Assalamualaikum semua, aku kembali.
Masih atau sudah tidak ada, pembaca dicerita aku, aku bakal tetep usahain buat selesaikan tulisan ini ☺
Seperti yang pernah dibilang sama salah satu guru, penulis hebat itu adalah yang menyelesaikan tulisannya. :)
Mohon maaf, karena lama updatenya, sebab ada beberapa hal yang bikin aku gak bisa publish akhir-akhir ini 🙏😥Hari ini, alhamdulilah bisa update, seneng rasanya :)
Aku juga ada niatan buat merevisi ini tulisan, sebab masih buanyak buanget kekurangannya, mohon doa dari teman-teman semua, biar aku bisa jadi penulis profesional seperti teman-teman 😍😧
Duuh maaf, malahan curhat gini hehe🙏🙏
Oke silakan membaca
.
.
.
.
.***
Setelah kepulangan Azra, Haura, dan Amira, kami masuk ke dalam rumah. Menata belanjaan, membersihkan diri, dan langsung istirahat."Saya besok ada kajian di masjid, setelah shalat subuh, Khai."
Ucapku sambil merebahkan tubuh di tempat tidur. Kebiasaan yang selalu kami lakukan sebelum tidur, adalah melakukan obrolan kecil.
"Jangan lupa kasih tau, Khai, tentang kajian yang Mas dapat, besok."
Balas Khaira sembari menyelimuti kami berdua.
"Seperti biasa saya bakal ceritakan saat di meja makan, oke."
"Siip, sekarang kita tidur, Khai sudah mengantuk."
Ucapnya lagi sebelum memejamkan mata untuk tidur.
*******
Pagi harinya, sepulang shalat subuh berjama'ah di masjid, aku menyempatkan untuk berolahraga. Berlari beberapa putaran mengelilingi komplek perumahan.
"Assalamualaikum, Khai, Saya pulang."
Ucapku begitu sampai di depan pintu.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi, gimana kajiannya, Pak Ustadnya bahas apa?"
Tanyanya sembari menghampiriku
"Tadi gak jadi kajian, diundur jadi besok. Pak Ustadnya lagi ada urusan pagi ini."
Kataku sambil mengusap pucuk kepalanya.
"Ko pulangnya telat?"
Tanyanya lagi,
"Tadi abis lari sebentar, kamu gak liat saya keringetan gini, hm?"
Ucapku sembari sengaja mendekat ke arahnya, menggodanya sedikit di pagi hari akan terasa menyenangkan.
"Ish, Masnya bau ih. Khai udah mandi jangan deket-deket."
Seperti dugaan ku Khaira akan marah saat aku mendekatinya dalam keadaan bau keringat begini.
"Bau-bau gini, juga suami kamu, Khai."
"Mending sekarang Mas mandi, terus sarapan. Nanti telat pergi kerjanya. Khai udah siapin baju gantinya di atas kasur. Khai mau siapin sarapan dulu."
Sembari jalan ke dapur, Khaira mendorongku agar segera pergi ke kamar mandi.
Beberapa menit berlalu, aku sudah selesai mandi dan berpakaian rapih. Menghampiri Khaira di meja makan, dia sudah menunggu untuk sarapan bareng.
" Mas hari ini sarapannya pakai omelette sama tumis kangkung, ya?"
Katanya sembari menuangkan nasi berserta temannya ke dalam piringku.
"Apa pun yang kamu masak, saya pasti suka."
Balasku sambil tersenyum ke arahnya. Bagiku, masakan istri lebih nikmat dibandingkan masakan Chef Juna sekalipun. Saat kita memakan masakan istri, dengan perasaan senang, maka istri juga akan merasa bahagia karena merasa di hargai.
Itu juga menjadi ladang pahala yang bisa kita dapatkan. Membuat istri bahagia. Pernah mendengar kisah Rasullullah Saw dengan Ibunda Aisyah saat sedang berada di ruang makan?
Dari Aisyah ia berkata:
"Ketika sedang haid, aku minum, kemudian mug nya aku berikan kepada Nabi Saw. Beliau pun meminum pada bagian mug dimana tadinya aku meletakkan bibir. Demikian juga ketika diwaktu haid, aku menggigit sepotong daging, lalu sisa gigitan itu aku berikan pada beliau. Beliau tak segan menggigit nya pada bagian yang tadinya aku gigit."( Hadits Riwayat Nasai')
Ustad Muhamad Thalib ketika mengomentari hadits ini dalam buku 70 potret kemesraan Rasullulah dengan istri-istrinya berkata
'demikianlah karena suami-istri telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari sehingga sisa makanan atau minuman antara mereka sama sekali tidak boleh dianggap kotor. Justru perbuatan seperti ini, menunjukkan adanya kesetiaan dan keyakinan penuh suami-istri dalam segala hal.'
Dahsyatnya kisah cinta Rasulullah, beliau tak hanya mengajarkan sepiring berdua melainkan juga segigit bersama, tak hanya satu mug berdua, tetapi juga sebibir bersama. Subhanallah.
"Mas buat makan siang nanti, biar Khai yang antar, ya? Sekalian mau mampir ke rumah Umi."
Suara Khaira mengembalikan kesadaran ku.
"Iya nanti biar Mang Ujang yang mengantar, jangan pergi sendiri."
Jawabku sambil mengelap mulutku, beranjak dari kursi. Khaira yang melihatku sudah selesai sarapan pun, ikut beranjak dari tempat duduknya untuk mengantarkan ku ke depan pintu.
"Mas, hati-hati ya."
Ucapnya sembari membawa tanganku ke wajahnya, menciumnya dengan takjim. Aku membalasnya dengan mengecup keningnya.
"Kamu juga hati-hati, ya. Saya pergi dulu, Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam warahmatullah,"
******
Sesampainya di kantor aku disambut dengan pekerjaan yang menuntut untuk segera aku selesaikan. Rio sekretaris sekaligus sahabatku sedang cuti untuk mengurus persiapan pernikahannya, membuatku sedikit kewalahan mengurus kantor sendirian.
Tidak terasa sebentar lagi waktu istirahat tiba. Aku langsung teringat dengan janjiku pada seseorang untuk bertemu di kedai kopi dekat dari kantor. Melihat jam ditangan, sudah akan memasuki waktu Dzuhur, aku memtuskan untuk pergi masjid terlebih dahulu. Sebelum pergi aku mencoba mengirim pesan pada Khaira, memberitahu padanya agar nanti menyusulku ke kedai kopi. Membawa bekal makan siang ku.
Assalamualaikum, Khai nanti kamu jangan ke kantor. Aku ada janji ketemu sama orang di kedai kopi dekat kantor saat jam makan siang. Kamu menyusul saya ke sana, ya.😊
Isi pesanku pada Khaira, tidak butuh waktu lama, aku langsung mendapat balasan darinya.
Waalaikumussalam,baiklah Mas, nanti Khai ke sana.😍
Hati-hati, saya menunggu kamu😘
Setelah berbalas pesan aku bergegas pergi ke masjid. Setiap kali aku ke masjid selalu mengingatkan ku pada sosok almarhum Pak Ahmad, di masjid inilah aku bisa mengenal beliau, dan di pertemukan dengan sosok mungil Khaira. Jodoh memang benar rahasia Tuhan, kapan dan dimana kita akan dipertemukan, kita tidak pernah mengetahuinya. Tapi percayalah bahwa sekenarionya lebih indah, daripada ekspektasi kita manusia yang hanya bisa berencana.
Drt drt...
Suara ponsel dari saku celanaku membubarkanku dari lamunan. Setelah selesai salat aku memang sengaja tidak langsung meninggalkan masjid, aku menunggu Khaira sembari duduk di teras masjid.
Mas Khai sudah di depan kedai kopi, Masnya di mana?
****
Halo semuanya, semoga kalian selalu dalam lindungan-Nya. Salam sayang dari aku yang masih banyak kurangnya 😍😍🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya
General Fiction"Sendiri bukan berarti kesepian. Namun, terkadang sebagian orang mengangap kesendirian itu sebagai 'aib' di cap tak laku. Begitulah yang sedang dirasakan oleh Pemuda bernama Malik Rajaindra. Duda tampan, mapan, dan soleh. Kegagalan dalam berumah tan...