Leo menghampiri Nathan yang tengah duduk santai di tempat miliknya, kepalanya ia sandarkan di tembok. Dengan muka tak seperti biasa Leo mendudukkan badannya di samping Nathan. Mereka berdua memang duduk satu meja. Nathan menatap Leo yang mendiamkannya. Leo biasanya langsung heboh jika sudah bertemu dengan Nathan, tetapi kenapa sekarang tidak?
"Lo kenapa?" tanya Nathan singkat dengan mengangkat kepala.
Tak ada sahutan dari Leo membuat Nathan sedikit merasa aneh akan sikap sahabatnya ini. Tak lama kemudian, guru pengampu pun datang. Nathan tak menghiraukan Leo yang masih terdiam, segera ia mengambil buku dari tasnya untuk melaksanakan pembelajaran.
Pak Dean selaku guru olahraga mengawali pembelajaran dengan salam dan berdoa. Setelah itu, guru olahraga pun duduk di kursinya. Semua siswa mendadak bingung, karena biasanya saat jam olahraga murid-murid harus sudah berkumpul di lapangan. Namun, kali ini Pak Dean memerintahkan semua murid kelas XII IPA 3 memasuki kelas.
"Assalamualaikum anak-anak, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya Pak Dean dengan semangat agar anak didiknya pun ikut bersemangat juga.
"Waalaikumsalam, Pak Dean. Alhamdulillah baik!" sahut seluruh siswa dengan semangat kecuali dua orang yaitu, Nathan yang memang tak pernah menunjukkan ekspresinya setelah mengalami kecelakaan. Dan, Leo yang entah kenapa sedari tadi diam.
"Kesambet apa lo? Tumben anteng, biasanya heboh banget kek orang kerasukan." Nathan mencoba untuk berkomunikasi dengan Leo. Tentunya, dengan suara pelan karena ada guru yang berbicara di kelas. Leo tetap terdiam tak menatap Nathan sedikit pun. "Jangan bikin gue bingung. Gue salah apa sama lo sampai bersikap kayak gini ke gue."
"Lo emang salah. Dan, lo pasti akan sulit untuk sadar dari kesalahan lo. Gue tau lo hilang ingatan, tapi gue juga tau kalau ingatan lo nggak sepenuhnya hilang. Lo masih ingat sama masa lalu kita bertiga. Janji yang kita buat, tapi lo? Lo jadian sama Keyla? Teman macam apa lo?" Kini Leo memandang Nathan dengan sinis. "Lo juga bersalah sama Leesha."
"Nggak usah bahas dia!" ketus Nathan setelah mendengar kata Leesha disebutkan.
"Sebenarnya siapa yang lo mau? Keyla atau Leesha?" tanya Leo dengan tatapan dinginnya.
"Keyla." Nathan hanya berujar lirih bahkan Leo hampir tak mendengarnya.
"Okey, sekali lagi gue yakinin lo, jangan menyesal kalau suatu saat gue bakal dapatin hati Leesha." Leo menatap Nathan lekat-lekat seolah serius dengan apa yang ia katakan.
"Jangan harap." Nathan menggertakkan gigi, tentunya Leo geram dengan lelaki itu, tetapi ia masih memiliki kesabaran.
"Ini yang nggak gue suka dari lo. Lo itu egois. Lo lupa? Lo sendiri yang izinin gue buat kejar Leesha. Dan malam itu kenapa lo seolah cemburu lihat gue bisa dengan mudah deket sama Leesha sampai-sampai lo nonjok muka ganteng gue."
"Lagi pula lo masih suka sama Keyla 'kan? Kenapa lo kejar Leesha?" Nathan merasa tersaingi karena Leo berupaya untuk menggambil Leesha dari sisinya. Entah rasanya sangat aneh, padahal waktu itu ia sudah berkata kepada Leo jika ingin mengejar Leesha ia izinkan karena Nathan telah muak dengan gadis itu.
"Lo belum putus dari Leesha kenapa udah pacaran sama Keyla?" Leo mengangkat sebelah alisnya dan mengeluarkan smirk di bibir, memutar balik perkataan Nathan. "Gue emang selalu ngalah dari lo. Tapi, nggak untuk sekarang."
"Hallo dua orang yang duduk di bangku pojok belakang!" Nathan dan Leo yang merasa di panggil pun menoleh ke arah depan. "Diam sebentar oke? Baik, kenapa Bapak kumpulkan kalian di kelas? Saya akan menjelaskan sesuatu kepada kalian. Sebelumnya saya mohon maaf karena hari ini Bapak tidak bisa mengisi jam kalian." Semua wajah berbinar saat Pak Dean memberikan pengumuman itu. Murid-murid memasang wajah dengan senyuman lebar karena dipastikan ada kelas kosong hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET YOU GO [PRE-ORDER]
Teen Fiction❝ Kenangan indah dari kamu terlalu berharga untuk dihancurkan. ❞ ...... Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Seperti aku dan kamu. Namun kemudian, kamu menghilang. Tidak. Bukan ragamu yang hilang, tapi jiwamu bahkan perasaanmu. Menur...