DLM || 16. Fandi meresahkan

4 5 0
                                    

HAPPY READING!!!
TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🐳
___

"Ketika tiga orang memutuskan untuk bersahabat, bisa jadi akan ada salah satu yang terabaikan saat tengah bersama."
___

Siang ini, Fauz menampakan wajah cemberut. Kelakuan Fandi benar-benar membuatnya kesal. Akibat Presiden Buaya Darat, serum yang seharusnya dipakai berminggu-minggu, justru ludes dalam waktu beberapa menit. Dasar Fandi!

Tidak hanya cemberut, Fauz pun menggerutu tanpa henti. "Kalau pakai serum tuh cuma dua atau tiga tetes, bukan malah dipakai sampai habis. Baru kemarin beli, sekarang udah habis."

"Udah tau Fauz paling pelit soal skincare, lo malah ngabisin. Makan tuh, omelan Kembaran Kuntilanak!"

Fandi hanya melirik Fahri yang baru saja berujar, ia sama sekali tidak ingin meladeni yang menurutnya tidak penting. Omelan Fauz lah yang akan dijadikan prioritas saat ini. Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab.

"Kan gue pengen glowing, Uz," jawab Fandi jujur.

"Tapi, ya, nggak sampai satu botol gini juga, Burat!" Fauz melempar wadah tempat serum yang sudah kosong.

"Gua kira, satu botol kecil itu cuma sekali pake. Eh, bentar ... lo ngatain gue Burat? Apaan tuh? Bedak basah yang warnanya kuning?" Fandi menatap Fauz dengan serius. Jika dugaannya benar, berarti ia harus mencari nama baru untuk Fauz.

"Burat, buaya darat."

"Heh! Dasar Ketiak!"

Mendengar kata ketiak, Fauz refleks mencium ketiaknya sendiri. "Ketiak gue wangi, lo mau cium?"

"Hilih, ogah banget." Seusai berujar, ia membayangkan anak Emak Iiz tengah memaksanya untuk mencium ketiaknya.

Fauz dan Fahri bertukar pandang. Mereka sama-sama bingung dengan Fandi yang menunjukkan ekspresi jijik saat menatap Kembaran Kuntilanak, persis seperti melihat cacing menggeliat.

Rasa penasaran Fahri memuncak, menuntun lelaki itu untuk bertanya, "Lo kenapa?"

"Eh, nggak apa-apa kok," jawab Fandi, lalu kembali menatap Fauz.

"Gue kenapa, sih?" Fauz terlihat kebingungan. Ia melihat-lihat tubuhnya yang bisa dilihat oleh matanya sendiri, takut ada hal aneh yang melekat.

"Lah, Fandi sama Fahri mana?" Kembaran Kuntilanak itu kembali dibuat bingung. Tanpa ia sadari, kedua sahabatnya hengkang saat Fauz sibuk memerhatikan penampilan.

"Ayo, Uz! Zahra ikut main teater juga. Yakin nggak mau latihan?" Fandi sedikit berteriak.

Mulai detik ini, pemilik nama lengkap Anindya Zahra menjadi alasan Fauz semangat latihan teater, meskipun ia memerankan karakter yang tidak disuka. Tetapi, jika dipikir-pikir, Fauz merasa malu saat berakting menjadi Kuntilanak hijau. Eh, tumben malu, biasanya 'kan malu-maluin.

Fauz melangkah dengan cepat menghampiri sahabatnya yang telah berada di halaman indekos. Memakai kaos pendek warna hitam, dipadukan dengan celana jeans, Fauz terlihat kasep seperti biasanya.

Netra Fauz mengamati setiap detail penampilan Fandi dan Fahri. Satu kesamaan mulai terungkap. "Eh, bentar ... kok gue baru sadar, ya, kita sama-sama pakai kaos warna hitam. Padahal nggak janjian."

Fandi langsung menatap baju yang dikenakan oleh Fahri dan Fauz. Begitupun sebaliknya, Fahri melakukan hal sama. Mereka berdua sama-sama kaget. Jika dilihat-lihat, trio Moygans sudah seperti anak kembar saja.

"Kalian berdua tiru gue?" tanya Fahri. Dari mereka bertiga, tukang menggosongkan makanan lah yang berpakaian duluan. Apa mungkin Fauz dan Fandi meniru Fandi?

Ditikung Lagi, Mak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang