1. POV

146 25 8
                                    

Day 1: Buatlah karya dengan tema "Penciptaan".

Day 1: Buatlah karya dengan tema "Penciptaan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, kamu udah balik?"

Tata mengerjap. Begitu memasuki dapur, dia menemukan Pangeran Noah. Dari gerak-gerik cowok itu, sih, dia sedang memasak. Tata bisa mendengar desir halus minyak menggoreng sesuatu.

"Kamu masak sesuatu?" tanya Tata seraya berjalan mendekat.

"Hu um." Noah mengangguk. Cowok itu tersenyum, menggeser badan. Membiarkan Tata melihat apa yang dia masak. "Sosis sama nugget doang, sih. Kamu mau?"

"Boleh." Tata balas tersenyum.

Noah tergelak. Sebelah tangannya terangkat dan mengusap pucuk kepala Tata. "Bentar ya. Bentar lagi mateng, kok."

Tata mengangguk. Cewek itu menyugar sebentar sebelum gerakannya berhenti. Ditatapnya lekat-lekat wajah Noah dari samping.

Begitu riang dan ringan. Murah senyum. Seolah tidak ada beban dan kecanggungan.

Padahal ....

"Noah," panggil Tata.

"Ya?" Noah menyahut tanpa perlu repot-repot menoleh.

Tata menghela napas pendek sebelum bicara, "aku ingat ... kamu bilang kalau aku cinta pertama kamu."

Gerakan Noah membalik sosis dan nugget terhenti. Cowok itu tidak langsung menjawab. Dia justru tersenyum dan menyelesaikan dulu masakannya.

Begitu Noah sudah selesai menggoreng camilannya dan meletakkan ke piring, barulah dia menoleh dan menatap Tata. "Iya. Lalu?"

Bibir Tata sedikit terbuka. Dia ingin berbicara, tapi urung. Entahlah. Rasanya agak canggung menyinggung topik ini.

Namun, Tata penasaran, bo!

"Enggak. Bukan apa-apa." Pada akhirnya, cuma itu yang Tata bilang.

Tanpa disangka, Noah malah tergelak kecil. Diraihnya sebelah tangan Tata dan menarik lembut cewek itu menuju meja makan. "Duduk dulu."

Tata dengan patuh duduk di sebelah Noah.

Noah menggeser kursi mendekat. Tidak lupa dia memutar badan sehingga berhadap-hadapan dengan Tata.

Noah menarik napas, tersenyum kecil. "Kamu mau nanya gimana perasaanku soal pernikahan Papa Deka sama Mami Mala, kan?"

Bujug! Tata membeku di tempat. Noah ini ... cenayang atau apa?

"Enggak perlu jadi cenayang buat bisa nebak kamu." Noah terkekeh. Tangannya terulur dan menggenggam telapak tangan Tata. Sementara, matanya lurus menatap Tata tepat di iris. "Kamu memang cinta pertamaku. Itu enggak akan pernah berubah. Bahkan meski Papa Deka sama Mami Mala nikah dan kita jadi saudara tiri ... perasaanku ke kamu tetap layaknya seorang cowok yang jatuh hati sama cewek asing yang ngejerat dia."

"Lalu ...." Ucapan Tata menggantung begitu saja.

Apa kamu enggak canggung?

Atau, gugup?

Karena ... apa ya. Status mereka akan segera berubah menjadi saudara tiri. Bukanlah hal mudah buat beradaptasi dengan hal itu. Terlebih menurut pengakuan Noah, dia adalah cinta pertama cowok itu.

Dan, itu tidak akan pernah berubah. Begitu katanya.

"Lalu?" ulang Noah.

"Umm ...." Tata bahkan tidak tahu harus bilang apa.

"Dengerin aku, Honey." Noah tersenyum. "Sekarang ini ... aku cuma pengin ngeciptain kenangan baru sama dan terhadap kamu. Ngerti kan maksudku? Apa aku ngerasa awkward? Iya. Banget. Tapi, kita enggak bisa selamanya gini kan?"

Tata terdiam. Setengah perasaannya terpana dengan kata-kata Noah.

"Kita bentar lagi bakal jadi saudara. Sementara, perasaanku ke kamu masih belum bisa berubah jadi kasih sayang dari seorang kakak laki-laki ke adik perempuannya." Noah menjelaskan dengan tenang. "Jadi, bantu aku. Ayo, kita ciptain kenangan dan perasaan baru di antara kita mulai sekarang. Oke?" []






Get Well Soon: NPC's 28 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang