Bagian 09

20 8 19
                                        

Bismillah

Mohon koreksinya ya

Maaf masih banyak typo

Selamat membaca
.
.
.
.
.

"Saya terima nikahnya Sifa Khaira Ahmad dengan mas kawin tersebut tunai."

Pak Ahmad menatap para saksi, Rio dan Amar menganggukkan kepala menyatakan sah lelaki itu tersenyemum kepada Sifa. Mengangkat kedua tangan mengucap syukur. Semua orang mngucap doa pernikahan, di pimpin Amar. Belum selesai doa, nafas Pak Ahmad tersenggal. Aku melafalkan kalimat tauhid, yang di ulang oleh Pak Ahmad. Tak lama, tangan beliau melemah, kemudian dokter meriksa mata, dan denyut nadi beliau.
"Innalillahi wa innaillaihi rajii'un Ahmad Junaidi meninggal 19:30, pasien dinyatakan meninggal akibat gagal jantung."

Dokter memberi pernyataan

"A-bah" panggil Sifa pelan
"Aa-baah...teriak gadis itu sambil tersedu, perlahan gadis itu luruh ke lantai tak kuasa menahan sedih atas kehilangan yang semakin menyayat hati. Aku tak tahu apa yang harus dilakukan, mata gadis itu menatap kosong, bersamaan dengan wajah  sang Abah di tutupi kain.

"Kenapa Abah ninggalin Sifa kaya gini?" ucap Sifa menagis sambil memeluk lututnya erat. Aku berjongkok di hadapannya, memegang pundaknya

"Allah lebih sayang  sama Abah, kamu harus tabah.", aku berusaha membujuknya agar mau berdiri dan membawanya agar menunggu di luar bersamaku. Namun dia menolak, ingin tetap di dalam menemani  Abah yang sudah terbujur kaku.

Aku memilih membiarkan gadis itu yang kini telah sah menjadi istriku tetap di dalam. Sedangkan aku keluar, menyusul yang lain, sedang menunggu di luar. Terlihat Amar yang sedang menciba menghubungi Umi dan Abi, dia bilang mereka harus segera di beritahu perihal aku sudah menikahi anak gadis orang. Sedangkan Haura diminta untuk pulang membawa Amira, meningat kesehatan Amira yang belum cukup sehat.

Aku memioih berdiri di dekat jendela mengarah ke dalam, di sana masih ada Sifa yang terus menangis memandangi jenazah Abahnya.
"Akhirnya, pak bos, menikah juga", canda Rio yang sudah berdiri di sampingku.

"Alhamdulilah, semoga ini bukan pilihan yang salah.", balasku tanpa menoleh

"Saat seorang wanita memilih antum untuk jadi suaminya, berarti dia percaya kalo antum bisa jadi pemimpin terbaiknya bagi keluarnya nanti."

"Bukan cuman dia yang yakin, tapi, aku juga harus yakin. Dan kali ini, aku yakin dia jodoh dunia akhirat yang Allah kirim buat ku."  ucapku mantap, aku tidak pernah main-main dengan apa yang talah aku pilih.

"Seandainya suasananya lagi gak berduka, pasti udah aku kasih ucapan selamat sambil ajak pak bos nari kaya di film-film gitu." ucapnya terkekeh sambil menepuk pundakku.

Tak lama, Abi dan Umi datang dengan raut wajah sulit di artikan. Aku menghampiri mereka, Umi langsung memelukku, meminta penjelasan.

"Umi tenang dulu, ya. Malik akan menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Sekarang Malik ingin mengenalkan Umi pada Sifa. Istri Malik.", umi hanya mengaguk dan langsung mengikuti ku, sedangkan Abi menemui Rio,  untik meminta penjelasan darinya.

Hendel pinti terdorong, aku dan Umi masuk, keadaan di dalam masih sama seperti tadi Sifa masih pada posisinya.

"Sifa Khaira Ahmad" panggilku, dia mendongak, menatap ke arahku dengan sedikit terkejut saat dia melihat ada Umi di sampinggku. Sambil mengusap pipinya gadis itu bangkit.

"Nak-,"
Ucap Umi sembari memeluk Sifa. Sifa membalas pelukkan Umi, punggungnya bergetar kembali menangis dalam dekapan Umi. Untuk saat ini tak ada yang bisa di lakukannya kecuali menangis.

"Laa tahzan innallaha ma'ana, boleh besedih, tapi jangan berlebihan Nak",

"Sebaiknya, kita segera urus jenzah Abah. Lebih cepat lebih baik." sahutku, mereka melepas pelukan dan segera keluar dari ruangan.

🌵🌵

Saat pemakaman Pak Ahmad, ada banyak yang datang untuk berbela sungkawa,  turut mendoakan. Mulai dari teman pengajian Abah sesama ustaz, terangga, rekan bisnis, dan juga para santri dari pesantren tempat Abah mengajar, menjadi guru di sana. Keluarga dari Sifa hanya ada satu yang masih ada, kebetulan baik Uminya mau pun Abah, adalah sama-sama anak tunggal. Yang mengejutkan lagi, ternyata Abi dan Abah adalah teman sejak waktu SMA, mereka adalah sahabat. Berpisah setelah lulus sekolah.

Setelah satu minggu sejak kepergian Pak Ahmad, Sifa, gadis yang kini telah menjadi istriku, sebagian hatiku menghangat saat aku menyebut kata istri. Sifa tinggal bersama dengan Abi dan Umi, sedangkan aku harus pergi ke luar kota untuk mengurus pekerjaan yang sudah terlanjur aku tanda tangani. Mau tidak mau aku harus berpisah dengan Sifa.

Hati kecilku sangat ingin berada di sampingnya, menaninya mengobrol mendengarkan setiap ceritanya. Gadis iti pasti merasa sendiri, setelah di tinggal Abah untuk selamanya. Namun, sikap yang selalu dia tunjukkan berbanding dengan apa yang ada dalam hatinya. Selalu bersikap biasa seolah semua baik-baik saja.

Mengenai hubungan kami, aku tak tahu bisa di bilang baik atau tidak. Berhubung ada jarak yang menjadi penghalang antara kami. Sesekali aku menyempatkan waktu untuk mengabarinya, lebih tepatnya aku yang ingin tahu kabar tentangnya, karena dia tidak pernah menghubungi ku terlebih dulu, entah karena canggung atau belum biasa. Justru Menjadi cara buat ku untuk bisa lebih mendekatinya agar bisa lebih mengenal lagi. Karena kami memang sedang dalam proses itu, karena kami menikah bukan karena saling jatuh cinta, tapi bangun cinta. Orang bilang jatuh cinta itu sakit, bangun cinta itu indah.

Aku berharap semoga hubungan kami bisa semakin baik, karena menikah, bukanlah hal yang main-main karena setelah akad terucap, seorang ustaz menjelaskan sebuah perjanjian besar yang terucap dari kalimat-kalimat sedeehana "saya nikahkan" dan saya terima nikahnya. Namun, di sisi-Nya perjanjian tersebut demikian kuat hingga membuat singgasana bergetar. Itulah janji suci yang mengikat hati kedua insan yangsaling mencintai karena-Nya, sebuah momen sakral yang pasti dirindukan oleh setiap insan yang miliki pasangan. Dan setelah akad itu terucap, yang haram menjadi halal, yang sebelumnya mdosa menjadi nerpahala. Itulah hebatnya sebuah ikatan yang bernama pernikahan.




Selamat sore, aku datang lagi semoga tidak bosan menunggu dia, eh aku update maksudnya 😇

Kasih aku seneng dikit dong, dengan tinggalkan jejak bintang di tulisan ini

Sayang kalian dari aku yang masih banyak kurangnya 🙏

Tentang SetelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang