si gadis ke dalam mobil hitam miliknya.

"Kak Zen?" Rin panik saat menyadari siapa sosok pemuda itu, akan tetapi sakit di perutnya semakin menjadi-jadi hingga tanpa sadar ia menggenggam tangan Zen dengan kuat. Rin mengabaikan rasa takutnya akan sosok Zen, karena yang ada di benak Rin saat ini hanya keselamatan bayinya dan rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi-jadi.

"Vid, cepetan!" Perintah Zen sedikit keras pada David yang kini duduk di kursi kemudi. Sesekali Javier menoleh ke belakang dengan wajah panik, Rin semakin kesakitan dan terus menangis memegangi perutnya dengan tangan kanan.

"Sakit, Kak!" keluh Rin pada Zen yang kini juga sama paniknya seperti yang lain. Hanya saja Zen yang memiliki wajah dingin, bisa menutupi kekalutannya.

"Tenang, ya? Bentar lagi kita nyampe rumah sakit." Zen membiarkan kuku jari Rin menancap di kulitnya hingga mengeluarkan darah. Lelaki itu mengabaikan rasa sakitnya, dan ia juga membimbing Rin mengatur napas dengan baik karena gadis itu sempat mengalami sesak akibat tidak dapat menahan rasa sakit pada perutnya.

Sesampainya di rumah sakit, Zen langsung menggendong Rin dan berlari di koridor rumah sakit bersama dengan David dan juga Javier yang terus memanggil suster atau dokter yang berada di sana.

Hingga akhirnya seorang suster membawa sebuah kursi roda dan Zen yang segera mendudukkan Rin di sana. Mereka bergerak dengan cepat hingga akhirnya gadis itu dimasukkan ke dalam ruangan dan seorang Dokter yang segera memberikan tindakan.

Ketika Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang