HAPPY READING!!!
TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🐳
___"Kamu tidak akan kecewa, jika ekspektasimu tidak berlebihan."
___Berbeda dari bisanya. Pertikai trio Moygans kali ini berlangsung lama. Dari part sebelumnya, pasti kalian sudah tahu siapa yang saja terlibat dalam pertengkaran dan permasalahannya, kan?
Untungnya, mereka main ngambek, tidak main kasar seperti laki-laki pada umumnya. Oke, tidak ada yang berminat menjadi istri salah satu trio Moygans? Kalau berantem, paling cuma mendiamkan kalian, tidak sampai main tangan. Enak, kan?
"Fah?" panggil Fandi.
"Em, Fah?" Fauz turut memanggil Fahri. Memang sekarang Fahri lah yang mendiamkan kedua sahabatnya. Gantian dulu, ya.
Fahri hanya melirik, tidak membuka suara. Rencananya, ia hanya akan mendiamkan Presiden buaya darat saja, berhubung Fauz juga salah, ya kembaran kuntilanak itu harus kena imbasnya.
Selama beberapa menit, Fauz dan Fandi terus mengganggu ketenangan Fahri yang tengah menunggu dosen di kelas. Katanya, sekarang ada pengumuman penting. Kira-kira apa, ya?
Pertahanan Fahri mulai goyah, tetapi tetap berusaha tak mengacuhkan dua orang itu, padahal sudah tidak tahan untung kembali seperti semula. Meski belum sampai satu tahun kenal, mereka selalu ada suka maupun duka.
Fauz dan Fandi saling tersenyum penuh arti. Sepertinya, mereka akan melakukan hal yang tak pernah disukai Fahri, bisa dibilang kelemahan cowok paling waras di trio Moygans.
Fauz dan Fandi be like: "Emang kita gila?"
"Berhenti, Woy! Geli." Fahri memberontak, ingin melarikan diri dan menjauh dari jangkauan sahabatnya.
Trio Moygans menjadi pusat perhatian di dalam ruangan akibat kebisingan yang dibuat. Ada beberapa dari mereka tak menyangka, lelaki dingin kepada perempuan itu ternyata mudah merasa geli.
"Gue bilang, STOP. Kalau nggak stop, gue bakal mogok bersih-bersih." Ancaman Fahri berhasil menghentikan pergerakan tangan Fauz dan Fandi.
Tak mau kalah, Fauz turut mengeluarkan ancaman andalannya. "Kalau lo tetep diemin kita, gue bakal mogok masak!"
Fauz memiliki ancaman mogok masak. Fahri memiliki ancaman mogok bersih-bersih kost. Fandi? Apa, ya? Mogok jadi Presiden buaya darat? Tidak mungkin.
Fandi memasang wajah memelas. "Eh, jangan! Lo mau gue kelaparan lagi? Masa lo tega."
Kembaran kuntilanak mengancam Fahri, Presiden buaya darat pun kena imbasnya. Nasib nggak bisa masak, Bund. Tetapi, jangan ditanya soal memikat hati kaum hawa, sudah pasti Fandi ahlinya.
"Cewek mulu, belajar masak sana!" kata Fauz. Memang benar, sih, seharusnya anak kost harus bisa masak, ya kali harus beli makan di luar terus.
"Masak mulu, belajar meluluhkan cewek sana!" balas Fandi tak mau kalah. Cewek mulu, Fan.
"Ngobrol mulu, belajar sana!" Mendengar suara itu, Fauz serta Fandi menoleh ke sumber suara.
Saking dari asiknya, sampai tidak sadar dengan kehadiran dosen. Untungnya Pak Kumis yang terkenal penyabar, bukan Bu Juleha. Tanpa dijelaskan, mungkin kalian sudah mengetahuinya.
"Eh, Pak kismis. Tambah ganteng aja!"
Pak Kumis menyoroti Fandi. "Kismis? Sejak kapan nama saya ganti?"
Kismis? Yang benar saja! Memangnya Pak Kumis itu buah anggur yang dikeringkan?
"Eh, maaf, Pak. Saya salah nyebut," kata Fandi sambil menggaruk tengkuknya yang benar-benar terasa gatal.
"Mikirin Rara, ya?" goda Pak kumis.
Semenjak kejadian Rara melabrak Fandi dan selingkuhannya, berita tentang Raina Atalia yang menjadi mantan Fandi ke-100 menjadi perbincangan hangat. Bahkan kabarnya, Rara sempat terlihat seperti buaya darat betina.
"Saya mikirin Rara, Pak? Ogah, mending mikirin anak bapak. Jelas lebih cantik dan aduhai!" Fandi sudah jelas-jelas berbohong.
"Sok-sokan bilang ogah, setiap hari saja nggak pernah absen mikirin Rara," kata Fauz yang kemungkinan besar tidak dapat didengar oleh orang sekitar.
"Dih, anak Pak Kumis mana mau sama modelan buaya kayak lo!" timpal Rara tak suka.
"Cemburu? Bilang, Bos!" kata Fandi.
"Sudah-sudah! Sekarang Bapak ke sini mau membagikan peran dalam teater yang akan diadakan bulan depan."
Kini, suasana berusaha menjadi serius dan tegang. Ada beberapa dari mereka sibuk menyembunyikan diri dari pandangan Pak Kumis agar tidak terpilih tampil, ada-ada saja.
"Setelah berdiskusi cukup lama, telah diputuskan untuk mengambil pemeran utama dari kelas ini."
Semuanya menyimak serta berdoa supaya tidak menjadi pemeran utama.
"Baik, akan saya bacakan nama-nama dan peranannya. Kalau mau komplain, silahkan, asal nanti siap menghadap bu Juleha."
Menghadap dosen killer? Mending harus menerima kenyataan dari pada mati akal saat diwawancarai mengenai alasan tidak setuju memerankan tokoh dalam teater. Lagi pula, mereka anak teater, mana mungkin berani menolak.
"Ustadz Wan, diperankan oleh Fahri Arifandy."
"Maaf, Pak. Sebelumnya, kalau boleh saya tahu, judul ceritanya apa, ya?" tanya Fahri. Belum tahu judulnya, sudah mendapat peran.
"Judulnya Kuntilanak Hijau."
Begitu Pak Kumis menjawab pertanyaan Fahri, kelas C jurusan teater dan drama riuh dengan suara tawa. Kuntilanak hijau? Kok aneh?
"Hey? Kenapa pada ketawa? Memangnya ada yang lucu?" Pak Kumis terlihat kebingungan.
"Ada dong, Pak. Kalau nggak ada yang lucu, kita nggak akan ketawa," jawab si anu.
"Pak, emangnya ada kuntilanak yang pake daster hijau? Kayaknya cuma putih sama merah," kata Rara.
"Ntahlah, kita buat yang berbeda. Kita lanjut, ya." Suasana kembali senyap.
"Ibu Ina dan pak Ali sepasang suami istri yang diganggu kuntilanak hijau, diperankan oleh Raina Atalia dan Fandi Aryan Saputra."
Fauz menahan tawa. Ia sudah tidak sabar melihat sepasang mantan itu latihan dan tampil dalam sebuah teater sebagai sepasang suami istri.
"Kok gitu, Pak? Saya nggak mau, mending ganti yang lain, Pak. Em, atau pak Ali diganti Fauz saja," protes Rara.
"Dih, gue nggak mau juga kali. Ogah akting sama mantan modelan kayak lo."
"Fauz sudah punya peran. Terima sajalah nasibmu itu. Oh ya, terakhir, kuntilanak hijau diperankan oleh Rafa Fauzan Athalla."
Fauz menampakkan raut wajah tak senang. Mentang-mentang suara tawanya mirip kuntilanak, ia yang mendapat peran sebagai makhluk astral.
Yang sudah mengenal Fauz pasti sudah tahu bagaimana suara ia saat tertawa, maka tak heran jika kuntilanak hijau itu diperankan oleh anak Emak Iiz.
"Lo gapapa, Uz?" tanya Fahri ketika menyadari perubahan raut wajah sahabatnya.
"Gapapa, kok. Mungkin ini udah takdir gue. Anak tunggal emak Iiz, ditakdirkan menjadi pemeran kuntilanak." Fauz berujar tak semangat.
"Alhamdulillah kalau lo bisa nerima. Cuma tinggal Rara sama Fandi yang belum nerima."
"Tapi, gimana kalau Zahra tahu yang jadi kuntilanak itu gue? Bisa-bisa dia nggak mau sama gue, terus gue jomlo seumur hidup." Fauz mulai bersikap dramatis. Omong-omong, meski Zahra tidak tahu, apa ia mau dengan Fauz? Lagi pula, perempuan banyak, kok!
"Saran gue, jangan terlalu berharap, Uz. Gue takut, lo terluka gara-gara ekspektasi lo sendiri."
"Emang salah, ya, kalau berharap sama Zahra?" tanya Fauz.
"Nggak salah, sih, asal nggak berlebihan. Kalau nanti kenyataannya nggak sesuai sama harapan, lo yang akan kecewa dan tersakiti akibat ekspektasi lo sendiri."
Pak Kumis menatap Fahri dan Fauz secara bergantian. "Seru, ya, curhat tentang cinta!"
#To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditikung Lagi, Mak!
MizahMasygul, itulah julukan untuk Rafa Fauzan Athalla. Dan anehnya, julukan itu sama sekali tidak tergambar dalam dirinya. "Ditikung Lagi, Mak!" Bagi yang sudah mengenalnya, pasti tidak asing lagi dengan ucapan itu. Inilah kebiasaan aneh Fauz ketika di...