jaemin natap gue lembut, bener-bener beda dari tatapan yang biasanya dia berikan ke gue. untuk pertama kalinya gue bisa liat afeksi yang dipancarkan oleh kedua bola matanya itu.
"you answered me with a question, michelle natania. it isn't an answer."
gue kembali terdiam seribu bahasa. gimana caranya gue bisa ngomong ke dia kalau dia natap gue selembut itu? entah karena gue udah biasa ditatap sinis sama dia atau gimana...
"lo mau jawaban? oke, iya gue beneran nyesel."
"ternyata percuma juga gue tahan-tahan, ujung-ujungnya kita bakalan ngebahas topik ini kan? gue kira kita bisa bertahan seenggaknya sampe pernikahan kita." cerocos gua.
"justru itu," jaemin ngegigit bibir bawahnya. "kalau lo nahan perasaan ini sampe kita nikah, yang ada kita bakalan cerai saat perasaan lo meledak."
"terus gue harus gimana jaemin?" tanya gue penuh frustasi.
"coba bilang ke gue... kasih tau gue, emangnya lo bakalan dengerin gue? lo tau sendiri kan kita udah coba diskusiin ini berkali-kali, terus apa hasilnya? sikap lo gak pernah berubah,"
"gue sayang sama lo, sampe sejauh ini... sampe saat-saat orang bilang gue bego karena masih mau sama cowok posesif gila kayak lo," gue gak bisa nahan tangisan gue yang semakin deras. "selama ini gue ngeyakinin diri sendiri kalau lo pasti bisa berubah."
"sampe akhir-akhir ini dimana gue ngerasa capek. dan iya, gue mutusin ngelariin dari masalah."
"gue gak tau harus gimana lagi.... kalau ngomong sama lo aja gak ngebawa berubahan. tapi g-gue gak mau batalin pertunangan ini,"
"dasar munafik." bisik gue ke diri sendiri.
ditengah-tengah keheningan, handphone gue berbunyi dengan nama haechan yang tertera di layar.
gue ngusap air mata gue dari pipi. "gue.. pergi duluan, ada janji sama haechan."
karena gue terlalu gengsi buat jadiin nasi goreng buatan tunangan gue bekal, gue buru-buru ngambil tas dan beranjak keluar flat tanpa nunggu jawaban dari jaemin.
mAAFIN GUE NASI GORENG.
"haechaaaannn." rengek gue ke haechan sambil minta dipeluk pas ngeliat dia lagi berdiri di depan flat gue sama jaemin.
"kenapa lo, dateng-dateng meluk." ujar haechan kebingungan, tapi dia langsung bukain pintu mobilnya buat gue.
gue ngelepasin pelukan gue. "makasih. gue laper, makan dulu yuk. nanti gue ceritain."
tanpa babibu haechan pun masuk ke dalam mobilnya setelah gue masuk dan mulai menyetir ke tempat makan favorit gue.
"oke, jadi lo berantem sama jaemin. terus, jaemin selama sesi ocehan lo gak berkutik sama sekali?" tanya haechan, memastikan apa yang tadi dia sudah dengarkan sambil sesekali nyomot kentang mekdi.
gue ngangguk. "selamat anda dapat piring!" lalu ngunyah burger yang gue pesan.
"lo kalo lagi sedih emang suka makin botis ya bingung gue,"
"ya daripada lo disembunyiin."
haechan berdecak, berusaha mengabaikan sikap nyebelin gue. "hmm ya pokoknya bagus sih lo dah jujur,"
"tapi ini bukan pertama kalinya kan. kalo diitung-itung udah ke-10 kali ya?" ucap haechan menebak-nebak.
"iya kali." bales gue acuh tak acuh. "tapi ya biasanya debat biasa kan?"
"ini lebih mirip ke yang pas waktu kejadian itu, bedanya dia gak ngebentak gue." jelas gue.
"lucu ya liat lo sekarang, nat. inget gak sih dulu lo suka ngatain cewe-cewe yang bucin sama cowonya?"
"lo mau bilang gue kena karma?"
"tuh tau."
"chan, do me a favor. kASIH GUE MASUKAN BUKAN BIKIN GUE KESEL." emosi gue terus kembali gigit burger.
"okay, chill gurl. gini, sekarang semuanya ada ditangan tunangan lo. selama ini kan lo percaya dia bisa berubah, dari trauma yang pernah dia laluin, dan segala macem. sampe sikap dia yang buruk itu." respon haechan.
"lagian sebenernya lo juga sih yang milik resikonya kan? kalo mau cepet ya putus dari dulu, tapi lo mah bucin."
"belom lagi, jujur aja. in this rate, dia pasti juga nyadar kalau sebenernya alesan lo balik ke habits lama lo gara-gara dia. buktinya lo minum-minum ke club cuma kalo ada masalah sama dia aja kan?"
"kayak yang lo ceritain ke gue. perihal dia ngerokok, itu juga sebenernya dia bisa stop gara-gara lo. nah dari situ lo bisa ngebawa berubahan baik ke dia, sayangnya dia gak bisa kayak ngebawa perubahan baik itu ke lo." lanjutnya.
"kenyataannya, itu cowok gak bisa ngubah dirinya sendiri buat lo. gue gak bilang lo gak boleh suka dia apa adanya, tapi apa adanya dia tuh kayak posesif, galak segala macem kan sesuatu negatif."
"i know, dan kalau dipikir-pikir setiap kali gue berantem sama dia, dia kayak gak pernah bener-bener ada niatan ngubah dirinya.." timpal gue.
"what the fuck, that's so messed up." harchan geleng-gelengin kepalanya gak percaya.
"kenapa lo baru ngasih tau ini sekarang?" ujar haechan gak seneng.
"gue cuma berpikir kalau dia mungkin gak nyaman ngomong terang-terangan 'gue bakalan berubah gue janji' aside from i forced him to stop smoking."
"you dumb bitch, gue gak mau ngeadu domba hubungan kalian, tapi kenapa rasanya seolah-olah dia emang tau kalau perbuatannya salah tapi dia gak ada niatan buat berubah?"
"gak tau, chan..."
"oke gimana kalau lo ngomong lagi ke dia setelah selesai kuliah, kali ini minta dia buat berubah jangan cuma bilang lo yakin dia bisa berubah dan nyatanya dia ngelakuin zero effort." tegas haechan.
"chan," panggil gue lemes. "in the meantime, should i postpone our wedding?"
haechan natap gue serius. "it's probably the best to do so until you guys work it out."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow, jaemin
Fanficyakin bakalan tetep bilang 'aku cinta kamu' meskipun udah tau sifat aslinya gimana? highest rank #56 in shortstory © ineedjaemin, 2O2O