DLM || 15. Fauz nangis

4 5 0
                                    


HAPPY READING!!!
TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMEN🐳
___

"Rindu itu seperti rasa cinta. Selalu datang tanpa aba-aba."
___

Netra Kembaran Kuntilanak tak henti-hentinya menatap seorang perempuan paruh baya yang tengah memarahi anaknya. Sebagai anak rantau, ia merindukan omelan yang dulu paling tidak disukai. Ketika sudah berjauhan, baru menyadari betapa pentingnya wejangan dari sang Emak. Ditambah lagi, ia jarang telponan dengan Emak Iiz.

Sudut bibirnya terangkat, mengingat kenangan konyol bersama perempuan terhebatnya. Tanpa sadar, air mata Fauz luruh dengan sendirinya. Ia benar-benar merindukan semua hal menyangkut bidadari tak bersayapnya.

Sore itu, Fauz baru bangun dari tidurnya. Keadaan matanya masih setengah terbuka, bahkan ia belum sepenuhnya sadar. Berkali-kali ia membentur benda yang ada di depannya, saat melangkah terhuyung ke arah dapur.

Yang sekarang dipikirkan pemilik suara tawa mirip salah satu hantu legendaris, hanyalah makanan. Tidur dari pagi dan bangun sore hari, Fauz merasa sangat kelaparan. Sebelum tambah lapar dimarahin Emaknya, lelaki itu memilih untuk makan terlebih dahulu. Menurutnya, mendengar omelan sang Emak membutuhkan tenaga.

Tangannya membuka tudung saji yang terbuat dari anyaman bambu. Kosong. Ia tidak melihat makanan, yang dilihat hanyalah semut sedang berbaris rapi. Ia mengucek matanya, takut salah melihat. Seharusnya, Emak Iiz sudah menghidangkan makanan sederhana di meja ini. Mengapa sekarang tidak terlihat nasi putih yang dicampur jagung didampingi oleh lauk ikan asin dan sayur asam?

"Emak belum masak?" Fauz bertanya dengan nada khas orang baru bangun tidur. Eh, sebentar ... cowok itu bertanya kepada siapa? Sedangkan, tidak ada orang di rumah selain dirinya.

"Emak ...," panggilnya sembari mencari keberadaan orang tua satu-satunya yang ia miliki.

Rafa Fauzan Athalla, anak tunggal di keluarga sederhana. Besar tanpa sosok bapak, Fauz dapat melihat betapa tangguhnya sang Emak membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Saat usianya menginjak 2 tahun, ia sudah kehilangan orang tua laki-laki akibat mengidap penyakit yang disebabkan oleh rokok. Wajar saja, jika ia tidak suka orang terdekatnya merokok.

Tidak menemukan keberadaan emaknya, ia memutuskan untuk mandi. Badannya sudah terasa lengket, dan berbau tak sedap. Sebelum melangkah pergi, Kembaran Kuntilanak itu melihat sepiring nasi di bawah meja.

Fauz berniat untuk memakannya tanpa memikirkan alasan makanan tersebut berada di tempat yang tidak seharusnya. Padahal, nasi yang ia temui mengandung racun tikus. Untung sebelum melahapnya, orang yang Fauz cari sedari tadi datang dengan heboh.

"Ini dia tikus! Tikus berambut ikal!" Emak Iiz menarik telinga Fauz tanpa ampun. Bisa-bisanya sang anak mau makan nasi yang beracun, padahal masih banyak makanan yang layak dimakan.

"Ampun, Mak! Padahal Fauz nggak salah apa-apa, kenapa main jewer, Mak?"

Tangannya berhenti menjewer anak semata wayangnya. "Kamu mau jadi tikus, hah?"

"Ish, Fauz masih betah jadi manusia, Mak," kata cowok yang baru satu minggu menjadi anak SMP, sembari mengelus daun telinganya.

"Oh, masih, ya. Kalau udah bosan bilang, ya!"

"Fauz nggak bakal bosan Emakku sayang. Lagian, kenapa emak tiba-tiba bahas gituan. Terus tiba-tiba jewer lagi, padahal mau makan." Fauz menggerutu.

"Masih mau makan nasi yang beracun? Nasinya ada racun tikusnya, Nak. Kamu mau ninggalin emak? Bapak kamu udah ninggalin, masa kamu tega ninggalin emak juga?!" lirihnya.

Ditikung Lagi, Mak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang