Hari Senin telah tiba lagi, hampir semua murid mengeluh saat melaksanakan upacara bendera pagi ini. Bagaimana tidak? Bel jam pertama sudah berbunyi. Tetapi pembina upacara belum menyelesaikan amanatnya. Keringat mulai membanjiri wajah mereka, tak ada satu orang pun yang bersemangat. Bahkan petugas upacara pun memasang muka letihnya akibat cahaya matahari yang terpancar dan membuat udara di sekitarnya terasa panas.
Seorang gadis berbisik ke arah teman di sampingnya. "Mei, gue pusing. Gue udah nggak kuat," ucapnya dengan muka pucat. Sontak Meira yang melihat wajah sahabatnya itu seketika cemas.
"Sha, tahan! Gue panggil PMR dulu. Jangan pingsan, ya?" Meira begitu sigap saat mengetahui Leesha membutuhkan bantuan. Ia mundur dari barisannya dan mencari keberadaan PMR yang berjaga.
Leesha mengedarkan matanya ke sekitar dan pandangannya lama-kelamaan semakin memburam. Sungguh rasanya seperti melayang. Keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya. Kakinya bergetar tak mampu menopang, sehingga satu detik kemudian ia ambruk ke samping membuat banyak pasang mata menyaksikan kejadian itu.
"Eh, tolongin woi! Ada yang pingsan!" jerit seorang siswi yang tak jauh dari barisan kelas Leesha.
"Anjir! PMR pada ke mana, sih? Nggak guna banget kerjaannya!" Murid lain ikut menimpali.
Seorang lelaki dengan langkah tegap mendekati tubuh Leesha yang lemas tak berdaya. Dengan cepat ia membopongnya menuju UKS. Sial, jantungnya berdetak begitu cepat saat tubuhnya menempel dengan gadis yang berada di gendongannya. Keadaan menjadi riuh, banyak orang-orang yang menatap tak percaya.
Bagaimana bisa, seorang Nathan tiba-tiba menolong orang yang saat ini ia benci? Tentu, hal itu membuatnya siapa pun bertanya-tanya. Tak mungkin juga jika tidak ada orang yang mencibirnya. Pasti Leesha akan menjadi buah bibir nanti. Bukan nanti, saat ini saja sudah banyak murid-murid yang berbisik-bisik membicarakan dengan teman gosipnya.
"Nathan dipelet kali, ya sama Leesha?" bisik salah satu orang ke arah 5 teman satu golongannya.
"Masa iya, sih mereka CLBK? Gue nggak setuju, anjim. Pokoknya gue dukungnya Keyla sama Nathan!"
"Gue yakin otaknya Nathan dicuci lagi sama tuh anak! Lagian bagusan Keyla ke mana-mana. Udah cantik, tajir ... lah dia? Miskin, anak haram lagi!" ujarnya dengan muka tak suka.
Ngomong-ngomong tentang Keyla, apakah ia melihat kejadian itu? Jika, melihat kenapa ia tak memprotes? Ternyata, gadis yang sudah dianggap pacar oleh Nathan itu belum menampakkan seujung rambutnya. Dan, pasti ia pergi membolos upacara karena tak mau kulit putih nan mulusnya yang sudah ia rawat bertahun-tahun itu gosong dengan sia-sia.
Meira membulatkan matanya ketika Nathan menuju UKS dengan Leesha. Ternyata yang diceritakan Leesha beberapa hari yang lalu memang benar-benar nyata bukan hanya khayalan seorang Leesha saja. Ia tersenyum tipis, hatinya merasa ikut bahagia melihat kedekatan Nathan dan sabahat satu-satunya itu. Dengan langkah cepat ia pun bergegas memasuki UKS yang diikuti oleh beberapa PMR di belakangnya.
***
Seorang gadis berambut coklat pirang tengah duduk bersantai di salah satu kursi yang ada di rooftop sekolah. Matanya sibuk menatap layar ponsel yang menyala terang. Dia sebenarnya menunggu Nathan yang tak kunjung datang setelah mengirim pesan mengajaknya ia membolos upacara.
"Key!" Suara berat menyapa telinganya.
"Loh? Leo, kenapa yang datang malah lo? Padahal, tadi gue ajak bolosnya sama Nathan." Ucapan Keyla membuat hati Leo sedikit kecewa.
"Kenapa lo nggak ajak gue juga? Padahal 'kan gue juga sahabat lo!" ujar Leo menyindir Keyla. Namun, gadis itu mengabaikan perkataan Leo dan beralih ke layar ponselnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET YOU GO [PRE-ORDER]
Teen Fiction❝ Kenangan indah dari kamu terlalu berharga untuk dihancurkan. ❞ ...... Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Seperti aku dan kamu. Namun kemudian, kamu menghilang. Tidak. Bukan ragamu yang hilang, tapi jiwamu bahkan perasaanmu. Menur...