16. Into You pt. 2

24 4 12
                                    

Day 16: Prompt hari ini, "Bertemu seseorang di bus yang mengubah pandangan tokohmu".

Day 16: Prompt hari ini, "Bertemu seseorang di bus yang mengubah pandangan tokohmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning:

BxB content. Don't like, don't read!

***

Hari ini, jurusan Aksa dan Raga sama-sama pergi berekreasi. Rekreasi gabungan antara dua jurusan.

Pagi-pagi sekali, mereka sudah berkumpul di depan kampus. Tidak terkecuali Aksa dan Raga. Keduanya sibuk mondar-mandir karena mereka memegang peran penting sebagai anggota koordinator jurusan masing-masing.

Sayangnya, meskipun rekreasi bersama, Aksa dan Raga harus rela terpisah bus selama perjalanan. Hal yang sempat menjadi bahan keluhan Raga. Bahkan cowok itu sempat mencetuskan ide buat mengatur orang dalam biar bisa mengeset mereka satu bus dan duduk bersama.

Ide yang langsung disambut jitakan Aksa.

Tentu saja. Toh, cuma terpisah selama perjalanan.

Sampai pagi ini, Raga agak-agak merajuk. Sok-sokan merengut tiap berpapasan dengan Aksa.

Sontak saja Aksa tidak bisa menyembunyikan tawa geli.

Sekarang, hampir seluruh peserta rekreasi sudah masuk bus. Bahkan, bus jurusan Raga sudah pergi duluan tadi. Meninggalkan bus jurusan Aksa.

Tinggal Aksa dan beberapa orang yang masih di luar. Setelah menyelesaikan urusan dan tetek bengek lain, mereka antre naik bus. Aksa yang terakhir menaiki bus. Dilihatnya sekitar. Hanya ada satu kursi yang tersisa, dan itu terletak di paling belakang.

Aksa sih tidak masalah. Namun, ada satu hal yang mengusiknya. Di sebelah kursi yang tersisa, duduk cowok yang dengan angkuh memasang ekspresi kaku dan tidak peduli.

Waduh! Aksa meringis. Dia baru ingat siapa cowok itu. Salah satu katingnya. Kalau tidak salah ingat, namanya Davi.

Kalau memang ingatannya bisa diandalkan, Davi itu terkenal galak dan dingin. Cowok itu tidak banyak bicara dan tidak suka basa-basi. Bahkan, kabarnya, kalau lagi emosi, mulut Davi bisa sepedas nasi goreng karet dua.

Habis sudah riwayat Aksa kalau begini.

Namun, apa boleh buat. Cuma itu kursi yang tersisa dan yang lain tampaknya sudah pewe. Aksa tidak punya pilihan. Dengan cepat dia menghampiri kursi tersebut dan duduk dengan canggung.

Dan, Davi menoleh ke arahnya.

"Ah halo," sapa Aksa seraya tersenyum kikuk.

Davi cuma mengangkat alis, lalu memalingkan muka ke luar. Seolah dia memang tidak peduli dengan Aksa.

Aksa mengembuskan napas pendek. Ya sudahlah. Mungkin dia bakal bercakap-cakap dengan Raga saja buat mengusir kejenuhan.

***

Aksa tertidur, entah sejak kapan. Dan dia baru bangun setelah bus sampai di tujuan.

Ketiduran selama perjalanan sih bukan masalah. Yang jadi problem itu, dia terbangun dengan kepala bersandar di bahu kawan sebangkunya.

Davi ....

Iya, katingnya itu!

Refleks saja Aksa langsung mencelat dan canggung. Alamak! Berapa lama dia tertidur di bahu kakak tingkatnya itu?

Aksa menoleh, dan dia langsung menyesal. Dia dengan jelas melihat Davi meringis seraya memijat kecil bahu yang menjadi sandaran Aksa.

Mampus! Aksa langsung panas dingin.

"Enak tidur lo?" tanya Davi to the point. Suaranya sedingin es batu.

Aksa dibuat salah tingkah karenanya, bingung mau menjawab apa.

"Ma-maaf," Aksa mencicit kecil.

"Enak banget lo tinggal minta maaf," sembur Davi. "Tanggung jawab. Nyeri. Lo tidur hampir dua jam."

Tanggung jawab? Aksa mengerjap. "Gi-gimana aku tanggung jawab?"

Davi tidak langsung menjawab. Cowok itu menatap Aksa lekat-lekat sebelum berkata, "Kasih gue nomor hape lo." Sebelah tangannya menyerahkan ponsel.

"Eh?"

"BURU! Mau tanggung jawab enggak?"

Aksa langsung menyambar ponsel Davi secepat kilat. Diberikannya selarik nomor ponselnya dengan tergesa.

"Siapa nama lo?" tanya Davi setelah mengambil kembali ponselnya.

"Ak-Aksa."

"Hmm," Davi menatap Aksa dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Cute."

"Eh?" Aksa cengo mendadak.

"Gue bakal telepon malam ini. Awas aja kalo lo sampai enggak angkat." Setelahnya, Davi berdiri dan berlalu begitu saja. Meninggalkan Aksa yang masih bengong di tempat.

Begitu Davi pergi, beberapa teman langsung mengerubunginya.

"Wah, Sa! Gils. Lo make pelet apaan ke Davi sampai dia jinak begitu ke lo?"

Jinak?

"Jinak dari mananyaaa?" Aksa menjerit tertahan. "Aku hampir jantungan tadi."

"Lo enggak tau?" Salah seorang cewek menatapnya kaget. "Dia pas lo tidur di bahu dia kayak care banget gitu, loh. Sama sekali enggak ngedorong lo ngejauh gitu. Aneh aja liatnya."

Yang lain menimpali: "Sama tadi kan sempat karaokean. Si Davi langsung nyumpaling telinga lo pakai penyumpal telinga. Abis udahan, dia ambil lagi tuh penyumpal telinganya."

Aksa mengerjap. Buru-buru dia berdiri dan pergi tanpa kata. Dengan cepat dia turun dari bus. Namun, Davi sudah tidak ada lagi di sekitaran tempat itu.

Ke mana cowok itu pergi?

Davi yang ... ah, ternyata dia punya sisi lain yang ... um, care juga. Ternyata memang benar. Don't judge book by cover. Di luar tampak dingin, aslinya baik.

Tanpa sadar wajah Aksa memerah.

"Bae," sapa Raga seraya mendekat. Senyumnya riang ketika mendapati Aksa sudah keluar dari bus. Dari tadi dia sudah menunggu. "Loh? Kok wajahmu merah?" []






Get Well Soon: NPC's 28 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang