Langkah kaki Leesha semakin melambat bersamaan dengan suara isak tangis yang ia tahan. Seperti disambar petir di siang bolong, tubuh Leesha seakan kaku saat mengetahui kondisi kekasihnya saat ini.
Terbaring lemah di brankar rumah sakit. Dengan perban yang melingkar di kepalanya. Mata yang tertutup beserta wajah yang pucat semakin membuat hati Leesha teriris. Dan lebih parahnya lagi, mengapa dia baru mengetahui kabar kondisi Nathan yang ternyata mengalami kecelakaan tunggal sekarang?
Sahabat Nathan pernah mengungkapkan bahwa Nathan sudah dari seminggu lalu dirawat dan baru kemarin malam sadar dari komanya. Seketika isakannya terdengar histeris. Meski berupaya menutupinya dengan sebelah tangan, tak mampu membuat lolongan histeris itu meredam.
“Nathan, maaf!” Air mata terus mengalir dari pelupuknya. Leesha tak kuasa dengan isakan sesak di dada. Tangan lembutnya terulur mengusap lengan kekar seseorang yang terkapar lemah. Ia masih tak percaya, tak percaya akan peristiwa tragis yang dialami kekasihnya.
“Bangun, Nath. Aku udah datang. Kata Leo kemarin kamu udah sadar ‘kan?” Masih asik dengan obrol satu arah, ternyata seseorang menatap Leesha dengan tatapan nyalangnya. Dia Ivana, mama dari Nathan. Dengan sekuat tenaga, Ivana mendorong tubuh Leesha. Hingga membuat raga yang rapuh itu terjatuh.
Bruk!
“Buat apa kamu ke sini, ha?! Anak saya kecelakaan itu akibat ulah kamu! Belum puas kamu siksa anak saya, iya?!” Leesha semakin terisak, karena kenyataan kembali menamparnya. Bahwa Ivana tak pernah merestui hubungan mereka. Dan, selalu menyalahkannya jika terjadi sesuatu kepada Nathan. Seperti saat ini, padahal Leesha tidak tau apa yang terjadi. Namun, kenapa Ivana tiba-tiba menuduhnya seperti itu?
Padahal, bukan hanya Ivana yang merasa sakit melihat keadaan Nathan. Dirinya juga.Dengan segenap keyakinan, Leesha mulai berdiri dan membela diri. “Bukan aku, Tante. Bukan aku. Aku nggak tau apa yang terjadi.” Leesha menggelengkan kepalanya kuat, meyakinkan Ivana agar mempercayai dirinya.
“Harusnya sedari awal saya lebih tegas untuk tidak membiarkan kamu berhubungan dengan anak saya,” desis Ivana masih dengan tatapan nyalangnya. Dia sungguh tidak suka pada gadis di depannya ini. Karena dia, anak satu-satunya harus mengalami kecelakaan dan nasib sial lainnya.
“Keluar!” titah Ivana mutlak.
“Ma, sudah! Ini rumah sakit. Biarkan Leesha di sini. Dia juga berhak,” lerai Tian, suami Ivana. Tian mencoba menenangkan Ivana yang akan mengamuk kembali.
Saat Ivana akan membalas ucapannya, Tian segera menyelanya, “Sudah!” Alhasil, Ivana hanya bisa menurut pada suaminya. Diam meski hatinya berontak.
Leesha tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia hanya menundukkan kepala dan merapalkan doa di dalam hatinya. Berharap Nathan segera sadar dari efek obat tidur yang diberikan.
Lama mereka terdiam. Hingga, mata Nathan perlahan terbuka sambil menyesuaikan cahaya. Mata Leesha langsung berbinar, sontak Leesha langsung maju menghampiri Nathan.
Namun, sebuah tangan berhasil menariknya kencang. “Siapa suruh kamu mendekat?!” Ivana menatap Leesha penuh kebencian.
“Ma!” tegur Tian.
Ivana menoleh ke arah suaminya lalu menggeleng. “Nggak, Pa. Jangan larang Mama. Anak kita satu-satunya sampai seperti ini, itu karena dia!”
“Tan, izinin aku buat lihat Nathan, tolong ...,” mohon Leesha berurai air mata.
Leo yang semula diam mulai berjalan ke arah mereka. “Maaf, Tan. Di sini, bukan kesalahan Leesha. Ini semua karena takdir. Jadi berhenti menyalahkan Leesha terus-menerus.” Dengan langkah yakin, Leo mulai membawa Leesha mendekat ke arah Nathan tanpa menghiraukan orang tua dari sahabatnya itu.
Leesha mengusap kepala Nathan lembut. “Nathan, apa kabar? Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu bisa celaka gini, sih?”
Perlahan Leo merangkul bahu Leesha, bermaksud menenangkannya dan memberi kekuatan. Sedangkan di belakang mereka, Ivana menatap tak suka. Sebuah lekukan sabit tercetak di kedua sudut bibir Leesha saat melihat mata Nathan yang sepenuhnya terbuka.
“Nathan, kamu udah sadar?”
Nathan masih diam. Matanya mengedar ke seluruh penjuru dengan tatapan bingung, hingga atensinya terfokus hanya pada Ivana.
“Ma, Keyla mana?” Satu pertanyaan lolos dari bibir Nathan dengan suara seraknya.Ivana kemudian segera mendekat. “Kamu baru aja bangun, Nath. Harus banyakin istirahat dulu aja, ya.” Tanpa menghiraukan pertanyaan Nathan, Ivana mulai menciumi punggung tangan anaknya sembari mengucap banyak syukur dalam hati atas kesadaran Nathan.
“Keyla mana, Ma?” tanya Nathan dengan pertanyaan yang sama.
“Key—”
“Nathan,” panggil Leesha dengan lirih. Sedangkan yang dipanggil menatapnya dengan wajah ketus dan juga bingung.
“Lo siapa? Kenapa lo di sini? Lo bukan Keyla.” Nathan memandang Leesha bingung. Ia tetap mencari-cari keberadaan Keyla.
Leesha memandang Nathan pilu. “Nath, ini aku Leesha, pacar kamu!” ucap Leesha berusaha menyadarkan Nathan.
Nathan mengerutkan dahinya. “Gue nggak kenal sama lo! Gue nggak punya pacar. Dan di mana Keyla? Gue cuman mau liat Keyla,” tegas Nathan membuat hati Leesha seakan ditancapkan duri tajam.
“Nath, sadar. Keyla nggak ada di sini. Inget ada Leesha, pacar lo!” Leo ikut menyadarkan Nathan. Namun, tak dihiraukan oleh lelaki itu.
“Nggak mungkin. Jangan omong kosong, lo!” sentak Nathan kepada Leo.
Kepalanya seketika berdenyut nyeri saat ia berusaha memikirkan apa yang terjadi. Karena tidak tahan dengan rasa sakit yang dirasakannya, perlahan mata Nathan kembali tertutup bersamaan dengan teriakan orang-orang seisi ruangan.
••••••
a/n
Assalamualaikum, hai teman-teman. Terima kasih sudah mampir di cerita 'Let You Go' cerita yang ditulis oleh abllazhr2 & Fenestram_ semoga suka dan jangan lupa dukung kami dengan memberikan vote, dan coment!
KAMU SEDANG MEMBACA
LET YOU GO [PRE-ORDER]
Teen Fiction❝ Kenangan indah dari kamu terlalu berharga untuk dihancurkan. ❞ ...... Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Seperti aku dan kamu. Namun kemudian, kamu menghilang. Tidak. Bukan ragamu yang hilang, tapi jiwamu bahkan perasaanmu. Menur...