DLM || 06. Ganteng doang!

28 9 14
                                    

HAPPY READING!!!
TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🐳
___

"Lebih baik bungkam dari pada menimbulkan luka."

~Fahri Arifandy.
___

Di mana ada trio Moygans, di situ ada keributan. Ah ya, tidak selalu begitu, sih. Canda ganteng. Ada saatnya kehadiran mereka membawa kesenangan, terutama bagi pemilik indekos 'Mencintai tanpa dicintai' itu. Menurut Ibu Maemun, kehadiran tiga mahasiswa itu berhasil menciptakan kesejukan hati serta menepis rasa kesepian. Dasar janda!

Setelah dosen pembimbing keluar, salah satu pacar Fandi mahasiswi kelas sebelah datang dengan amarah. Seperti biasa, ketahuan mendua. Tampang buaya Fandi dipercaya!

Brak!

"Ganteng doang, mau punya pacar cantik tapi nggak mau modalin!" katanya seusai menggebrak meja.

Hal yang dilakukannya, tentu saja membuat orang-orang terkejut, terutama Presiden buaya darat yang mejanya digebrak secara tiba-tiba.

Wajah terkejut Fandi yang terkesan lucu terpampang jelas di mata Fauz, membuatnya mati-matian menahan tawanya. Tahu sendiri, kan bagaimana suara ketawa lelaki itu?

Membahas tentang suara tawa kuntilanak Fauz, membuat orang-orang kembali memikirkan yang diidamkan Tante Iiz saat mengandung Fauz. Apakah ingin mendengar kuntilanak menangis, tawa ... Sudah lupakan saja! Ujung-ujung malah seperti lirik lagi. Mendengar kamu bercerita ... menangis, tertawa.

Oke, kembali lagi ke keributan yang ditimbulkan oleh salah satu pacar Fandi. Ingat! Salah satu bukan satu-satunya. Mana mungkin Presiden buaya darat hanya memiliki seorang kekasih.

Fandi mulai menetralkan mimik wajahnya. Lalu berkata, "Ada apa, sih, Yang? Dateng-dateng main gebrak meja. Kalau jantung aku copot gimana? Kalau hati yang copot, kan nggak mungkin. Hatiku sudah sepenuhnya ada di kamu."

"Ada apa, ada apa! Nggak usah gombal, deh. Kali ini gue nggak akan ke makan gombalan buaya darat seperti lo lagi!"

"Lah, kenapa sekarang pakai lo-gue?" Fandi merasa heran.

"Mulai sekarang kita putus! Urusin saja boneka annabel itu, dia kan lebih cantik dari gue, makanya dijadikan selingkuhan." Setelah itu, mantan buaya darat melangkah pergi, namun lantas menghentikan langkahnya ketika mendengar suara yang mengerikan.

"Hihihi."

Seperti yang kalian baca. Fauz sudah tidak kuasa menahan tawanya sedari tadi. Suara tawa mirip kuntilanak memenuhi ruangan saat ini juga.

"Ganteng doang! Suara ketawa mirip kuntilanak." Ujaran itu membuat Fauz menghentikan tawanya.

Fauz tidak terima dengan perkataannya, lalu membalas, "Lah, kamu cantik doang, tapi percaya omongan buaya!"

"Ya, maklum. Gue sama sekali nggak tahu, lagian temen lo itu ganteng doang, tapi buaya." Ia berhenti sesaat, kemudian menunjuk Fahri yang tengah seperti kamera cctv, "Dan kamu, ganteng doang. Eh, nggak! Ganteng banget. Boleh minta nomor WA-nya, nggak?"

Fahri hanya menatap dingin perempuan yang menjulurkan handphone. Ia sama sekali tidak peduli dan tidak tertarik, apa lagi gadis bertubuh mungil itu mantan sahabatnya sendiri. Lagi pula, luka yang ditimbulkan oleh masa lalunya belum kunjung sembuh, ia tidak ingin ada yang membuat luka baru.

"Maaf, ada hati yang tengah gue jaga."

Hati? Hati siapa? Maksudnya hati perempuan yang telah pergi bersama lelaki lain?

Seusai mengatakan kalimat penolakan, ia hengkang meninggal dua temannya. Mau gimana lagi? Tidak mungkin menarik mereka keluar dengan satu tangan. Hey! Pasti kalian berpikir Fandi hanya memiliki satu tangan, kan? Astagfirullah, kalian ini berdosa banget. Cowok yang dingin terhadap perempuan itu sedang repot memegang tumpukan buku.

Tak lama setelahnya, kembaran kuntilanak dan buaya darat mengejar Fandi yang sudah melangkah jauh. Mereka berdua heran, mengapa temannya itu tidak suka didekati oleh lawan jenis? Fandi sama sekali tidak memberitahu jawabannya.

"Lihat saja, Fan! Gue akan melakukan hal yang sama kayak lo. Raina Atalia akan menjadi ibu Presiden buaya darat! Eh, ralat, Ratu buaya darat maksudnya."

Mendengar perkataan Rara yang berteriak, Fandi turut ikut berteriak guna membalas ujaran mantan pacarnya. "Terserah lo! Apa yang lo lakuin, nggak akan buat gue sakit hati."

***

"Gila, gara-gara lo, Fan!" kata Fauz secara tiba-tiba.

Fandi menatap Fauz dengan heran. Tidak ada angin dan hujan, lelaki berpakaian casual itu berkata seolah-olah ia melakukan kesalahan.

Presiden buaya darat memasang wajah bertanya-tanya. "Gara-gara gue? Maksud lo?"

"Gara-gara lo, buaya darat bertambah satu. Mana dia cewek lagi," keluh Fauz.

Adakah di antara kalian bisa menebak siapa perempuan yang Fauz maksud? Kalau benar, dapat cinta salah satu Trio Moygans, deh!

"Selagi nggak gangu lo, kenapa lo sewot?"

"Masalahnya dia nge-chat gue, Fan. Tadi bilang 'ganteng doang, suara ketawa kayak kuntilanak'. Eh, sekarang dia malah ngincer gue jadi pacarnya. Cewek emang sulit dimengerti!" Lagi-lagi Fauz mengeluh, tak lupa menirukan perkataan Raina dengan nada seperti perempuan.

"Ladenin saja, siapa tahu jadian beneran," kata Fandi enteng. Nggak kasihan, kalau hati sahabatnya dipermainkan?

"Ogah banget. Gue cuma mau memperjuangkan satu cewek saja. Anindya Zahra, perempuan yang buat gue jatuh cinta pada pandangan pertama," kata Fauz sembari memperlihatkan senyum manisnya.

"Cewek kutub itu?"

"Dia punya nama! Zahra, Anindya Zahra."

"Tahu dari mana lo? Gue saja yang langsung nanya nggak dijawab, mana mungkin lo tahu. Jangan-jangan lo ngarang, ya? Oke, ini fix ngarang!"

Fauz melotot, kemudian melempar bantal kesayangan ke arah Fandi. "Eh, jangan asal nuduh. Gue sama sekali nggak ngarang."

Korban pelemparan harta berharga milik Fauz itu menatap jijik ke arah bantal yang penuh dengan peta. "Nggak usah lempar bantal penuh peta karya lo bisa, kan? Mending lempar nomor cewek cantik, lebih berfaedah."

"Ngomong-ngomong, Fahri tahu dari mana nama perempuan itu?" Sudah beberapa hari diberitahu nama gadis itu, ia baru memikirkan dari mana sahabatnya mengetahui.

"Mana gue tahu. Fahri pernah cerita masa lalunya ke lo, nggak? Gue penasaran sama alasan dia nggak suka didekati cewek."

"Nggak, tuh orang nggak pernah cerita, kecuali tentang alasan dia disuruh nge-kos. Paling-"

Kedatangan Fahri membuat Fauz menghentikan ucapannya. "Kalian ngomongin gue?"

Ting ting ting!

Tidak ada jawaban dari kedua lelaki itu, hanya terdengar suara notifikasi handphone Fauz secara beruntun.

"Gila, Fan! Mantan lo ganggu gue banget. Lagian dari mana itu cewek dapat nomor gue." Fauz mengalihkan pembicaraan.

"Bukan gue, ya, Uz! Gue nggak pernah nyebar-nyebar nomor orang, kecuali nomor mantan," ucap Fandi heboh, seolah-olah Fauz menuduhnya telah menyebar nomor tanpa izin.

Fauz menatap Fandi curiga. "Kenapa reaksi lo gitu? Kan gue nggak nuduh lo."

"B-bisa saja lo nuduh gue, di antara aku sama Fandi, cuma gue saja yang kenal dia."

"Kira-kira dapat dari mana tuh orang, sih?! Kesel banget gue."

Tidak ada yang menanggapi Fauz. Fandi sibuk memikirkan sesuatu dan Fahri bersiap untuk tidur.

"Fah, gue mau nanya sesuatu ke lo," kata Fandi.

"Nanya apa? Cepetan, gue mau tidur."

"Sebenarnya, apa alasan lo nggak suka didekati cewek?" Itulah pertanyaan Fandi. Jika terus penasaran, ia akan sulit tidur seperti beberapa waktu lalu, ketika memikirkan suara tawa Fauz.

"Nah, iya. Gue juga penasaran," timpal Fauz antusias.

"Bungkam atau sakit?"

#To be continued

Ditikung Lagi, Mak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang