HAPPY READING!!!
TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🐳
___"Jangan saling menyalahkan, bukankah lebih baik saling mengingatkan?"
___Takdir, sama halnya dengan jodoh. Tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Seperti Fauz, belum berpikir untuk tertarik dengan perempuan, tetapi sekarang?
Jatuh cinta pada pandangan pertama, hal yang tidak pernah ia percaya. Untuk saat ini ada yang masih membuatnya tidak percaya, yakni; jatuh cinta tanpa alasan. Bagaimana bisa terjadi?
"Fauz kalau jatuh cinta serem, ya, Fah!" kata Fandi sembari menatap temannya yang tengah senyum-senyum sendiri.
"Namanya juga baru ngerasain jatuh cinta, ya gitu, deh."
"Kasihan, mana masih muda lagi." Fandi masih menatap mFauz yang tengah kasmaran.
Seperti cinta, lagu berjudul 'Tiba-tiba cinta datang' yang dibawakan oleh Maudy Ayunda mengalun di tempat ini secara mendadak.
"Tiba-tiba cinta datang kepadaku ...." Fauz bernyanyi mengikuti lirik lagu yang tengah ia putar.
"Saat kumulai mencari cinta ...."
Fahri menggeleng-geleng. "Ikan paus mulai nggak waras."
"Tiba-tiba cinta datang kepadaku ...."
"Fauz mulai meresahkan, ya, Bund!"
"Apaan?! Gue bukan bunda lo, ya!" ujar Fahri tak terima. Lelaki dipanggil bunda?
Fauz mengabaikan hal disekitarnya. "Kuharap dia rasakan yang sama ...."
"Jangan ngehalu malam-malam begini, ntar dirasuki setan," kata Fahri.
"Ada se-" Dengan sangat terpaksa ia berhenti bernyanyi lantaran ada seseorang yang lancang mematikan musik sesuai dengan kondisi hatinya.
"Kenapa dimatiin, sih?! Lagi asik juga! Balas dendam, ya?" ujarnya sembari menatap tajam Fahri.
Yang ditatap Fauz meraih buku berisi rumus-rumus. "Gue mau belajar, jangan berisik."
"Belajar mulu, cari pacar sana!" sindir buaya darat.
"Pacaran mulu, belajar sana. Eh, kok lembarannya ada yang hilang?" Fandi mulai menyadari hilangnya selembar kertas berharga yang tadi sore diambil Fauz untuk digunakan membuang kotoran ayam.
"Lo ngambil lembaran dibuku gue lagi, Uz?"
"Tadi gue liat Fauz ngambil. Kalau bukan dia, siapa lagi? Kuntilanak?"
Ah, Fandi memang tidak bisa menjaga rahasia! Seperti dia yang menyebarluaskan aib. Hadeh.
"Dijadikan bungkus gorengan lagi?"
Fahri sangat hafal apa yang akan terjadi dengan lembaran kertas itu. Selalu dijadikan bungkus makanan. Apa tidak bisa dibungkus hal lain? Dibungkus dengan cinta contohnya.
"Bukan, malah-" Ujaran Fandi dipotong oleh pencuri kertas itu. Aish, seperti ayam saja, dipotong, wkwk.
"Lo bilang, gue bocorin rahasia itu!" ancamnya. Padahal, ia punya tidak tahu rahasia apa. Sudahlah, yang terpenting ada hal yang bisa dijadikan ancaman sementara waktu.
"Kalau lo nggak mau bilang ke gue, Fan, siap-siap bikin puisi sendiri buat pacar-pacar lo. Gue nggak bakal mau bikin lagi."
Wah, saling mengancam, Bund. Fandi yang tak acuh terhadap rahasia, membuatnya menuruti permintaan Fandi. Jika tidak begitu, bisa-bisa ia sulit membuat korbannya baper melalui untaian kata indah.
Uswa be like: "Salah sendiri pakai puisi!"
"Oke-oke, gue bilang!"
Fauz membulatkan mata hingga sebesar cintaku padamu, eh salah! Maksudnya sebesar alam semesta. Oke, lagi-lagi itu tidak benar.
"Nggak setia kawan lo!" Fauz menunjuk orang yang ia maksud.
"Gue nggak mau kehilangan sesuatu yang berharga. Lagian gue nggak punya rahasia, ya fine-fine saja," kata Fandi enteng.
"Jadi, kertas lo itu digunakan buat buang tai ayam. Jijay, Sayang!"
Fauz bertepuk tangan, bahkan ia lupa akan hal yang sekarang terjadi. "Buset, Fan! Lo udah kayak tiga banci itu."
"Bentar-bentar ... kertas yang berisi rumus-rumus itu digunakan untuk buat buang tai ayam?! Lo udah gila, Uz?"
"Ya, lagian tadi gue cuma liat itu, yaudah gue pakai kertas punya lo saja. Kalau gue kelamaan nyari yang lain, ntar yang ada tempe jeletot itu nggak layak dikonsumsi," sahut Fauz panjang lebar.
"Kenapa nggak Fandi saja yang disuruh buang tai ayam?"
Ah, ayolah ... kenapa Fahri tiba-tiba lupa tentang hal sepenting itu? Orang seperti Fandi mana mungkin mau membuang kotoran ayam. Presiden buaya darat termasuk orang yang mudah jijik!
Lelaki yang beberapa saat tadi seperti orang gila tengah menatap remeh Fandi, berharga temannya itu bisa berubah. "Fandi mana mau! Tahu sendirikan bagaimana Presiden buaya darat itu?"
Hayu, ngumpul! Ada pengumuman baru. Mulai detik ini, Fandi telah diangkat menjadi Presiden buaya darat. Wah, para buaya sudah memiliki Presiden juga, ya! Mana ganteng lagi, eh tapi lebih ganteng dia. Canda Pak Presiden!
"Ini nggak adil! Fauz sama gue punya julukan masing-masing, masa lo nggak punya sih, Fah ... harus punya dong!" Fandi tak terima.
"Itu, sih derita kalian berdua. Makanya jadi orang jangan yang aneh-aneh. Kayak gue dong, ganteng dan nggak banyak tingkah." Sepertinya, sikap baru Fahri mulai ditunjukkan.
"Mas-maskuuuh, jangan berisik, ya, Zeyeeeng! Eyke nggak bisa bobo nih. Btw, mau tidur sama eyke nggak?" Suara itu berasal dari luar, bukan dari arah samping. Apa trio Syantik-syantik Manjah tidur di di luar?
Trio Moygans serempak bergidik ngeri. Ah, kehidupan mereka tidak akan tenang selagi ada tiga banci itu. Andai tidak senang menggoda, pasti aman tenteram layaknya hidup tanpa gangguan sedikitpun.
"Sssttt." Fauz menempelkan jari telunjuknya di bibir manisnya. Jika terus bersuara, ia yang akan sangat sial.
"Mereka tidur di luar?" Fandi berbisik.
"Kayaknya sih." Fahri pun ikut berbisik.
"Kenapa, ya? Apa gara-gara dikerjain Fandi tadi? Ah ya, gue nggak ikut-ikutan. Semuanya salah Fandi!" Bahkan Fauz pun melakukan hal yang sama seperti ke dua temannya.
Mengetahui ia yang disalahkan, Fandi tidak tinggal diam. "Salah lo juga. Itu kan suara ketawa lo yang serem. Gue cuma hidupin rekaman di kamar mereka."
"Berarti salah kalian berdua."
"Kok gitu? Gue nggak ikut-ikutan dalam masalah itu, lagian gue nggak tahu kalau Fandi bakal ngelakuin hal tidak pantas."
"Seharusnya kalian saling mengingatkan, bukan menyalahkan." Fahri menjadi penengah di antara keduanya.
"Aduh, Cyin ... bedak lima lapis eyke nggak luntur, kan? Eyke nggak mau kelihatan kusam di mata Ayang Fauz, eyke harus kelihatan syantik!" Suara itu kembali terdengar.
"Walau lo cantik, gue nggak bakal mau. Mending jelek, tapi asli. Lah, ini?" kata Fauz yang tidak dapat di dengar oleh mereka.
"Cewek asli belum tentu mau sama lo, Uz. Kalau gue mah udah pasti banyak yang mau." Tidak perlu dijelaskan lagi siapa yang berujar itu, kalian pasti mengetahuinya.
"Wah, jangan salah! Dulu waktu gue masih sering diikut emak ke pasar, banyak ibu-ibu yang ngelirik gue. Katanya gue ganteng," balas Fauz percaya diri.
"Gila, ibu-ibu. Emang ya, yang suka sama Fauz nggak ada yang bener. Sayang banget sama wajahnya."
"Tenang, Fan ... pasti ada yang diam-diam nyimpan perasaan ke gue."
"Siapa?" tanya Fahri.
"Perempuan tadi itu."
"Halu!!!" teriak Fandi Dan Fahri tepat di telinga Fauz.
#To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Ditikung Lagi, Mak!
HumorMasygul, itulah julukan untuk Rafa Fauzan Athalla. Dan anehnya, julukan itu sama sekali tidak tergambar dalam dirinya. "Ditikung Lagi, Mak!" Bagi yang sudah mengenalnya, pasti tidak asing lagi dengan ucapan itu. Inilah kebiasaan aneh Fauz ketika di...