Assalamu'alaikum
Bantu vote comment
Maaf masih banyak typo
.
.
.
.
.Setelah Khaira membukakan pintu, ternyata Haura yang datang berkunjung. Dia datang dengan Amira, keponakan kesayanganku. Khaira mempersilakan Haura masuk, dan langsung menghamoiriku di meja makan.
"Amira, sini gendong ammah"
Khaira mengambil alih Amira dari Haura,"Dek, ikut makan siang sekalian sama Bang Malik", ucap Khaira lagi, menawari Haura makan. Haura menatap makanan yang ada di meja,
"Jadi kesini cuman mau numpang makan?", kataku menggoda Haura, yang sudah pasti tidak akan terima dengan perkataanku barusan.
" Haura bukan mau minta makan ko, tenang aja Bang ck, Haura tahu Abang pelit", ucapnya berdecak kesal.
Aku yang sudah selesai makan, segera membawa piring kotor ke tempat cucian piring."Biar Khai yang nyuci nanti, taruh aja jangan dicuci mas," suara Khaira memintaku untuk tidak mencuci, tapi aku tidak mendengarkan perkataannya. Toh mencuci piring juga tugas seirang suami kan? Begitu Rasullullah mencontohkan.
"Kalau gitu, biar Haura aja Bang", tanpa perlu persetujuanku, Haura langsung mengambil piring dari tanganku
Khaira sibuk meninabobokan Amira, aku kembali duduk di kursiku, disusul Haura yang selesai mencuci piring.
"Bang Haura mau titip Amira ke Abang sama Mba Sifa boleh, ya?"
"Ng-"
"Boleh banget Dek, kamu tenang aja Mba sama Abang mu pasti bakal jagain Amira dengan baik, iya kan, Mas?"Belum sempat menjawab pertnyaan Haura, Khaira lebih dulu menjawab, niat hati ingin berduan menikmati sisa libur kami. Tapi kalau sudah begini, aku bisa apa?
"Alhamdulilah, makasi Mba. Haura bersyukur punya Mba sebaik ini"
Haura langsung merasa senang mendengar jawaban Khaira."Kamu titipin Amira ke kita, kamu ada urusan penting apa?"
Tanyaku penuh penyelidik.
"Haura mau jemput Mas Azzra ke bandara, sekalian kasih kejutan",
Ucapanya penuh semngat, Azzra memangvsedang ada urisan pekerjaan di luar kota."Memangnya Azzra gak bisa pulang sendiri?" tanyaku sebgaja membuat Hura kesal, dengan pura-pura tidak perduli dengan rencana kejutan untuk suaminya.
"Abang kaya gak pernah ngerasain rindu, sama seseorang yang si sayang aja sih, lagian ini hari ulang tahun pernikaham kami Haura pengen punya waktu berdua sama Mas Azzra".
Jawabnya mulai merasa kesal dengan raut wajah yang terlihat menahan tangis.
"Ku lupa sudah punya anak, kamu tega ninggalin Amira lama-lama?
Haura terkadang memang suka melakukan hal yang dia mau, bukannya aku tidak mengerti dengan keinginannya, tapi kasiglhan Amira, kan? Walau ada aku dan Amira yang siap menjaganya."Tapi bang, Amira gak seendirian, ada Abang dan Mba Sifa yang jagain", kekeh Haura tetap memaksa.
"Haura.."
"Mas, udah gak apa, kita kan bisa jagain Amira, kan? Kasihan Dek Haura dan Azzra, kasih mereka waktu untuk berduan."
Lagi, Khaira yanng punya sudut pandang yang berbeda denganku, mau tidak mau aku juga mengizinkan Haura untuk pergi.
"Tapi ada syaratnya"
"Apa syaratnya , Haura akan mengabulkan,
"Kamu harus siapin persedian ASI buat Amira, yang banyak selama kamu pergi"
"Kalau itu, Abang gak perlu khawatir, Haura udah siapin semuanya di tas itu, sambil menunjuk tas yang tadi dibawanya, memang Abang pikir, Haura setega itu sama anak sendiri?"
"Pergi harus diantar sama Mang Ujang!"
"Tapi, Bang?"
"Tidak ada tapi-tpian, diantar Mang Ujang atau gak pergi."
"Iya-iya Haura pergi sama Mang Ujang," pasrahnya.
"Dek, Abang memintamu pergi di antar Mang Ujang, karena dia khawatir sama kamu, tidak ingin sesuatu terjadi",
Ucap Khaira, dan langsung dipeluk oleh Haura."Haura paham ko, makasih ya Bang, Mba, Haura sayang kalian."
"Gak boleh peluk-peluk, Khaira udah punya suami," aku mencoba memisahkan pelukkan mereka,
"Ih, dasar Abang bucin",
***
Setelah kepergian Haura, aku menyusul Amira ke kamar, dan ikut merebahkan diri disampingnya. Sedangkan Khaira, kembali beres-beres rumah.
Baru beberapa menit memejamkan mata, ada sebuah tangan memukuli wajahaku, samar-samar aku mendengar suara anak balita menggumamkan kata 'mam mam' perlahan aku membuka mata, hal yang pertama aku lihat adalah wajah lucu Amira.
"Hai, ponakan kesayangan udah bangun, hm?
'Mam mam' balas Haura mengulangi kalimatnya.
"Amira, lapar ya? Mau makan?"
Tanyaku mengajak bicara Amira.
Aku turun dari kasur,"Loh Amira ko sudah bangun?",
Tiba-tiba Khaira muncul di depan pintu,
"Pasti Mas yang udah banginin Amira?" tanya Khaira penuh tuduhan.
"Amira bangun sendiri, saya gak bangunin dia", sanggahku. Amira menangis, segera Khaira mengendongnya,
"Kayanya Amira laper, Mas", ucap Khaira.
"Biar saya yang siapain makannya, Khai."
Sembari berjalan keluar diikuti Khaira
***
Setelah memberi makan dan memandikan Amira, selepas Maghrib aku dan Khaira langsung pergi ke supermarket terdekat untuk belanja. Aku yang menggendong Amira dan Khaira yang yang memegang troli sambil memilah barang yang akan dibeli. Jika orang yang melihat, mungkin akan mengira kami adalah keluarga bahagia.
Khaira memintaku untuk pergi ke deretan aneka cemilan, kami bagi tugas Khaira sedang memilih sayuran.
Aku mengambil beberapa cemilan, sesekali mencium pipi gembul Amira,
"Malik?",
Gerakanku terhenti saat ada seseorang yang memanggilku, aku berbalik, kulihat disana ada seorang wanita dengan jilbab abu-abunya sedang berdiri menghadap ke arahku.
🌵🌵🌵🌵
Semoga gak bosen ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Setelahnya
General Fiction"Sendiri bukan berarti kesepian. Namun, terkadang sebagian orang mengangap kesendirian itu sebagai 'aib' di cap tak laku. Begitulah yang sedang dirasakan oleh Pemuda bernama Malik Rajaindra. Duda tampan, mapan, dan soleh. Kegagalan dalam berumah tan...